Jakarta, benang.id – Sekretaris Jenderal Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), Dr Anggawira MM MH mengatakan fenomena start up terancam gulung tikar dinilai karena kurangnya inovasi dan rasa memiliki untuk mengembangkan SDM usaha tersebut.
Anggawira juga menilai fenomena meningkatkan valuasi sejumlah start up di tanah air, untuk kemudian dijual kepada investor tidak hanya merugikan start up tersebut, namun berimbas kepada larinya kepemilikan merek start up kepada investor lain yang kebayakan milik asing.
“Harusnya ada kesadaran si pemilik start up untuk berusaha naik kelas terus berinovasi dengan terobosan-terobosan yang kreatif. Jangan mengambil langkah instan dengan hanya sekadar meningkatkan valuasi perusahaan habis itu dijual kepada investor lain yang kebanyakan dari luar negeri,” ujar Anggawira dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (23/2/2023).
Menurut Anggawira, tantangan-tantangan ini menjadi tugas tersendiri tidak hanya bagi pemerintah namun juga pada kelompok asosiasi pengusaha untuk bisa membantu agar start up yang ada bisa naik kelas.
“Maka dari itu, kami di Hipmi tidak berhenti untuk memberikan penyadaran bahwa pentingnya berwirausaha dan menciptakan enterpreneur baru untuk terus naik kelas. Jangan hanya ketika valuasi naik, dijual lalu ditinggalkan. Pola pikir ini yang akan kita ubah. Karena makin banyak enterpreneur baru bisa memberikan multiplier effect yang besar,” ungkap Anggawira.
Anggawira menambahkan bahwa menciptakan enterpreneur baru juga bukan pekerjaan yang mudah akan tetapi memerlukan dukungan banyak pihak. Misalnya dengan membuka keran fasilitas pembiayaan ke perbankan dan pinjaman lain pada industri keuangan agar bisa memudahkan untuk berkembang para enterpreneur baru.
“Dengan begitu, saya kira akan bisa berkembang. Di sisi lain, Hipmi juga terus menjadi inkubator lahirnya wirausahawan muda yang dipupuk sejak dini. Baik itu di kampus maupun sektor informal lainnya contohnya seperti digitalisasi terus kita dorong artinya digitalisasi ini salah satu instrumen untuk terus berinovasi sehingga adaptif terhadap perusahaan,” kata Anggawira.
Terakhir Anggawira mengungkapkan dalam rangka penguatan ekonomi masih dibutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak dan memberikan kemudahan akses yang besar berdasarkan kemampuan pengusaha. (*)