Friday, November 22, 2024
No menu items!
spot_img
HomeNasionalTujuan dan Struktur dalam Peningkatan Efektivitas Organisasi Pendidikan

Tujuan dan Struktur dalam Peningkatan Efektivitas Organisasi Pendidikan

Jakarta, benang.id – Dalam dunia pendidikan, efektivitas sebuah sekolah sering kali ditentukan oleh seberapa jelas dan terarah tujuan serta kebijakan yang diterapkan. Sekolah tanpa tujuan jelas dan kebijakan yang menyeluruh tidak akan mampu memenuhi standar efektivitas. Organisasi efektif memiliki tujuan yang fokus dan terarah pada sasaran spesifik.

Demikian disampaikan Romo Odemus Bei Witono SJ, Pemerhati Pendidikan yang juga Direktur Perkumpulan Strada dalam keterangan tulisnya di Jakarta, Selasa (11/6/2024).

“Manajer seperti kepala sekolah atau pimpinan lebih tinggi, serta pimpinan departemen yang membidangi aspek pendidikan, personalia, keuangan, dan sarana prasarana, bersama anggota individu lainnya, bekerja menuju tujuan jelas dan memiliki arah yang tegas. Pengembangan tujuan adalah kegiatan yang berkelanjutan, memberikan fokus dan kerangka kerja memahami keseluruhan dan terhubung secara bersama-sama,” tutur Bei Witono.

Rm Bei Witono menjelaskan, menurut Everard, Morris, & Wilson (2024) tujuan yang jelas merupakan landasan bagi setiap organisasi yang ingin mencapai efektivitas. Di sekolah, hal ini berarti setiap departemen dan individu harus memahami dan bekerja menuju tujuan yang sama. Pengembangan tujuan yang berkelanjutan membantu menjaga fokus dan memberikan kerangka kerja guna memahami dan menghubungkan seluruh elemen organisasi.

“Tanpa tujuan jelas, sekolah akan sulit untuk memetakan langkah-langkah yang diperlukan dalam mencapai keberhasilan,” tandasnya.

Rm Odemus Bei Witono SJ, Pemerhati Pendidikan yang juga Direktur Perkumpulan Strada. Foto: dok STF Driyarkara

Dalam analisis Everard, Morris, Wilson (2004), lanjut Rm Bei Witono, struktur organisasi harus ditentukan oleh kebutuhan pekerjaan (determined by work requirements), bukan oleh hierarki kekuasaan. Dalam konteks sekolah, ini berarti departemen yang berbeda mungkin memerlukan organisasi yang berbeda sesuai dengan sifat pekerjaan.

Misalnya, kata dia member contoh, pelajaran seni mungkin memerlukan waktu yang lebih fleksibel dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Prosedur yang tidak terstandarisasi memungkinkan orang melakukan tugas mereka sesuai keinginan jika itu berhasil. Kekuasaan melakukan sesuatu perlu disebarkan ke tempat yang membutuhkan; misalnya, wewenang untuk memperbaiki peralatan rusak harus berada di departemen terkait, bukan pada pihak administrasi yang tidak terlibat langsung.

Lebih dalam Rm Bei Witono mengatakan, Everard, Morris, & Wilson (2004) menegaskan bahwa keputusan dalam organisasional sekolah harus dibuat sedekat mungkin dengan sumber informasi (made near to where the requisite information is), bukan berdasarkan hierarki. Wewenang harus didelegasikan sesuai kebutuhan, dan komunikasi harus berlangsung jujur, terbuka, dan relatif tidak terdistorsi.

Ide-ide perlu dipertimbangkan berdasarkan manfaat intrinsiknya, bukan berdasarkan sumber dalam hierarki. Konflik dan benturan ide (bukan kepribadian) perlu didorong, bukan ditekan atau dihindari, dan setiap orang harus mengelola konflik secara konstruktif. Kolaborasi haruslah dihargai jika hal tersebut demi kepentingan terbaik organisasi, sedangkan persaingan diminimalkan dan, jika terjadi, diarahkan untuk kontribusi positif terhadap keberhasilan organisasi.

“Everard, Morris, & Wilson (2004) lebih jauh, mengatakan ‘Each individual’s identity, integrity and freedom are respected….’ Artinya penghormatan terhadap identitas, integritas, dan kebebasan setiap individu merupakan kunci dalam organisasi yang efektif. Pekerjaan diorganisasikan sejauh mungkin untuk mencapai tujuan ini, dengan perhatian khusus pada imbalan intrinsic,” jelasnya.

Dikatakan Rm Bei Witono, setiap pekerjaan individu, termasuk pekerjaan staf non-pengajar, perlu dihargai. Saling ketergantungan dalam masyarakat juga ditekankan. Individu perlu mengevaluasi kinerja mereka berdasarkan tolok ukur yang jelas, membandingkan diri mereka dengan orang lain, meninjau pekerjaan satu sama lain, dan merayakan pencapaian bersama.

“Menurut Everard, Morris, & Wilson (2024), filosofi ‘menghormati individu’ dan ‘membuat orang menjadi pemenang’ adalah inti dari organisasi sukses. Filosofi ini terlihat dalam berbagai program yang diselenggarakan oleh sekolah, seperti lokakarya, seminar, acara budaya, dan berbagai pelatihan lainnya, yang semuanya berkontribusi terhadap keberhasilan pendampingan peserta didik. Sekolah yang mampu memenuhi tuntutan zaman sambil tetap berpegang pada nilai-nilai luhur merupakan wujud dari ‘kemenangan’ bersama dalam layanan pendidikan,” imbuhnya.

Terakhir Rm Bei Witono memberikan catatan bahwa mengembangkan kejelasan tujuan, kesesuaian struktur dengan kebutuhan, keefektifan proses, serta penghargaan individu adalah komponen utama yang harus diperhatikan oleh sekolah untuk mencapai efektivitas.

“Dengan menanamkan nilai-nilai tersebut, sekolah tidak hanya akan mampu memenuhi kriteria efektivitas, tetapi juga menciptakan lingkungan kondusif bagi setiap individu untuk berkembang dan mencapai potensi maksimal mereka,” pungkasnya. (*)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments