Friday, September 20, 2024
No menu items!
spot_img
HomeNasionalKunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia Ibarat Seorang Bapak Mengunjungi Anak

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia Ibarat Seorang Bapak Mengunjungi Anak

Jakarta, benang.id – Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia dari tanggal 3-6 September2024 secara fisik sangat penting tidak hanya bagi Umat Katolik di Indonesia tetapi juga bagi seluruh rakyat Indonesia. “Paus bagi umat Katolik seperti Bapak yang akan mengunjungi anaknya. Namun  juga yang tidak kalah penting adalah mempelajari gagasan Paus, tidak hanya terbatas pada Fratelli Tutti (ensiklik ketiga yang ditulis Paus Fransiskus tentang persaudaraan tanpa sekat), tetapi juga gagasan  lainnya soal kemanusiaan. Tentu saja yang juga bisa kita pelajari  adalah teladan hidupnya,” ujar Ignasius Kardinal Suharyo, Uskup Keuskupan Agung Jakarta  dalam konferensi pers di gedung KWI, Jakarta, Rabu (28/8/2024) . Selain Uskup Agung Jakarta , konperensi pers ini dihadiri oleh Ketua KWI. Mgr Antonius S. Bunyamin OSC  dan Ketua Panitia Ignasius Jonan dan dimoderatori oleh Rm Lalu Pr dari Komsos KWI.

Paus Fransiskus yang akan datang ke Indonesia memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mempelajari prinsip-prinsip yang dipegang oleh pemimpin Gereja Katolik tersebut. Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo menambahkan Indonesia dikenal dunia sebagai negara yang memiliki keberagaman agama tapi relatif damai. Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, secara resmi mengakui enam agama, yaitu Islam, Katolik, Protestan, Buddha, Hindu, dan Konghucu.

Ignasius Kardinal Suharyo juga  menyatakan kunjungan Paus Fransiskus akan memperkuat hubungan bilateral antara Vatikan dan Indonesia. “Jangan lupa, Vatikan adalah salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia tepatnya di tahun 1947,” tambahnya.Selama kunjungannya, Paus Fransiskus akan bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan memimpin misa kudus dengan sekitar 80 ribu umat Katolik di Stadion Gelora Bung Karno.

Perjalanan Paus Fransiskus di Jakarta selain merupakan kunjungan apostolik  dan kenegaraan tapi juga akan mengadakan pertemuan lintas agama dengan perwakilan agama-agama resmi di Indonesia di Masjid Istiqlal, masjid terbesar di Asia Tenggara.

Dialog Antar Umat Beragama

Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. KH. Nasaruddin Umar, dalam kesempatan terpisah dalam acara Forum Dialog di Kementerian Informasi menyatakan akan menyambut dengan tangan terbuka kunjungan pemuka agama Katolik dunia ini.

Menurutnya, Masjid Istiqlal yang letaknya berseberangan dengan Gereja Katedral Jakarta, merupakan simbol kerukunan yang nyata. Dua bangunan keagamaan terbesar ini berdiri berdampingan, bahkan dihubungkan dengan Terowongan Silaturahim yang menjadi simbol toleransi yang kuat antar agama.

“Istiqlal dan Katedral tidak hanya simbol toleransi Islam dan Katolik, tetapi juga agama lain, karena sesungguhnya secara reguler di Istiqlal maupun Katedral kita sering melakukan dialog antar agama,” ujarnya dalam Dialog Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) yang mengangkat tema 'Kunjungan Paus Fransiskus Simbol Persahabatan Lintas Agama', Senin (26/8).
Prof Nasarudin Umar , Imam Besar Mesjid Istiqlal (foto: Kominfo)

“Istiqlal dan Katedral tidak hanya simbol toleransi Islam dan Katolik, tetapi juga agama lain, karena sesungguhnya secara reguler di Istiqlal maupun Katedral kita sering melakukan dialog antar agama,” ujarnya dalam Dialog Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) yang mengangkat tema ‘Kunjungan Paus Fransiskus Simbol Persahabatan Lintas Agama’, Senin (26/8).

Menurutnya, sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki tanggung jawab besar untuk menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang damai dan menghormati perbedaan.

“Masjid Istiqlal, sebagai simbol dari semangat tersebut, selalu berupaya untuk memperlihatkan wajah Islam yang inklusif dan penuh cinta kasih. Melalui kerja sama dan dialog lintas agama, Masjid Istiqlal terus mempromosikan pesan-pesan perdamaian dan persaudaraan,” papar Nasaruddin.

Ia pun menggarisbawahi pentingnya memanfaatkan momen bersejarah ini dengan sebaik-baiknya. Menurutnya, Indonesia sebagai negara yang dikenal dengan keramahannya, harus menjadi tuan rumah yang baik dan menunjukkan kepada dunia bahwa bangsa ini mampu menerima tamu dengan hangat dan penuh rasa hormat.

“Ini adalah kesempatan emas bagi kita untuk menunjukkan keramahan Indonesia yang sesungguhnya. Mari kita buktikan bahwa orang Indonesia selalu ramah dalam menerima tamu, siapa pun mereka,” tegas dia.

Kehadiran Paus Fransiskus di Indonesia akan menjadi penanda penting bahwa dialog antar agama bukan hanya wacana, tetapi juga praktik nyata di bumi pertiwi. Masjid Istiqlal akan menjadi saksi peristiwa bersejarah ini, di mana dunia dapat melihat bahwa toleransi dan kerukunan merupakan nilai-nilai yang dijunjung tinggi di Indonesia.

Masjid terbesar di Asia Tenggara ini tidak hanya dikenal karena kemegahannya, tetapi juga karena perannya dalam memperkuat kerukunan antar umat beragama di Indonesia. Di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk, toleransi adalah kunci untuk memperkuat pengertian dan persaudaraan.

“Istiqlal adalah cermin dari semangat Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi fondasi kebangsaan kita,” ujarnya.

Dia menegaskan bahwa Masjid Istiqlal memiliki nilai sejarah dan simbolik yang kuat dalam mencerminkan semangat kebersamaan dan toleransi antar agama di Indonesia. Dalam berbagai kesempatan, Istiqlal tidak hanya menjadi rumah ibadah bagi umat Islam saja, tetapi juga menjadi titik temu dan simbol persaudaraan bagi seluruh umat beragama di Indonesia.

Ia optimis, kunjungan Paus Fransiskus ke Masjid Istiqlal bukan hanya sekadar acara protokoler, tetapi juga momen untuk memperkuat nilai-nilai persaudaraan dan harmoni, baik di tanah air maupun di seluruh dunia. (*)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments