Balige, benang.id – Gereja Katolik Stasi Santo Padre Pio Pangasean, Paroki St Yosef Balige, Keuskupan Agung Medan, Sumatera Utara (Sumut) siap menjadi sebuah paroki baru, menyusul digelarnya acara peletakan batu pertama pembangunan gedung pastoran pada Minggu (1/10/2023).
Hal tersebut dikemukakan Pastor Paroki St Yosef, Balige, Pastor Ambrosius Nainggolan OFMCap, Vikep (Vikarius Episcopalis) sekaligus merangkap Parochus usai memimpin Misa Syukur Peletakan Batu Pertama Pembangunan Gedung Pastoran, sekaligus Pesta Santo Pelindung Padre Pio, Pembukaan Bulan Rosario, dan Gotilon atau pesta panen.
“Apakah nanti Stasi Pangasean jadi paroki atau tidak kita serahkan kepada Bapak Uskup. Diharapkan Desember nanti keputusan sudah keluar. Ada 13 gereja stasi di sekitar wilayah Paroki Santo Yosef Balige, salah satunya bakal menjadi paroki. Apakah Porsea, apakah Pangasean, atau Narumonda kalau dilihat skope wilayahnya menurut saya Pangasean tidak kalah sentral,” tutur Pastor Ambrosius, dalam acara ramah tamah.
Pastor Ambrosius menjelaskan bahwa secara jumlah gereja jika digabungkan di sekitar Stasi Pangasean sudah mencukupi untuk menjadi sebuah paroki. “Di wilayah sebelah ada Rayon Silaen dengan 9 gereja. Jadi kalau di sini ada 13 ditambah 9 menjadi 22 maka sudah lebih dari cukup,” ujar Pastor Ambrosius.
Pastor Ambrosius meyakini bahwa ke depan akan tampak sesuatu yang baru terkait kehidupan menggereja di wilayah ini. Maka ia pun meminta umat untuk melambungkan doa-doa harapan dan meningkatkan dukungannya lagi agar stasi dan rayon ini naik level menjadi paroki.
“Karena itu sumbangsih umat harus lebih lagi. Marilah kita mewujudkan ini apalagi peletakan batu pertama pembangunan gedung pastoran ini dipadukan dengan peringatan Santo Pelindung Padre Pio. Juga ada pesta panen padi semoga semuanya itu menjadi penyemangat kita dalam kehidupan menggereja. Dari gereja dan dari tengah keluarga kita dengan segala aktivitas kita entah itu di sawah, di ladang entah itu kegiatan sosial kita di tengah masyarakat, kita kembalikan semuanya demi kemuliaan Tuhan dan kita wujudkan di gereja yang kita cintai ini. Jadi selamat kepada Stasi Pangasean ini atas pesta pelindung dan juga atas pesta Gotilon,” tutur Pastor Ambrosius.
Pengampunan membuka segala jalan kebaikan dan keselamatan
Dalam khotbah Misa Kudus pagi itu, Pastor Ambrosius menekankan pentingnya pengampunan bagi umat Katolik. Menurut dia, pengampunan ibarat sebuah kunci yang sangat kecil tetapi dapat membuka pintu yang begitu besar yang tertutup rapat.
“Dalam kehidupan kita ini dan dalam kehidupan bersama pasti di sana –sini banyak kekurangan, banyak kealpaan, bahkan kedosaan kita. Akan tetapi jika kita terbuka saling memaafkan, saling mengampuni, walaupun kesalahan sudah sangat begitu besar maka itu akan membuka segala jalan kebaikan dan keselamatan kepada kita. Sebaliknya kendati pun kita selama ini merasa benar yang kita lakukan selalu baik-baik tetapi kita jatuh ke dalam dosa dan itu akan membuat kita mati di dalam dosa itu sendiri,” ungkap Pastor Ambrosius.
Kata dia, siapa yang tidak mau mengampuni maka dia sendiri sesungguhnya telah menghancurkan jembatan yang dia sendiri harus melalui. “Jadi tidak ada alasan untuk kita tidak terbuka bagi pengampunan. Sebesar apapun kesalahan, sebesar apapun dosa orang bagi kita biarlah Tuhan yang memperhitungkan kedosaan itu kepadanya. Kita sebagai manusia mesti terbuka untuk pengampunan itu,” tandas Pastor Ambrosius.
Meski mengampuni itu tidak gampang dan pasti sangat sulit, namun lanjut dia, itulah panggilan hidup umat Kristiani. Terbuka untuk pengampunan. Karena itu Pastor Ambrosius mengingatkan katakese atau arahan pengajaran dari Rasul Paulus pada bacaan hari Minggu itu yang sangat tepat untuk dibatinkan.
“Karena itu sempurnakanlah suka citaku dengan ini. Hendaklah kamu sehati sepikir dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-puji yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati menganggap orang lebih utama daripada dirinya sendiri. Dan janganlah tiap orang memperhatikan kepentingannya sendiri. Tetapi kepentingan orang lain juga. Hendaklah kamu dalam hidup bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Yesus Kristus yakni keterbukaan untuk pengampunan itu sendiri,” ujarnya.
“SekalipunYesus itu anak Allah maha kuasa, tetapi Dia tidak mempergunakan itu untuk duduk di atas tahta-Nya. Tapi Dia dengan merendahkan diri sampai masuk dalam kubur bukan hanya disalibkan, masuk dalam kubur untuk menjadi tebusan atas dosa-dosa kita,” sambung Pastor Ambrosius.
Lebih jauh Pastor Ambrosius menekankan bahwa momentum peletakan batu pertama pembangunan gedung pastoran Stasi Pangasean ini menjadi kesempatan yang sangat istimewa bagi umat untuk semakin menata dan meniti kehidupan menggereja yang lebih baik di hari mendatang. “Kesatuan, kesehatian itu mutlak untuk kita wujudkan karena memang itulah panggilan kita,” ucapnya.
Pegang teguh spirit Padre Pio
Masih dalam khotbahnya, Pastor Ambrosius mengajak umat Stasi Pangasean untuk memegang teguh spirit Santo Padre Pio yang telah dipilih sebagai pelindung.
“Satu spirit dari Santo Padre Pio itu adalah doa, harap, dan jangan pernah kuatir. Itu adalah pengungkapan penyerahan dirinya bahwa Tuhan akan senantiasa menyelenggarakan yang terbaik dalam kehidupannya sekalipun dia dalam keadaan terbatas,” jelasnya.
Selanjutnya Pastor Ambrosius mengisahkan bahwa selama hidupnya Padre Pio pekerjaannya berdoa dan melayani sakramen tobat atau pengampunan. Karena hatinya sudah sedemikian tercurah untuk mewujudkan kasih dan kerajaan Tuhan yaitu pengampunan ia sangat betah berada di ruang pengakuan bukan hanya berjam-jam bahkan sehari penuh. Dan sepanjang dia bertahan di situ, ungkapannya yang selalu muncul dari dia adalah Yesus Maria, Yesus Maria, Yesus Maria. Dan kata itu pula yang terakhir ia ungkapkan saat kematian menjemputnya. Baik hidup nya maupun mati Padre Pio total ada dalam Tuhan Yesus dan Maria sendiri.
“Maka jika kita sekarang menaruh Bunda Maria di depan ini dalam rangka pembukaan bulan Rosario ini agar selain disemangati kesatuan dan kesehatian dalam peletakan batu pertama pembangunan gedung pastoran ini, doa-doa dan kegiatan-kegiatan di lingkungan kita juga semakin digiatkan dalam bulan Rosario,” katanya.
Sementara terkait Gotilon, Pastor Ambrosius mengajak umat untuk bekerja dengan sungguh dalam keseharian termasuk mengolah sawah ladang, yang dianugerahkan Tuhan kepada umat-Nya.
“Mari kita mengucap syukur atas hasil panen. Kita mohonkan juga berkat Tuhan atas benih-benih padi ini. Marilah kita senantiasa menyadari bahwa benih padi ini adalah salah satu anugerah Tuhan kepada kita untuk kehidupan untuk kemanusiaan. Dan kita mohonkan rahmat Tuhan agar segala pekerjaan kita, sawah, ladang kita berhasil banyak dan teristimewa lagi kita jangan pernah bermalas-malas dalam pekerjaan kita sehari-hari,” ucapnya.
Pastor Ambrosius menambahkan bahwa bukan soal seberapa panjang atau banyak doa yang dipanjatkan untuk benih-benih tersebut. Jauh lebih penting adalah tidak bermalas-malasan bekerja dan mau terbuka untuk menambah pengetahuan, ketrampilan dalam pertanian padi, dalam pengolahan sawah ladang.
“Berkat Tuhan bukan jatuh begitu saja dari langit. Tetapi perpaduan antara doa dengan usaha kita menjadi saluran berkat bagi kita. Karena itu ada pepatah ora et labora, berdoa sambil atau dengan bekerja. Marilah bapak ibu dalam keseharian kita selain berusaha dengan sungguh tapi juga berdoa dengan tulus,” ujarnya.
Tentang pembangunan gedung pastoran ini, kata Pastor Ambrosius, mungkin banyak orang kuatir tidak tercapai. “Tapi Padre Pio sudah katakan jangan kuatir. Itu harus dipegang. Pembangunan gereja katolik ataupun umat katolik dimanapun berada tidak pernah gagal karena masalah uang. Uang sudah dicetak Bank Indonesia, uang itu bertebaran di mana-mana ada di kantong bapak ibu, ada di bank, ada di pemerintah bahkan ada juga di tabungan paroki. Sesungguhnya tugas panitia hanyalah mengumpulkan. Apa susahnya? ,” tanya Pastor Ambrosius, seraya menambahkan, “Tetapi jika kita tidak kompak apalagi berkelahi sebanyak apapun uang yang kita dapat, pembangunan ini tidak akan berhasil.”
Maka sekali lagi, Pastor Ambrosius menekankan segenap umat untuk menjaga kesatuan, kesehatian dan juga usaha sebagai kekuatan bersama dalam mewujudkan pembangunan yang telah direncanakan.
“Semoga daya ekaristi ini, berkat doa-doa Bunda Maria, berkat doa- doa Padre Pio seluruh umat Tuhan baik di Stasi Pangasean juga di Rayon Porsea yang sudah diassesmen untuk menjadi sebuah Paroki, Tuhan menunjukkan kehadiranNya di tengah kita. Dengan senantiasa menjaga kekompakan kita, kesatuan dan kesehatian kita untuk mewujudkan gereja Katolik yang sungguh lagi di kawasan atau wilayah ini. Maka marilah sekali lagi membatinkan ungkapan rasul Paulus itu, karena itu sempurnakanlah suka citaku dengan ini sehati sepikir, satu kasih satu jiwa satu tujuan. Semoga dengan itu, kasih dan kerajaan Tuhan semakin nyata di tengah kita,” pungkasnya.
Gaudeamus Choir
Misa Kudus peringatan Santo Pelindung Padre Pio, pemberkatan peletakan Batu Pertama Pembangunan Gedung Pastoran, sekaligus Pembukaan Bulan Rosario, dan Perayaan Gotilon pagi itu berlangsung sangat meriah dan dihadiri ratusan umat dari berbagai wilayah.
Selain melibatkan anak-anak, remaja, OMK (orang muda Katolik), dan ibu-ibu, istimewanya misa diiringi lagu-lagu yang dibawakan oleh Gaudeamus Choir (GC) dari Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda (HSPMTB) Tangerang, Keuskupan Agung Jakarta.
Atas dukungan GC ikut memeriahkan Misa Kudus, Pastor Ambrosius memberikan apresiasinya.
“Terima kasih GC mau tampil di gereja ini yang masih kampung, selain itu juga membawa pujian syukur mengiringi misa dari awal sampai akhir. Inilah paduan suara yang benar-benar Katolik. Saya harapkan umat kita di sini juga melatih lagu dari Puji Syukur dan menyanyi secara paduan suara bukan tampil sendiri-sendiri seperti ajang kontes. Terima kasih GC sudah menampilkan perayaan liturgi yang baik itulah kehadiran gereja yang utama bukan peletakan batu pertama. Bukan pembangunan, tapi ibadah, liturgi, berdoa yang menopang gereja kita. Saya harapkan setiap stasi bisa mengambil inspirasi dari penampilan GC,” tutur Pastor Ambrosius.
Untuk diketahui, GC merupakan kelompok paduan suara yang telah melayani selama 17 tahun di bawah asuhan pelatih sekaligus dirigen utama Asti Boru Siagian, yang merupakan putri daerah.
Sebagai umat asli yang telah sukses merantau ke Jakarta, Keluarga Opung Pande –demikian Asti akrab disapa– merasa terpanggil untuk membangun gereja di kampung halamannya. “Separuh hati, jiwa, dan hidup saya ada di gereja ini. Maka saya dan keluarga akan terus mendukung kemajuan umat dan gereja ini,” ungkap Opung Pande terharu.
Dalam kesempatan itu, Keluarga Opung Pande menyerahkan bantuan dari berbagai pihak yang telah ia kumpulkan sebesar Rp 75 juta sebagai dana awal pembangunan gedung pastoran.
“Kita harus meneladani orang-orang dari kampung kita yang sudah berhasil ini. Jadi terima kasih kepada Opung Pande yang telah membangun kembali gereja di sini terutama spirit dan keimanannya. Mudah-mudahan ada satu dua orang lagi yang seperti Opung Pande menolong kami. Temani kami, sertai kami dan dukung kami sebagai anak kampung ini, sehingga umat di sini tetap terinspirasi akan kemajuan untuk kebaikan termasuk juga dalam kemajuan gereja kita,” ucap Pastor Ambrosius.
Pastor Ambrosius meminta umat turut mendukung pembangunan Stasi Pangasean. Jika tidak bisa memberikan sesuatu setidaknya tidak membuat kekisruhan. “Nah, jika kita bahu membahu bekerja sama untuk mewujudkan gedung pastoran, tentu kita akan lebih bersuka cita Andai kita bisa merayakan Natal bersama di gedung yang baru nanti,” tutur Pastor Ambrosius Nainggolan.
Terakhir, Pastor Ambrosius menyampaikan kata bijak “Gugu, Gogo, dan Guga” sebagai nasihat untuk mengingatkan umat Stasi Padre Pio. “Gugu artinya sumbangan dana, dan Gogo artinya sumbangan tenaga, sedangkan Guga adalah ricuh atau kisruh. Jadi jika kita tidak bisa memberi Gugu, berilah Gogo. Tapi jika tidak dapat memberikan Gugu dan Gogo, janganlah membuat Guga,” pungkas Pastor Ambrosius Nainggolan.
Sekilas tentang Stasi Padre Pio Pangasean
Gereja Stasi Santo Padre Pio Paroki St Yosef Balige, Keuskupan Agung Medan, terletak di Desa Pangasean, Kecamatan Siantar Narumonda, Kabupaten Toba, Propinsi Sumatra Utara (Sumut). Ketua Panitia Misa Kudus Pesta Santo Pelindung, Peletakan Batu Pertama Pembangunan Gedung Pastoran, Pembukaan Bulan Rosario, dan Gotilon, Manogar Marpaung mengungkapkan bahwa sejarah Stasi Pangasean dimulai tahun 1948 dengan 4 warga setempat mengikuti ajaran Katolik. Pada 1950 empat orang tersebut dibaptis oleh pastor asal Belanda.
“Sekitar 1955 umat berkembang menjadi 16 KK, mereka beribadah di salah satu rumah umat. Sekitar 3-4 tahun kemudian para pinitua membagun sebuah gereja kecil sebagai Stasi Pangasean,” beber Manogar.
Seiring berkembangan jaman, lanjut dia, umat Stasi Pangasean menjadi 40-50 KK sehingga bangunan pertama sudah tak mampu menampung lagi, maka didirikan lagi sebuah bangunan yang lebih besar. Tapi kemudian tidak digunakan lagi karena sesuatu dan lain hal.
“Terakhir dibangunlah gereja yang sekarang berdiri ini sekitar tahun 1995. Umat di Stasi Pangasean sudah berkembang lagi menjadi 80-90 KK,” ujar Manogar.
Berdasarkan data tahun 2022, jumlah umat tercatat 89 KK atau 363 jiwa, meliputi antara lain anak-anak bina iman berjumlah 36 orang, OMK 95 orang, lansia 57 orang, dan sisanya usia produktif atau 31-60 tahun. Secara umum kehidupan ekonomi umat di Stasi St Padre Pio Pangasean cukup sederhana. Sebagian besar pekerjaan mereka seperti warga desa lainnya adalah bercocok tanam, dan beternak.
Nah, ide awal pembangunan Stasi St Padre Pio datang dari Pastor Paroki St Yosef sekitar tahun 2021, saat itu Pastor Monaldus Banjarnahor OFM Cap mengusulkan agar paroki ditambah untuk membantu Paroki St Yosef Balige yang sangat sibuk. Bisa dibayangkan kerepotan pastor yang jumlahya terbatas harus melayani sebanyak 28 stasi dengan lokasi yang saling berjauhan, termasuk Stasi St Padre Pio di dalamnya.
Kini batu pertama telah diletakkan sebagai pondasi. Dengan dukungan semua pihak, diharapkan pembangunan gedung pastoran Stasi St Padre Pio Pangasean dapat terselesaikan, sehingga kehidupan menggereja umat di stasi ini semakin membaik dan iman mereka tumbuh subur semakin mencintai Tuhan dan sesama. (*)