Jakarta, benang.id – Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN yang berlangsung 5-7 September 2023 telah diawali dengan berbagai forum dan side events di berbagai kota di Indonesia. Salah satu yang baru saja diselenggarakan adalah ASEAN Investment Forum (AIF) 2023 pada Sabtu (2/9/2023) lalu di The Sultan Hotel, Jakarta Selatan. Forum ini diadakan sebagai tindak lanjut dari ASEAN Economic Minister 2023 yang dilaksanakan di Semarang Agustus lalu.
AIF 2023 merupakan forum investasi pertama selama sejarah berdirinya ASEAN. Hal ini merupakan salah satu terobosan Keketuaan Indonesia di ASEAN 2023 untuk memberikan wadah bagi para anggota ASEAN berkolaborasi dan membahas isu investasi dan potensi-potensi kolaborasinya secara lebih menyeluruh.
Pada Tahun pertamanya, AIF 2023 berfokus kepada kolaborasi investasi yang inklusif terkait dengan Foreign Direct Investment (FDI) tau yang juga dikenal dengan istilah Penanaman Modal Asing (PMA) di ASEAN. Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menilai bahwa ASEAN menjadi penerima FDI terbesar ke-2 di dunia.
“FDI ke ASEAN meningkat 5%, menyentuh US$ 224,2 miliar atau sekitar Rp 3.407 triliun (kurs Rp 15.200), atau menyentuh level tertinggi sepanjang sejarah ASEAN, namun perlu digarisbawahi bahwa dari 60% FDI yang masuk ke ASEAN pada tahun 2022, hanya kurang dari 1% yang dinikmati oleh penduduk ASEAN,” ucap Sekretaris Jenderal Badan Pengurus Pusat (BPP) Hipmi Anggawira di sela-sela kegiatan acara.
“Baik dalam forum-forum nasional, regional, bahkan global, Presiden Jokowi selalu menekankan bagaimana pentingnya peran UMKM sebagai roda perputaran ekonomi. Pengusaha kita harus mampu menangkap peluang investasi, baik untuk penjualan dalam negeri maupun ekspor. Ada beberapa strategi yang saya rasa bisa dimanfaatkan para pengusaha, utamanya UMKM. Yang pertama, peningkatan daya saing produk atau jasa. Seperti satu kutipan yang sering digunakan dalam Dunia marketing, ‘The product is the marketing itself’. Artinya, produk yang berkualitas adalah modal awal untuk bemarketingkan dirinya sendiri. Tentu Tidak lepas dari poin kedua, yaitu enguatan strategi marketing, termasuk optimalisasi digital marketing. Bicara digital marketing bukan saja sekadar memiliki toko online tau berjualan melklui platform e-commerce, namun juga memahami cara kerja SEO dan analytics yang dapat mendorong produk tau jasa kita untuk dilihat oleh potence target market yang tepat,” papar Anggawira.
“Itu baru dari sisi marketing. Dari sisi permodalan, pengusaha harus jeli melihat peluang dań saat datang bertemu dengan para investor (baik asing maupun lokal), pastikan memahami kepentingan investor itu dari hulu ke hilir. Terdengar standar atau mendasar, namun, masih sering saya temui teman-teman UMKM kita belum lengkap dari segi inii. Selanjutnya, dałam konteks Indonesia maupun ASEAN, yang selalu saya ulang di mana pun adalah semangat kolaborasi antar sektor dan dalam hal ini, antar negara,” tambah pria yang akrab disapa AW ini.
Anggawira yang juga merupakan Tenaga Ahli Kementerian Investasi/BKPM RI melanjutkan, ke depannya, ASEAN perlu memupuk kolaborasi yang konkrit serta solid, agar dapat menjadi komunitas ekonomi dunia yang kuat sehingga investasi yang masuk ke ASEAN dapat berdampak besar bagi seluruh lapisan masyrakat ASEAN.
Indonesia dapat mengambil peran besar dalam peningkatan kolaborasi investasi di ASEAN. Karena, Indonesia memiliki peran strategis dalam wilayah ASEAN dengan potensi sumber dayanya yang mencakup jumlah penduduk terbesar ke-4 dunia dan terbesar di ASEAN, negara demokrasi terbesar ketiga di dunia dan ASEAN, populasi muslim terbesar di dunia dan ASEAN, serta ekonomi terbesar di ASEAN pada tahun 2021 dan salah satu dari 20 ekonomi besar dunia dalam G20.
Tahun 2023 dimana Indonesia memegang keketuaan ASEAN 2023, harapannya dapat menjadi wadah Indonesia meningkatkan peran di ASEAN, dengan mendorong perputaran ekonomi, promosi destinasi wisata, hilirisasi, hingga di bidang pembangunan, perdagangan, dan ilmu pengetahuan serta teknologi.
“Ada dua tantangan utama yang harus diperhatikan seluruh negara ASEAN, yaitu terkait kapasitas badan investasi di seluruh negara ASEAN dan juga pemerataan aliran FDI. Perlu adanya koordinasi yang baik agar investasi lebih banyak mengalir juga ke kawasan 3T,” sambung Anggawira.
Ia menambahkan bahwa perlu kemitraan di ASEAN perlu terus didorong melalui Free Trade Agreement dan (FTA) dan kesepakatan-kesepakatan antar negara lainnya, agar selanjutnya ASEAN mampu menghadapi tantangan geopolitik di masa depan.
“Indonesia harus meningkatkan peran dalam kemitraan investasi di ASEAN, peluang investasi untuk hilirisasi komoditas hingga investasi Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara dapat dimanfaatkan untuk mengawal peningkatan kolaborasi investasi di ASEAN,” tutupnya. (*)