Bandung, benang. id – Dalam rangka menyambut dan merayakan 100 tahun Konferensi Waligereja Indonesia – KWI, Keuskupan Bandung menggelar Hari Studi, kegiatan seminar, dan diskusi , yang mengangkat tema “Bersama Membangun Bangsa: Keterlibatan Umat dalam Mewujudkan Demokrasi yang Berhati Nurani melalui Pemilu 2024″ yang berlangsung di Bandung, Kamis (8/2).
Kita hadir di tempat karena kita sama-sama tidak mau menyerah dalam memperjuangkan kebaikan bersama Indonesia, meskipun kita memiliki preferensi politik yang berbeda-beda. Demikian sambutan Mgr Anton OSC, Uskup Bandung dan Ketua KWI saat mengawali diskusi.
“Pada hari Studi ini dengan menegaskan bahwa kebijaksanaan hidup, termasuk dalam ranah politik, terungkap dalam prinsip apa yang benar, baik, santun, dan kudus. Keempat prinsip ini memandu kita dalam menghidupi panggilan kita sebagai saksi kabar baik melalui tindakan etik dan profetik yang didasarkan pada persatuan mistik. Panggilan ini kita perjuangkan sebagai warga negara Indonesia, “ujarnya dalam sambutan.
Pembicara-pembicara seperti Ekonom Senior, Faisal Basri SE MA, Ketua Program Pasca Sarjana STF Driyarkara Dr Ibu Karlina Supelli, dan Abigail Limuria, Co Founder What’s Up Indonesia mengingatkan kita bahwa panggilan ini menjadi nyata dalam upaya kita memperjuangkan konsolidasi demokrasi Indonesia. Proses konsolidasi demokrasi Indonesia bukanlah sebuah proses yang sudah selesai. Justru persis sebalikniya, konsolidasi demokrasi adalah sebuah proses yang belum selesai. Proses konsolidasi demokrasi inilah yang menjadi perjuangan kita bersama.
Di Hari Studi ini memberikan pemahaman bahwa setidaknya dua alasan mengapa kita sebagai umat pun ingin terus memperjuangkan demokrasi. Dalam paparannya Faisal Basri yang dikenal pakar ekonomi menegaskan bahwa demokrasi adalah penjamin keberhasilan pembangunan, bukan sebaliknya.
Sementara itu, Karlina Supelli mengingatkan bahwa demokrasi adalah sistem pemerintahan yang mengungkapkan ciri asali martabat manusia yang lahir bebas dan setara. “Karena alasan-alasan inilah kita memperjuangkan demokrasi. Kemunduran demokrasi berarti kemunduran kesejahteraan bersama kita sebagai bangsa. Kemunduran demokrasi berarti perenggutan apa yang paling dasariah mengenai siapa kita sebagai manusia. Karena demokrasi kita menjadi warga negara. Demi demokrasi kita mau terus berjuang demi kebaikan hidup kita bersama, “papar Karlina Supelli.
Ikut Pemilu Menentukan Masa Depan Bangsa
Hari studi ini juga mengingatkan masyarakat bahwa betapa bermaknanya pilihan dan tindakan politik kita. Politik adalah setiap tindakan kita yang memiliki dampak pada orang banyak. Maka, memutuskan tidak memilih jelas bukanlah pilihan yang mencerminkan kepedulian kita pada orang banyak. Sebagai warga negara, kita perlu memilih berdasarkan hati nurani dan cerdas dalam memilih.
Abigail Limuria, Co-Founder What is Up, Indonesia? dan Co-Initiator bijakmemilih.id – menegaskan bahwa “ Kita (generasi muda) bukan sekadar nge-fans, kita sedang memilih pemimpin yang akan menentukan kualitas hidup kita. Jangan memilih sekedar berdasarkan gimmick, tidak ada calon yang sempurna, jadi tidak perlu baper dengan politisi,”ujarnya.
Ia menambahkan sebagai orang muda juga harus menjadi cermin dari orang-orang muda lainnya yang tidak hanya sadar akan tanggung jawab politiknya. Untuk itulah Abigail dan rekan-rekannya berupaya lebih dari itu dengan menyediakan platform bagi pemilih muda untuk memilih secara cerdas dan bertanggungjawab.
Pada akhirnya, hari Studi ini sedikit bisa disimpulkan untuk mengingatkan masyarakat semua bahwa Pemilu bukanlah akhir perjuangan tapi lebi memberikan suara demi kebaikan bersama. Usaha bersama ini dapat tergerus apabila kita memutlakkan preferensi politik dalam Pemilu ini.
Siapapun yang pada akhirnya terpilih sebagai pemenang Pemilu, kita sebagai warga negara memiliki tugas untuk terus menuntut pertanggungjawaban mereka kepada kita. Itulah cara bertindak kita bersama sebagai warga negara Indonesia yang ingin menjadi saksi Kabar Gembira yang bertindak secara profetik dan etik. Diharapkan sebagai warga dapat menjadi warga yang tidak mudah baper dalam politik, tetapi warga negara bijaksana yang digerakkan oleh kebenaran, kebaikan, kesantunan, dan kekudusan.
Sebagai tambahan, Hari Studi Keuskupan Bandung ini dihadiri oleh anggota Gereja Katolik di Bandung yang termasuk Dewan Pastoral Paroki, siswa-siswi pemilih pemula dari SMA di Keuskupan Bandung, Keluarga Siswa Katolik, Keluarga Mahasiswa Katolik, PMKRI, Pemuda Katolik, para pengajar Katolik di Keuskupan Bandung, umat Katolik serta tokoh Katolik di masyarakat dan pemerintah. Hasil diskusi diharapkan dapat menjadi salah satu referensi dan juga dorongan bagi anggota Gereja Katolik untuk berpartisipasi dalam dinamika sosial politik pemilu yang berlangsung.
Melalui kegiatan Hari Studi yang dilaksanakan, Ketua Panitia Hari Studi , Rm Haryanto. Pr mengharapkan umat Katolik dapat turut serta dalam gerakan Gereja dan Bangsa, terutama melalui keikutsertaan dan keterlibatan dalam pemilu. Umat Katolik juga didorong untuk membuat pertimbangan matang dan bertanggung jawab dalam pilihan politik, khususnya juga para pemilih pemula. Melalui kegiatan ini, para peserta juga melakukan refleksi bersama atas peran Gereja bagi Bangsa Indonesia. (*)