Jakarta, benang.id – Puncak perayaan 100 tahun Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) ditandai dengan pemberkatan gedung kantor Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), pada medio Mei lalu. Dimulai dengan dibukanya tirai penutup batu prasasti yang menempel di salah satu dinding di Lobi Utama Lantai 1 Gedung KWI. Pembukaan tirai dilakukan oleh Nunsius Apostolik Mgr. Piero Pioppo dilanjutkan dengan pemberkatan prasasti oleh Kardinal Julius Darmaatmadja SJ disaksikan para uskup yang tergabung dalam Federasi Para Waligereja (uskup) se-Indonesia dan beberapa uskup emeritus.
“Kita bersyukur kepada mereka yang berpartisipasi dalam pembangunan kantor ini baik secara material maupun imaterial. Kita juga akan memberkati para uskup dan semua yang akan bekerja di tempat ini,”kata Kardinal Julius. Kegiatan dilanjutkan dengan perayaan ekaristi sekaligus memberkati gedung baru yang terletak di Jalan Cut Meutia No. 10, Menteng, Jakarta. Ekaristi dirayakan di Hall Henry Soetio Gedung KWI Lantai 8 dipimpin Kardinal Ignatius Suharyo sebagai selebran utama didampingi para uskup dan para pastor sekretaris eksekutif. Juga dihadiri para donatur, pengurus komisi, karyawan KWI, dan sejawat KWI.
100 Tahun KWI
Setelah melalui dinamika panjang sejak 2017 saat pengusaha Henry Soetio menawarkan pembiayaan pembangunan gedung dan pencanangannya pada November 2019, gedung KWI sedikit demi sedikit mulai dibangun. Namun karena Pandemi Covid-19, pembangunan sempat tertunda. “Sebenarnya rencana pembangunan sudah ada sejak 2008. Namun karena ada hambatan dana tidak berjalan,”ujar Ketua KWI, Mgr Antonius Subianto Bunjamin OSC.
Syukur, pembangunan Gedung KWI berjalan karena kebaikan banyak pihak. Kini, pembangunan itu sudah selesai. “Terima kasih atas semua yang berperan serta dalam proses pembangunan ini. Doakanlah kami terus agar dengan adanya gedung ini kami semakin mampu menggembalakan Gereja Indonesai dengan semangat bela rasa sebagaimana Paus Fransiskus tunjukkan dalam karya-karyanya.”ujar Uskup Anton.
Sekretaris Eksekutif KWI Romo Siswantoko menyebutkan bahwa Gedung KWI yang baru dibangun menjadi 8 lantai. Terdiri dari dua sisi. Sisi pertama berupa kantor dan kedua berupa penginapan untuk para uskup yang terdiri dari 51 kamar. Selain kantor, juga ada ruang rekreasi, ruang olahraga (gym), kantor, aula, dan kapel.
“Harapannya dengan adanya gedung baru ini para bapa uskup yang ada keperluan di Jakarta entah itu sidang KWI, rapat komisi atau keperluan lain bisa merasa lebih nyaman untuk tinggal di gedung KWI,”ujar Koko, begitu romo sekretaris ini disapa. Selain itu, dengan gedung baru ini, kata Koko, pelayanan kantor KWI untuk Gereja Indonesia dalam membantu para Bapa Uskup diharapkan semakin maksimal.
Tanda Fisik Sinodal
Gedung Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) yang sudah direnovasi bisa menjadi tanda fisik dari semangat sinodal para uskup Indonesia. Hal ini ditegaskan Ketua KWI, Monsinyur Antonius Subianto Bunjamin OSC dalam perayaan ekaristi sekaligus pemberkatan Gedung KWI yang berada di Jalan Cut Meutia No. 10, Jakarta Pusat.
Pada perayaan pemberkatan ini, turut hadir Nunsio Apostolik Mgr. Pietro Pioppo, para uskup yang tergabung dalam Federasi Para Waligereja (uskup) se-Indonesia dan beberapa uskup emeritus, antara lain ; Mgr. Petrus Turang, Mgr. Michael Cosmas Angkur OFM, Mgr. Aloysius Sudarso SCJ, Mgr Petrus Boddeng Timang, dan Mgr. Nicolaus Adi Seputra MSC. Juga para romo sekretaris eksekutif KWI, para donator, karyawan, serta sejawat KWI.
Uskup Anton menyebutkan bahwa pada perayaan 100 tahun KWI ini, masih ada banyak hal yang memprihatinkan. Namun KWI tetap berjalan dan telah tumbuh menjadi komunitas yang memberi harapan bagi umat dan masyarakat untuk tetap memegang teguh apa yang Tuhan inginkan dan kehendaki pada kita, kata Uskup.
“Semoga KWI terus menjadi kekuatan yang memberi harapan dan tanda kehadiran kasih bagi siapa pun sebagaimana didoakan dalam doa kecil 100 tahun KWI terutama bagi mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel. Dengan begitu, KWI dan para uskup menjadi daya yang menghimpun agar umat dengan sukarela dan suka cita berjalan bersama membangun gereja menjadi kekuatan, perekat yang menyatukan semua elemen masyarakat untuk membangun bangsa.”ujar Uskup Anton.
Anton juga berharap agar dalam usianya yang ke-100 ini KWI terus terpanggil menjadi model bagi gereja yang makin meng-Indonesia, mewujudkan 100 persen Katolik,100 persen Indonesia, dan 100 persen sinodal yang mau dan mampu berjalan bersama dengan siapa pun yang berkehendak baik untuk membangun gereja dan bangsa. Uskup Anton menegaskan bahwa KWI juga merupakan tanda nyata kesatuan para murid Yesus yang dirindukan dan didoakan oleh Yesus sendiri. Yesus sendirilah yang minta kita untuk bersatu, katanya. Dan kolegialitas para uskup dalam KWI ini menjadi model kesatuan surgawi, persekutuan ideal yang harus dikembangkan dalam komunitas gerejani apa pun dan dimana pun sebagaimana dihidupi oleh gereja perdana Yerusalem yang berjalan bersama sehati sejiwa.
“Sinergitas para uskup kiranya menjadi energi pelayanan pastoral dan sakramental di tengah umat serta menjadi daya bagi karya pelayanan sosial dan kesaksian moral di tengah masyarakat. Sinodalitas yang diharapkan Tuhan sungguh terwujud dalam kolegialitas dan sinergitas para uskup dalam kebersamaan dan persaudaraan,”tegas Uskup Anton. (*)