Nusa Dua, benang.id – Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan pilar terpenting dalam perekonomian Indonesia. Jumlah UMKM di Indonesia sebesar 64,19 juta, dengan komposisi Usaha Mikro dan Kecil sangat dominan yakni 64,13 juta atau sekitar 99,92% dari keseluruhan sektor usaha.
Data menyebutkan sekitar 46,6 juta UMKM belum memiliki akses kredit, hal ini merupakan tantangan sekaligus peluang besar terhadap industri fintech lending untuk mengisi gap kebutuhan kredit tersebut.
Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Bali mencatat adanya 340 ribu UMKM Bali per tahun 2021, pertumbuhan yang tumbuh secara signifikan terhadap UMKM provinsi Bali tersebut juga menjadi tantangan serta peluang tersendiri atas kebutuhan akses modal usaha.
Fokus Fintech Pendanaan untuk pemberdayaan UMKM menjadi penting, lantaran besarnya kontribusi terhadap perekonomian nasional. Data teranyar menyatakan sumbangsih UMKM mencapai 61,07% untuk PDB dan 97% untuk pembukaan lapangan kerja.
Untuk mendorong dan mengakomodir kebutuhan akses alternatif permodalan UMKM, Asosiasi Fintech Pendanaan bersama Indonesia (AFPI) yang merupakan mitra strategis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam menjalankan fungsi pengaturan dan pengawasan para penyelenggara Fintech Pendanaan bersama Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Bidang Keuangan dan Perbankan mengambil peran dalam kegiatan G20 dengan menyelenggarakan Business Matching & Exploration Session yang berlangsung pada Rabu (11/5/2022) bertempat di Courtyard by Marriott Bali Nusa Dua Resort sebagai momentum kolaborasi untuk memperkenalkan peran Fintech Pendanaan Bersama yang dapat menjadi alternatif solusi modal maupun pendanaan bagi pengusaha Indonesia dan pelaku UMKM.
Tujuannya dilaksanakan Business Matching & Exploration Session ini salah satunya agar AFPI dan para anggotanya dapat memberikan informasi terkait produk Fintech Pendanaan Bersama produktif yang dapat digunakan usahawan dalam pengembangan bisnis.
Tujuan kedua, yaitu memberikan edukasi akan persyaratan dalam pengajuan pinjaman. Tak hanya itu saja, kegiatan business matching bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang status legalitas perusahaan Fintech Pendanaan Bersama yang berizin, legal dan aman untuk dijadikan mitra.
Ketua Umum AFPI sekaligus Co-Founder & CEO Investree Adrian Gunadi mengatakan, Business Matching & Exploration Session ini digelar sebagai komitmen AFPI dan para pelaku Fintech Pendanaan Bersama untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan digital bagi UMKM. Khususnya untuk seluruh jajaran anggota Badan Pengurus Daerah Area Bali Hipmi selaku pengusaha muda.
“Kami berharap, acara ini mampu menjadi wadah untuk menjawab kebutuhan akses alternatif modal kerja maupun pendanaan. Rata-rata, pendanaan untuk UMKM dalam satu tahun terakhir (sektor produktif) sebesar 57,7 % dari total jumlah pendanaan per Februari 2022,” ujar Adrian.
Ketua Bidang Keuangan dan Perbankan BPP Hipmi Anggawira menyampaikan menyambut baik kegiatan G20 dan arahan presiden untuk mendorong pemulihan ekonomi dengan harapan kolaborasi pendanaan melalui Fintech Pendanaan Bersama, khususnya untuk pengusaha mikro yang tergabung dalam Hipmi Bali. Saat ini, terdapat 102 penyelenggara Fintech Pendanaan Bersama yang telah berizin OJK dan merupakan anggota AFPI.
“Dalam ekosistem Fintech Pendanaan Bersama terdapat tiga klaster pembiayaan, yaitu produktif, multiguna dan syariah. Data statistik OJK mencatat, industri fintech lending secara konsisten berkontribusi menyalurkan pinjaman kepada pengguna hingga Rp 326,35 triliun per Februari 2022,” ucap Anggawira, dalam keterangannya di Jakarta.
Selain menjadi rangkaian acara G20 yang juga diselenggarakan serentak secara global, acara ini juga turut menghadirkan narasumber lain, seperti Kuseryansyah selaku Direktur Eksekutif AFPI dan Angela S. Oetama selaku CEO Gradana serta anggota Fintech Pendanaan Bersama yaitu AdaModal, ALAMI, Danamas, KreditPro, Maucash, Rupiah Cepat sekaligus anggota pendukung seperti TekenAja!, Digidata dan KBIJ.