Monday, November 25, 2024
No menu items!
spot_img
HomeEkonomiGuru Besar IPB Buktikan Emisi Kelapa Sawit Rendah

Guru Besar IPB Buktikan Emisi Kelapa Sawit Rendah

Tanjung, Kalimantan Selatan, benang.id – Emisi karbon masih menjadi perhatian utama dunia akibat pemanasan global. Industri kelapa sawit Indonesia menjadi salah satu sasaran yang diduga menjadi salah satu penyebab utama yang mendorong tingginya emisi karbon di Indonesia.

Menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), 10% emisi global dihasilkan oleh efek gas rumah kaca dari degradasi atau pembukaan lahan. Tanaman produksi yang berkelanjutan seperti kelapa sawit memiliki peran penting dalam memitigasi dampak perubahan iklim karena memiliki siklus hidup yang lebih lama dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak nabati lainnya.

Di tahun 2017, Parlemen Eropa mengeluarkan resolusi untuk mengeluarkan minyak sawit dalam rantai pasok bahan bakar terbaharukan karena dituding menjadi penyumbang gas emisi tertinggi dari konversi lahan. Hal ini dinilai dapat berpotensi menurunkan sekuestrasi dan meningkatkan emisi karbon.

Tim ahli IPB melakukan Uji Faktor Emisi Perkebunan Sawit di PT Kimia Tirta Utama (KTU), Riau pada 2018 hingga 2020.

Tudingan ini dibantah oleh Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Supiandi Sabiham yang menyatakan emisi kelapa sawit di Indonesia sangat lah rendah, yaitu 20-25 ton CO2 ekuivalen per hektar dalam satu tahun. Menurutnya, tudingan bahwa sawit sebagai penghasil emisi besar hanyalah kampanye negatif negara barat untuk menjatuhkan industri kelapa sawit.

“Beberapa penelitian mengatakan perkebunan sawit menghasilkan 90 ton CO2 per hektar per tahun, menurut saya itu tidak realistis. Metode penelitian yang mereka gunakan terlalu banyak asumsi sehingga tidak akurat,” jelasnya.

Ia menjelaskan dari hasil penelitian rerata emisi CO2 netto dibandingkan dengan jumlah yang diemisikan dari permukaan gambut, dapat dikemukakan bahwa terdapat penurunan yang cukup besar terkait dengan CO2 yang diemisikan ke atmosfir. Hal ini disebabkan karena adanya penyerapan kembali oleh tanaman.

Foto bersama di PT Kimia Tirta Utama (KTU), Riau

“Artinya ada kontribusi tanaman sawit yang diusahakan terhadap penurunan emisi CO2 netto, baik tingkat lokal maupun nasional,” ungkap Prof. Supiandi Sabiham.

Sebelumnya, Prof. Supiandi Sabiham menjadi tim ketua penelitian Uji Faktor Emisi Perkebunan Sawit yang dilakukan oleh IPB di PT Kimia Tirta Utama (KTU), Riau pada tahun 2018 hingga 2020. Saat ini, IPB bersama Universitas Lampung (Unila) kembali melakukan uji coba serupa di PT Persada Dinamika Lestari (PDL), Kalimantan Selatan sebagai representasi wilayah lain.

Kalimantan Selatan dikenal sebagai salah satu sentra sawit di Indonesia. Penelitian yang diketuai oleh Dr Ir Heru Bagus Pulunggono ini menjadi salah satu representasi untuk Pulau Kalimantan sebagai uji multilokasi faktor emisi lahan gambut Indonesia untuk budidaya kelapa sawit.

Tim ahli IPB melakukan Uji Faktor Emisi Perkebunan Sawit di PT Kimia Tirta Utama (KTU), Riau pada 2018 hingga 2020.

“Penelitian serupa sedang dilaksanakan di PT PDL dengan metode yang sama. Bedanya hanya lokasi, dan juga kami mengembangkan model estimator emisi CO2 berbasis kecerdasan buatan (AI) dan machine learning bersama tim dari Unila,” ungkap Dr Ir Heru Bagus Pulunggono.

Penelitian yang dibiayai oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS) ini menggunakan metode penelitian data dan pengukuran langsung di lapangan. Adapun titik penilitian yang telah dilakukan dapat mewakili area Riau dan Kalimantan. Hasil penelitian ini menjadi salah satu bukti ilmiah yang menunjukkan komoditas sawit tidak menyebabkan kerusakan lingkungan seperti yang dituduhkan. (*)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments