Saturday, November 23, 2024
No menu items!
spot_img
HomeNasionalTerima Penghargaan UIN bersama Tokoh NU & Muhammadiyah, Ini Profil Kardinal Ayuso

Terima Penghargaan UIN bersama Tokoh NU & Muhammadiyah, Ini Profil Kardinal Ayuso

Jakarta, benang.id – Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Senin (13/2/2023) besok akan menganugerahi gelar doctor honoris causa (DR HC) tiga tokoh yang memiliki kontribusi nyata dalam mendukung perdamaian dan moderasi beragama.

Mereka adalah Presiden Dikasteri untuk Dialog Antaragama Takhta Suci Vatikan, Kardinal Miguel Angel Ayuso Guixot MCCJ, sebagai perwakilan Katolik dan dua pemimpin organisasi Islam terbesar di Indonesia Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Yakni, KH Yahya Cholil Staquf, ketua umum Pengurus Besar NU, dan Sudibyo Markus, ketua PP Muhammadiyah 2005-2010.  

Presiden Dikasteri untuk Dialog Antaragama Takhta Suci Vatikan, Kardinal Miguel Angel Ayuso Guixot MCCJ didampingi Pater Markus Solo Kewuta SVD saat menerima audiensi PWKI di Kedubes Vatikan, Jakarta, Sabtu (11/2/2023). Foto:. Foto: benang.id/Gora

Siapa sebenarnya Kardinal Miguel Ángel Ayuso Guixot MCCJ dan apa yang telah dilakukan hingga UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta  menganugerahkan gelar DR HC?

Uskup Agung Miguel Ángel Ayuso Guixot lahir di Seville, Spanyol pada 17 Juni 1952. Dua tahun setelah bergabung dengan Comboni Missionaries of the Heart of Jesus pada 1980, ia ditahbiskan pada tahun 1982.

Pada tahun yang sama ia mendapatkan lisensi dalam studi Arab dan Islam di Institut Kepausan Arab dan Studi Islam di PISAI Roma. Pada tahun 2000, Mgr Ayuso meraih gelar doktor dalam teologi dogmatis dari Universitas Granada.

Presiden Dikasteri untuk Dialog Antaragama Takhta Suci Vatikan, Kardinal Miguel Angel Ayuso Guixot MCCJ. Foto: benang.id/Gora

Setelah lulus, Ayuso Guixot melayani sebagai misionaris di Sudan dan Mesir hingga tahun 2002 serta memfasilitasi berbagai diskusi antaragama di Timur Tengah. Uskup Ayuso juga pernah ditugaskan Vatikan memimpin diskusi antaragama di Mesir, Sudan, Kenya, Ethiopia, dan Mozambik.

Pada 20 November 2007 Paus Benediktus XVI menunjuk Ayuso sebagai konsultan Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama,

Paus Benediktus XVI juga mengangkatnya sebagai auditor khusus di sinode para uskup untuk Timur Tengah pada 2010.

Presiden Dikasteri Dialog Antaragama Takhta Suci Vatikan, Kardinal Miguel Angel Ayuso Guixot MCCJ, Pater Markus Solo Kewuta SVD, Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Mgr Piero Pioppo, dan Mantan Dubes Indonesia untuk Vatikan yang kini Dirjen HPI Kemenlu L Amrih Jinangkung berfoto bersama wartawan Katolik yang tergabung dalam PWKI. Foto: benang.id/Gora

Ayuso menjabat sebagai perwakilan utama Vatikan dalam memulihkan dialog dengan Imam besar Ahmed el-Tayeb dari Masjid Al-Azhar Kairo,yang dibatasi pada tahun 2011, dan selanjutnya pada 30 Juni 2012, Uskup Ayuso diangkat sebagai Sekretaris Dewan Kepausan,Vatikan.

Uskup Ayuso merupakan profesor studi Islam di Khartoum dan Kairo, juga di Institut Kepausan Arab dan studi Islam hingga akhirnya menjadi Dekan sampai 2012.

Miguel Ayuso kemudian diangkat menjadi Uskup Luperciana oleh Paus Fransiskus pada tahun 2016.

(Ki-ka) Presiden Dikasteri Untuk Dialog Antar Agama Takhta Suci Vatikan Kardinal Miguel Ayuso, Dubes Vatikan untuk Indonesia Mgr Piero Pioppo, Mantan Dubes Indonesia untuk Vatikan L.Amrih Jinangkung, dan Penasihat PWKI AM Putut Prabantoro. Foto: benang.id/Gora

Uskup Ayuso terus mengupayakan inisiatif bersama untuk mempromosikan perdamaian hak untuk beragama, pendidikan, dan isu kebebsan beragama melihat kesepakatan yang menetapkan “hak keramat kewarganegaraan” untuk semua, tidak peduli apapun agama mereka.

Puncak karya sebagai pejuang persaudaraan tanpa sekat tertancap saat membidani lahirnya Deklarasi Persaudaraan Manusia Sejati, yang dituangkan dalam  “The Document on Human Fraternity for World Peace and Living Together atau Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama” yang ditandatangani Paus Fransiskus bersama Imam Besar Al-Azhar, Ahmed Al-Tayeb pada 4 Frebuari 2019 di Abu Dhabi.

Dokumen Human Fraternity berisi pesan bagi upaya-upaya perdamaian di tengah arus radikalisme agama dan penggunaan identitas agama untuk melakukan kekerasan. Dokumen tersebut diterima secara luas dan menjadi bahan perbincangan di kalangan Islam.  

Presiden Dikasteri untuk Dialog Antaragama Takhta Suci di Vatikan, Kardinal Miguel Angel Ayuso Guixot MCCJ diapit Rm Yustinus Sulistiadi Pr (kiri) dan AM Putut Prabantoro (kanan). Foto: benang.id/Gora

Tak lama setelah peristiwa deklarasi yang dikenal sebagai Dokumen Human Fraternity, pada 25 Mei 2019, Paus Fransiskus mengangkatnya sebagai Presiden atau Prefek Dikasteri atau Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama. Sebuah Dewan yang ditentukan dalam Sidang Konsili Vatikan II untuk memajukan Upaya-Upaya Dialog Antaragama.

Uskup Agung Miguel Angel Ayuso Guixot MCCJ akhirnya diangkat menjadi kardinal oleh Paus Fransiskus pada 1 September 2019 bersama 12 Uskup Agung lainnya, termasuk Uskup Agung Jakarta, Mgr Ignatius Suharyo.

(ki-ka): Dirjen HPI L Amrih Jinangkung, Padre Marco, dan Kardinal Miguel Ayuso. Foto: benang.id/Gora

Para kardinal tersebut diumumkan setelah  doa Malaikat Tuhan pukul 12.00 oleh Paus Fransiskus dan dilantik menjadi kardinal dalam Consistorium atau Sidang Para Kardinal pada 5 Oktober 2019 di Vatikan.

Kardinal Agung Ayuso Guixot juga berperan memulihkan dialog antara Vatikan dan Universitas Al-Azhar, pusat teologi Islam Sunni. Mgr Ayuso yang telah menerbitkan buku dan artikel di jurnal internasional ini fasih berbahasa Spanyol, Arab, Inggris, Prancis, dan Italia.  

Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika

Kardinal Ayuso dan Padre Marco saat menerima kunjungan Delegasi PWKI ke Vatikan di Kantornya, 15 November 2022. Foto: benang.id/Gora

Dalam kesempatan menerima audiensi dengan Delegasi PWKI (Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia) di Kantornya di Vatikan, 15 November tahun lalu, Kardinal Ayuso mengungkapkan bahwa Takhta Suci Vatikan mengagumi keberadaan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.

Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, menurut dia, merupakan sejarah perjalanan panjang eksistensi Bangsa Indonesia. Oleh karena itu, ia berharap keduanya harus dipertahankan, dikembangkan, dan diterapkan secara nyata untuk membangkitkan spirit atau roh persaudaraan antarumat manusia.

“Roh Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sejatinya adalah persaudaraan. Bagaimana kita melihat orang lain sebagai saudara tanpa melihat status apapun. Spirit atau roh bersaudara itulah yang harus kita miliki dan kembangkan dalam diri kita.  Bersaudara suatu kesatuan. Sikap kepedulian satu sama lain. Itu kata-kata yang kelihatan sederhana tapi bermanfaat bagi orang lain,” tutur Ayuso.

Kardinal Ayuso dan Padre Marco saat menerima kunjungan Delegasi PWKI ke Vatikan di Kantornya, 15 November 2022. Foto: benang.id/Gora

Kardinal Ayuso mengatakan bahwa saat ini dunia sedang sakit, termasuk Indonesia juga sedang sakit. Oleh karena itu, posisi Vatikan sebagai pihak yang menawarkan penyembuhan. Paus Fransiskus, tandas Ayuso, biasanya menggunakan perumpamaan orang Samaria yang baik hati.

“Pertanyaannya kepada siapakah sesamaku? Iya, sesamaku di sini tidak mengenal identitas atau apapun. Dia yang merasa sakit. Nah, dia yang dimaksudkan di sini adalah siapa saja orangnya tanpa terkecuali, sehingga mereka membutuhkan kita harus dilayani dengan baik,” beber Kardinal Ayuso yang didampingi Rm Markus Solo Kewuta SVD,  satu-satunya pejabat Vatikan yang berasal dari Indonesia.

Peran Media

Dalam kesempatan itu, Kardinal Ayuso juga menekankan peran media yang sangat penting berhadapan dengan budaya saat ini. Menurut dia, media harus positive by nature.

“Media harus memajukan hal-hal yang positif, yang baik-baik untuk memerangi fake news, penipuan, manipulsai dan semuanya,” katanya.

Kardinal Ayuso dan Padre Marco saat menerima kunjungan Delegasi PWKI ke Vatikan di Kantornya, 15 November 2022. Foto: benang.id/Gora

Media, lanjut Ayuso, harus objektif dalam pemberitaan agar membawa orang dalam persatuan dan kesatuan. Itu sangat esensial. Oleh karena itu diharapkan media dapat membantu memajukan nilai-nilai kasih,dan kebenaran, bukan lagi mencari gosip atau sensasi.

“Media juga diharapkan tidak melulu mengejar followers, tapi mengutamakan informasi-informasi yang lebih mendidik. Ambisi itu memang ada, tetapi harus ditempatkan pada tempat yang baik,” ucap Kardinal Ayuso.

(ki-ka): Ketua Delegasi PWKI ke Vatikan Mayong Suryoleksono, Presiden Dikasteri untuk Dialog Antaragama Takhta Suci Vatikan, Kardinal Miguel Angel Ayuso Guixot MCCJ, Pater Markus Solo Kewuta SVD, dan Pendiri sekaligus Penasihat PWKI AM Putut Prabantoro di Vatikan, Selasa (15/11/2022). Foto:. Foto: benang.id/Gora

Lebih lanjut dikatakan Ayuso, bahwa upaya Paus Fransiskus dalam “The Document on Human Fraternity for World Peace and Living Together” atau Persaudaran Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama adalah memajukan,mengembangkan dan menghidupkan budaya dialog, budaya pertemun dan budaya perdamaian.

Jadi, tandas Ayuso, Paus Fransiskus sebenarnya bukan memulai hal yang sama sekali baru, tetapi berpijak pada Paus-Paus sebelumnya karena sejak awal Paus Fransiskus tidak ingin membuat sesuatu yang baru ataupun menghapusnya nilai-nilai yang sudah ada. Jadi, sesuatu yang membudaya ini merupakan suatu proses yang sudah terjadi dan yang ada. 

“Jadi ini Paus mau menegaskan akan mempromosikan nilai-nilai budaya yang sudah ada untuk lebih luas yaitu budaya dialog, budaya dan perdamaian. Dan ini merupakan satu budaya yang penting untuk terus menerus dipupuk,dirawat dan juga dipertahankan,” tutup Ayuso. (*)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments