Jakarta, benang.id – Salah satu ciri khas demokrasi adalah semua pihak harus menerima apa pun hasil pemilihan umum dengan sikap kritis. Semua pihak akan senang kalau yang terpilih (presiden) itu melakukan yang baik. Karena itu, untuk mendapatkan pemimpin yang terbaik maka pemilihan (umum) harus jujur dilakukan secara, adil, sesuai peraturan, transparan dan tidak ada intimidasi.
Demikian disampaikan Guru Besar Filsafat Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Profesor Magnis Suseno saat menyampaikan orasi pendek dalam seminar dan deklarasi bertajuk “Seruan Jembatan Serong 2, Nurani Memanggil” yang berlangsung di Kampus STF Driyarkara, Rawasari, Jakarta Pusat, Senin (05/02/2024).
Magnis menegaskan kita semua masih punya waktu untuk melaksanakan pemilihan umum yang jujur dan adil. Dan yang terpenting adalah menggunakan hak pilih dengan baik untuk mencegah yang buruk berkuasa. Menurut Magnis meski Pemilu masih tinggal beberapa hari, kita masih ada harapan pemilu bisa dijalankan dengan baik dan berhasil. “Kita jangan toleran pada pelanggaran yang ada. Kita harus mengawasi terutama yang paling bertanggung jawab terhadap terselenggaranya pemilu ini, yakni Presiden,” tambah Magnis.
Selain Magnis, orasi pendek dilakukan oleh beberapa tokoh, di antaranya Filsuf Karlina Supelli yang mengajak para akademisi dan intelektual untuk menyuarakan kebenaran. Sebelumnya, acara diawali dengan diskusi yang menghadirkan Filsuf Setyo Wibowo yang sekaligus Dosen STF Driyarkara bersama Jurnalis Tempo Stefanus Pramono. Kegiatan ini diakhiri dengan pembacaan deklarasi oleh Ketua STF Simon Lili Tjahyadi bersama seluruh Civitas Academica STF Driyarkara.
Deklarasi ditandatangani oleh Prof. Dr. Armada Riyanto dari STFT Widya Sasana Malang, Dr. Elias Tinambunan dari STFT St. Yohanes Pematang Siantar, Dr. Otto Gusti Madung dari IFTK Ledalero Maumere, Dr. CB Mulyatno dari Fakultas Teologi Wedabhakti Universitas Sanata Dharma, Dr. Barnabas Ohoiwutun dari STF Seminari Pineleng Minahasa dan Drs. Y. Subani, Lic. Iur. Can., dari Fakultas Filsafat Universitas Widya Mandira, Kupang. (*)