Monday, November 25, 2024
No menu items!
spot_img
HomeEkonomiDBS CIO: Investasi 4Q24 di Titik Optimal

DBS CIO: Investasi 4Q24 di Titik Optimal

Jakarta, benang.id – Dalam dua triwulan terakhir, Chief Investment Officer Bank DBS atau DBS CIO menyatakan bahwa aset berisiko sedang menarik. Memasuki triwulan keempat, aset-aset ini tetap kuat berkat penurunan suku bunga 50 bps oleh Bank Sentral AS, yang meningkatkan peluang perlambatan terkendali.

Berikut Ringkasan Investasi Kuartal IV Tahun 2024 atau 4Q24 dari Chief Investment Officer Bank DBS Hou Wey Fook, yang diterima di Jakarta, Senin (30/9/2024).

  • Kebijakan Makro

Perubahan kebijakan the Fed menandai dimulainya penurunan suku bunga setidaknya sebesar 150 bps. Pelonggaran oleh Bank Sentral Eropa (ECB) berlanjut dengan penurunan suku bunga kedua untuk tahun ini. Normalisasi oleh Bank Sentral Jepang (BOJ) akan berlanjut, sementara dukungan kebijakan lebih lanjut diperlukan untuk Tiongkok.

  • Prospek Ekonomi 

Penurunan suku bunga sebesar 50 bps oleh the Fed akan menopang kemungkinan terjadinya perlambatan ekonomi terkendali (soft landing), bertolak belakang dengan skenario resesi. Momentum di Eropa meredup seiring pelemahan pertumbuhan ekonomi berlanjut. Ekspor Asia di atas ekspektasi dengan meningkatnya siklus permintaan  elektronik global.

  • Ekuitas

Pertumbuhan ekonomi moderat dan pelemahan dolar akan memberikan keuntungan pada sektor-sektor defensif seperti utilitas, kebutuhan pokok konsumen, dan perawatan kesehatan. Penurunan suku bunga akan mendorong saham-saham ASEAN dan DIRE Asia.

  • Kredit

Faktor-faktor menguntungkan tetap ada pada obligasi berperingkat A/BBB dengan jangka waktu bervariasi (barbell) antara obligasi berjangka waktu 1-3 tahun untuk memitigasi risiko reinvestasi dan obligasi berjangka waktu 7-10 tahun untuk mendapatkan premi risiko dan selisih imbal hasil. MBS AS dan obligasi Eropa siap untuk menawarkan nilai lebih tinggi dari biaya yang dikeluarkan.

  • Suku Bunga

Kurva imbal hasil yang tajam untuk AS dan Eropa dengan pelonggaran kebijakan yang diterapkan. BOJ tetap merupakan pengecualian, mengimplikasikan bahwa kurva obligasi pemerintah Jepang (JGB) cenderung mendatar. Sementara penurunan imbal hasil berlangsung pada obligasi pemerintah Tiongkok.

  • Mata Uang

Indeks dolar AS (DXY) di bawah 100 kemungkinan besar akan terjadi pada periode kepresidenan AS mendatang, didorong oleh penurunan suku bunga the Fed di tengah perlambatan pertumbuhan perekonomian. Mata uang Asia akan menguat karena kawasan ini menopang pertumbuhan global, didukung oleh pemulihan ekspor.

  • Alternatif

Harga emas dipastikan akan terus naik dengan penurunan suku bunga di depan mata. Di pasar swasta, dana sekunder mengalami kenaikan fenomenal karena permintaan likuiditas di tengah-tengah lingkungan IPO dan M&A lebih ketat sebagai strategi untuk keluar dari bisnis mereka.

  • Komoditas

Harga komoditas lemah karena melambatnya momentum ekonomi. Harga minyak diperkirakan sudah mencapai titik terendah seiring permintaan pasokan mulai meningkat. Logam mulia kembali memberikan kinerja di atas rata-rata.

  • Fokus tematik: Pasar Saham ASEAN

ASEAN akan mendapatkan keuntungan sebagai blok ekonomi strategis Tiongkok+1. Kondisi menguntungkan dari suku bunga lebih rendah dan dolar lebih lemah untuk mempertahankan momentum pertumbuhan yang kuat.

Chief Investment Officer Bank DBS Hou Wey Fook. Foto: DBS CIO

“Gabungan antara pelonggaran suku bunga dan ketahanan ekonomi, disertai kemajuan teknologi yang mendorong peningkatan produktivitas, akan menguntungkan aset berisiko,” tutur Hou Wey Fook, menjelaskan kondisi triwulan keempat.

Menurut dia, kondisi bullish di pasar saham dipastikan akan terus berlanjut, dengan perluasan ke sektor-sektor dengan pertumbuhan yang tertunda. Perusahaan-perusahaan teknologi raksasa AS terus menunjukkan performa baik dalam pertumbuhan portofolio DBS CIO – tidak seperti gelembung dot-com pada tahun 1990-an, revolusi AI saat ini dipimpin oleh bisnis besar menguntungkan yang didanai oleh likuiditas di pasar, bukan oleh utang. DBS CIO berpendapat bahwa revolusi AI masih dalam tahap awal, dan terus memiliki potensi pertumbuhan sangat besar.

Meskipun skenario soft landing tetap mendasari pemikiran DBS CIO, ia menekankan, perlu disadari bahwa pertumbuhan ekonomi sedang melambat. Untuk menyikapi kondisi imbal hasil obligasi yang akan terus menurun dan melemahnya permintaan agregat (top-line) akibat memudarnya momentum ekonomi, kita perlu mendapatkan eksposur terhadap aset-aset berisiko yang dapat mengakomodasi (i) permintaan konsumen yang tangguh meskipun terjadi penurunan makro secara keseluruhan, dan/atau (ii) manfaat dari penurunan imbal hasil obligasi dan pelemahan dolar. Aset-aset tersebut antara lain:

Alokasi Aset Taktis Global (TAA) Triwulan ke-4 2024. Sumber: DBS CIO
  • Sektor-sektor defensif: Analisis DBS CIO terhadap siklus penurunan suku bunga sebelumnya menunjukkan bahwa sektor utilitas, kebutuhan pokok, dan kesehatan cenderung berkinerja lebih baik (secara tiga bulanan) setelah penurunan suku bunga awal. Selain permintaan konsumen di sektor-sektor ini statis, sektor-sektor seperti utilitas memberikan imbal hasil dividen di atas rata-rata, sebesar sekitar 3,0% (dibandingkan sekitar 1,4% untuk S&P 500), yang menarik bagi para investor yang memburu imbal hasil tinggi.
  • Pasar saham ASEAN: Dihadapkan pada tantangan global, ASEAN terus mempertahankan pertumbuhan kuat. Permintaan domestik yang tangguh didukung oleh pasar tenaga kerja dan harga-harga yang stabil, pariwisata terus berkinerja baik, dan pemulihan ekspor yang didukung oleh Tiongkok+1, menjadi pendorong utama pertumbuhan. Suku bunga lebih rendah dan dolar lebih lemah, bersamaan dengan langkah-langkah stimulus baru dari Tiongkok, akan membawa keuntungan lebih lanjut bagi pasar saham ASEAN.
  • DIRE Asia: DIRE Asia akan mendapatkan manfaat besar dari pemotongan suku bunga mengingat tingginya nilai utang dan sensitivitas mereka terhadap biaya pendanaan. Biaya pembiayaan lebih rendah saat the Fed melanjutkan pelonggaran kebijakan akan meningkatkan profitabilitas DIRE dan distribusi dividen kepada investor.
  • Emas: Secara umum, emas memiliki korelasi negatif dengan dolar, yang diperkirakan akan melemah karena the Fed terus menurunkan suku bunganya. Peningkatan ketegangan geopolitik dan berlanjutnya aksi beli oleh bank-bank sentral global akan menguntungkan bagi aset aman (haven asset).
Chief Investment Officer Bank DBS Hou Wey Fook

Dari perspektif lintas aset, DBS CIO terus mempertahankan pilihan untuk obligasi ketimbang saham. Obligasi berjangka waktu lebih panjang dan peringkat layak investasi akan memberikan arus kas konsisten di sisi pendapatan portofolio barbell, dengan potensi keuntungan dari selisih harga jual dan beli saham bertepatan dengan dimulainya rangkaian penurunan suku bunga oleh the Fed.

“Saat kita beralih dari jeda ke siklus pemangkasan, investor obligasi harus terus melanjutkan peralihan dari uang tunai ke pendapatan tetap,” ujar Hou Wey Fook.

Berikut adalah pokok-pokok imbauan taktis dari DBS CIO untuk triwulan mendatang:  

  1. Hubungan antar Aset – Mempertahankan pilihan pada obligasi dibandingkan saham yang memberikan pendapatan

Meskipun selisih antara imbal hasil pendapatan AS dan imbal hasil surat berharga pemerintah AS bertenor 10 tahun telah sedikit membaik, secara relatif obligasi tetap lebih menarik dibandingkan dengan saham yang menghasilkan dividen. Meskipun arus dana saham mendapatkan momentum sedikit lebih kuat pada triwulan ke-3 2024, data arus dana sejak awal tahun menunjukkan bahwa arus dana obligasi terus memimpin, menyiratkan pilihan berbasis luas untuk obligasi secara lintas aset.

  1. Ekuitas – Saatnya ekuitas ASEAN berkilau

Kinerja pasar ekuitas pada triwulan ke-3 mencerminkan terjadinya pergeseran besar dalam penempatan portofolio karena investor menyesuaikan eksposur mereka untuk mengikuti gelombang pelonggaran moneter the Fed. Dengan penurunan suku bunga the Fed lebih lanjut dan pelemahan dolar di depan mata, pasar saham ASEAN dipastikan akan memberikan kinerja di atas rata-rata.

  1. Obligasi – Selisih imbal hasil obligasi yang kecil saat ini tidak menjadi kekhawatiran dalam lingkungan suku bunga lebih tinggi; tetap mempertahankan pendekatan “barbell” pada segmen bertenor 1-3 tahun dan 7-10 tahun.
Perincian TAA berdasarkan atas kelas aset (Profil risiko menengah). Sumber: DBS CIO

Ketika the Fed menurunkan suku bunga, investor mungkin mempertanyakan apakah selisih imbal hasil saat ini cukup lebar untuk mengimbangi potensi lonjakan risiko kredit karena momentum makro melemah. Analisis DBS CIO menunjukkan bahwa pada rezim suku bunga lebih tinggi, selisih imbal hasil obligasi berpendapatan tinggi cenderung lebih ketat karena bank sentral memiliki penyangga lebih besar untuk memangkas suku bunga jika momentum ekonomi memburuk, menunjukkan bahwa valuasi selisih imbal hasil mungkin tidak semahal seperti yang terlihat.

Dari sisi penempatan (positioning), faktor menguntungkan tetap ada di kredit berperingkat A/BBB, dengan durasi campuran (barbell) antara kredit berjangka waktu 1-3 tahun untuk memitigasi risiko reinvestasi dan kredit berjangka waktu 7-10 tahun untuk mendapatkan premi risiko dan selisih imbal hasil. MBS (surat berharga yang didukung hipotek) AS dan kredit Eropa siap untuk menawarkan nilai lebih tinggi dari biaya yang dikeluarkan.

  1. Alternatif – Dana nilai lindung dan aset swasta menawarkan sumber keuntungan tambahan, sementara emas diperkirakan akan terus meningkat.

Menapaki era ketidakpastian, investor disarankan untuk mempertimbangkan aset swasta untuk mengembangkan diversifikasi dan meningkatkan ketahanan portofolio. Penyesuaian valuasi baru-baru ini pada saham swasta menawarkan peluang masuk yang menarik, sedangkan kemampuan obligasi korporasi menghasilkan pendapatan stabil dengan tingkat gagal bayar lebih rendah membuatnya menjadi instrumen investasi menarik.

Dalam jangka menengah hingga panjang, DBS CIO tetap optimistis pada emas. Tema terkait keberlanjutan fiskal, penurunan nilai mata uang, dan de-dolarisasi mendukung pembelian oleh bank sentral dan permintaan investasi terhadap emas. (*)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments