Jakarta.benang.id – Industri kelapa sawit Indonesia masih harus menghadapi berbagai tantangan di tahun 2024 baik dari sisi ekonomi global yang masih dibayangi ketidakpastian, maupun eskalasi geopolitik global yang kian memanas.
Hal tersebut dikemukakan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono, dalam konferensi pers serangkaian dengan Syukuran Ulang Tahun ke-42 Gapki di Ayana Midplaza, Jakarta, Selasa (27/2/2024).
Dari sisi ekonomi global, papar Eddy Martono, ketidakpastian masih membayangi pertumbuhan ekonomi global khususnya negara-negara maju. USA masih dilanda inflasi yang di atas target, China sebagai salah satu konsumen terbesar minyak sawit juga masih bergulat dengan pelemahan ekonomi pasca Covid-19.
“Begitu juga dengan Eropa dimana kondisi ekonominya melemah dengan defisit fiskal yang meningkat diiringi inflasi yang masih tinggi,” jelasnya.
Terkait eskalasi geopolitik global yang kian memanas, Eddy menguraikan bahwa di saat eskalasi laut hitam yang belum mereda akibat perang Rusia dan Ukraina yang juga memberikan dampak besar pada pasokan beberapa komoditas strategis di pasar global, kini dunia juga harus menghadapi eskalasi geopolitik di laut merah akibat perang Israel dan Palestina yang juga diperkirakan dapat memberikan dampak besar terhadap pasokan komoditas mengingat laut merah merupakan jalur strategis perdagangan global.
Dengan berbagai tantangan yang dihadapi tersebut, Gapki memperkirakan prospek industri sawit tahun 2024 mempunyai kecenderungan sebagai berikut:
Pertama, Konsumsi dalam negeri diperkirakan akan terus mengalami kenaikan, terutama untuk kebutuhan pangan, industri oleokimia dan kebutuhan energi (biodiesel) dengan adanya implementasi Biodiesel (B35) secara setahun penuh (Fully Implemented).
Kedua, Harga minyak nabati dunia termasuk minyak kelapa sawit tidak banyak mengalami perubahan dibandingkan dengan tahun 2023.
Ketiga, Produksi diperkirakan akan stagnan.
Keempat, Volume ekspor diperkirakan akan mengalami penurunan, terutama karena meningkatnya kebutuhan dalam negeri.
“Untuk memastikan peningkatan produksi dan menjamin dipenuhinya kebutuhan minyak sawit dalam negeri dan ekspor, maka beberapa upaya perlu dilakukan,” tandas Eddy Martono.
Pertama, Penyelesaian perkebunan sawit yang teridentifikasi masuk kawasan hutan. Gapki terus mengusulkan bahwa bagi kebun sawit yang sudah memiliki alas hak baik itu SHM maupun sertifikat HGU semestinya sudah bukan Kawasan Hutan lagi.
“Penyelesaian pasal 110 B jangan sampai menyebabkan pengurangan areal yang signifikan yang akan berdampak kepada pengurangan produksi sawit,” tukasnya.
Kedua, Memastikan program PSR dapat berjalan sesuai dengan targetnya (target 180.000 ha/tahun). Hambatan yang masih ada harus dapat diselesaikan.
Ketiga, Peraturan yang tumpang tindih perlu segera diselesaikan, khususnya peraturan terkait kewajiban FPKM 20%, karena masih menimbulkan kekisruhan di lapangan.
Terakhir, Untuk jangka panjang, perlu dipertimbangkan kemungkinan dibangun kebun sawit untuk energi (dedicated area) khususnya pada kawasan yang sudah terdegradasi.
“Dengan demikian kebutuhan minyak sawit untuk energi tidak menganggu kebutuhan untuk pangan, industri dalam negeri dan ekspor,” pungkasnya.
Beri penghargaan tokoh persawitan
Sebelum konferensi pers, serangkaian acara Syukuran Ulang Tahun ke-42 Gapki tersebut juga diadakan penyerahan penghargaan kepada sembilan tokoh persawitan di dalam negeri yang dinilai memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap kemajuan industri sawit nasional.
Mereka yakni Derom Bangun (Ketum Gapki 1999-2006), Akmaluddin Hasibuan (Ketum Gapki 2006-2009), Joefly J Bahroeny (Ketum Gapki 2009-2015), Joko Supriyono (Ketum Gapki 2016-2023), Eddy Abdurrachman (Dirut BPDPKS), Musdhalifah Machmud (mantan Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian, kini Staf Ahli Bidang Konektivitas, Pengembangan Jasa dan Sumber Daya Alam Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian), Daud Dharsono (Professional Planters), Achmad Mangga Barani (Tokoh Perkebunan Nasional), dan Rahmat Shah (Pengusaha, Konservasionis, dan Filantropis) menerima penghargaan yang diserahkan langsung oleh Ketua Umum Gapki Eddy Martono.
Acara syukuran juga ditandai dengan acara “tiup” lilin dan pemotongan kue tart (*)