Kalteng, benang.id – Indonesia dibayangi oleh cuaca kering ekstrim yang disebut sebagai siklus El Nino. Fenomena alam ini diprediksi memberikan risiko besar pada terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) terutama di semak belukar, area gambut dan lahan terlantar (tidak dikelola).
Untuk memitigasi risiko karhutla, Gabungan Pengusaha Sawit Indonesia (Gapki) cabang Kalimatan Tengah (Kalteng) melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) bersama dengan pemerintah.
Ketua Bidang Lingkungan dan ISPO Gapki Kalteng, Sutto Suwahyo menegaskan komitmen Gapki dalam merangkul para pemangku kepentingan secara lebih dini sebagai upaya memitigasi risiko Karhutla. Di antaranya menyiapkan sarana dan prasarana di seluruh perusahaan anggota Gapki, mengedukasi masyarakat dan petani kelapa sawit sekitar, juga melakukan TMC di masa El Nino.
“Setiap hari kami melakukan evaluasi dan pemantauan terhadap seluruh wilayah Kalteng. Dari hasil evaluasi tersebut akan diputuskan daerah mana yang rawan dan menjadi prioritas pelaksanaan TMC. Kami tidak ingin kejadian kebakaran lahan terulang lagi. Maka sebelum itu terjadi, kami aktif melakukan upaya-upaya pencegahan,” tegas Sutto.
TMC merupakan program pemerintah dalam memitigasi risiko panas ekstrim akibat El Nino. Gapki cabang Kalteng mendukung pemerintah dalam upaya tersebut selama enam hari yakni dari tanggal 25 sampai dengan 30 Agustus 2023. Sasarannya seluruh area Kalteng memiliki tingkat kelembapan paling rendah atau sangat kering.
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), wilayah Kalteng dan Riau menjadi daerah yang rentan terhadap kasus Karhutla. Menurut data BRIN, selama bulan Agustus sudah ditemukan lebih dari 60 hotspot di beberapa titik di Kalteng.
“Secara historis, curah hujan wilayah Kalteng pada bulan Agustus 2023, hingga tanggal 24 menunjukkan penurunan dibanding rata-rata historisnya. Hal ini menunjukkan sangat besarnya pengaruh El Nino di Kalteng. Diharapkan dengan TMC, tidak hanya meminimalisir hotspot tapi kami berambisi agar zero hotspot di Kalteng,” ungkap Koordinator Lapangan TMC Kalteng, Chandra Fadlillah.
Sesuai dengan Inpres No 3 Tahun 2020, TMC telah menjadi bagian dari strategi nasional dalam mitigasi dan penanggulangan Karhutla. TMC dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, di antaranya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) dan pemangku kepentingan setempat.
Suto Suwahyo mengungkapkan langkah ini diharapkan dapat mengurangi potensi Karhutla yang memberikan kerugian bagi seluruh pihak, secara materiil juga bagi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat setempat.
“TMC adalah solusi permanen untuk karhutla. Kalau sebelumnya dilakukan ketika kebakaran terjadi, tahun ini kita dorong sebagai langkah pencegahan,” tutup Chandra Fadlilah. (*)