Thursday, November 14, 2024
No menu items!
spot_img
HomeFeatureSyahdunya Perarakan Lilin di Lourdes

Syahdunya Perarakan Lilin di Lourdes

Di Lourdes di gua sunyi terpencil
Tampaklah Maria perawan murni
Ave ave ave Maria
Ave ave ave Maria

https://www.youtube.com/watch?v=FCcQQxurMUA

Gerbang kompleks peziarahan Gua Maria Lourdes. Foto: benang.id/Gora Kunjana

Bulan Mei bagi umat Katolik adalah bulan untuk berdevosi kepada Bunda Maria dan disebut sebagai Bulan Maria. Devosi kepada Bunda Maria yang paling terkenal pada Bulan Maria ini adalah berdoa Rosario yang dlakukan setiap harinya selama sebulan penuh bersama keluarga, lingkungan, wilayah, atau pun gereja. Bunda Maria dipercaya sebagai perantara doa kepada Allah yang mujur. Maka segala doa dan kebaktian yang dilaksanakan umat Katolik untuk menghormati Bunda Maria pasti akan sampai kepada Tuhan Yesus Kristus. Doa Rosario pada Bulan Maria ini juga bisa menjadi sarana untuk mengimani Allah melalui Bunda Maria.

Gerbang depan kompleks peziarahan Gua Maria Lourdes. Foto: benang.id/Gora Kunjana

Selain berdoa Rosario, devosi kepada Bunda Maria juga dilakukan umat Katolik dengan berziarah ke Gua Maria. Tak heran jika di bulan Mei ini, semua Gua Maria di seluruh penjuru nusantara ramai dikunjungi. Demikian pula Gua Maria di luar negeri. Tak terkecuali Gua Maria di Lourdes.

AM Putut Prabantoro (kanan) dan Lucius Gora Kunjana (kiri) bersama mitra PWKI di Lourdes. Foto selfie: benang.id/Gora Kunjana

Nah, pada akhir April lalu usai Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI) melakukan kunjungan ke Roma dalam rangka menjalin kerja sama dengan Dikasteri Komunikasi Vatikan, AM Putut Prabantoro (Dewan Pembina) dan L Gora Kunjana (Sekretaris), beserta sejumlah mitra PWKI menyempatkan diri untuk berziarah ke Gua Maria Lourdes, Prancis.

Gua Maria Groto, Lourdes. Foto: benang.id/Gora Kunjana

Mengunjungi Lourdes tidaklah cukup jika cuma setengah hari, minimal menginap satu malam. Hal ini agar kegiatan ziarah kita lengkap yakni mengikuti misa di goa Groto –tempat Santa Bernadette berjumpa Bunda Maria, mengikuti misa di basilika, berdoa sambil menyalakan lilin, jika kuat ikut doa jalan salib hingga ke puncak bukit, menjelajahi seluruh kawasan tempat ziarah, dan jangan lupa untuk minum, cuci muka dan tangan dengan air Lourdes. Bagi umat katolik inilah air tersegar yang pernah dirasakan, serta yang paling syahdu terlibat dalam prosesi perarakan lilin selama satu jam yang dimulai pukul 21.00 malam.

Basilika di Lourdes. Foto: benang.id/Gora Kunjana

Ziarah ke Lourdes sebaiknya juga diikuti dengan ziarah ke makam Santa Bernadette Soubirous di Nevers. Santa Bernadette   adalah santa yang pernah mengalami penampakan Bunda Maria sebanyak 18 kali.

Sungai di samping Gua Maria Groto, Lourdes. Foto: benang.id/Gora Kunjana

Sebagai destinasi wisata rohani Katolik, Lourdes dikelilingi banyak toko souvenir yang menjual aneka benda suci seperti patung Bunda Maria, Yesus, salib, Rosario dan sebagainya. Selain toko souvenir tentu saja juga beterbaran kafe, resto, dan kedai kopi, hingga mini market.

Pelataran depan kompleks peziarahan Gua Maria Lourdes. Foto: benang.id/Gora Kunjana

Bicara soal resto, ada yang sedikit menggelitik–untuk tidak dibilang bikin kesel. Saat kami mampir di resto yang menjual pizza. Seperti kebiasaan orang Indonesia ketika memesan menu kami sharing, selain porsinya yang besar juga dapat saling mencicipi rasa yang berbeda. Awalnya kami memesan 1 mangkuk (besar) pasta, dan 3 pizza large. Cukuplah untuk berenam. Namun apa yang terjadi. Mungkin terkait dengan porsi makan orang Eropa yang memang besar. Seorang ibu –bisa dipastikan owner mengingat tidak memakai seragam seperti pramusaji yang ada– mengatakan bahwa kami harus memesan satu orang satu porsi.

Peziarah mengambil air suci Gua Maria Lourdes. Foto: benang.id/Gora Kunjana

“Meja dan kursi kami terbatas, jadi setiap kursi sangat berharga untuk diisi pelanggan. Lihat! suami saya di depan lagi menjaring calon pelanggan kami,” tukas dia.

Mendengar penjelasan itu, kami bisa memahami dan memesan 2 menu lagi, tapi take away.

Syahdunya prosesi perarakan lilin   

Tempat berdoa dan menyalakan lilin persembahan di Kompleks Peziarahan Gua Maria Lourdes. Foto: benang.id/Gora Kunjana

Pengalaman yang paling mengesankan saat berziarah ke Lourdes adalah mengikuti prosesi perarakan lilin bersama ratusan bahkan ribuan peziarah dari berbagai Negara. Sejak sore umat sudah berduyun-duyun menuju Groto dan pelataran Basilika Rosario.Tampak pula di antara mereka peziarah disabilitas yang didorong oleh kerabatnya. Perarakan lilin dimulai dari depan Groto, Ribuan umat berjalan perlahan sambil melantunkan lagu Ave Maria de Lourdes.

Prosesi perarakan lilin. Foto: PWKI/ Augustinus “Didik” Dwinarmiyadi

Umat dengan membawa masing-masing lentera lilin di tangan –sebagai peringatan akan nilai pembaptisan– antusias dan tetap khusyuk mengikuti perarakan lilin sambil mendaraskan doa Rosario dalam bahasa masing-masing.

Prosesi perarakan lilin. Foto: PWKI/ Augustinus “Didik” Dwinarmiyadi

Ini salah satu kenikmatan umat Katolik, apapun bahasa yang digunakan oleh pimpinan ibadat saat itu –tergantung asal Negara yang sedang memimpin— berkat inkulturasi kami tetap dapat mengikuti sama khusyuknya dengan memakai bahasa sendiri,  Indonesia.

Prosesi perarakan lilin. Foto: benang.id/Gora Kunjana
Penampakan malam Basilika di Lourdes. Foto: benang.id/Gora Kunjana

Suatu pemandangan yang menakjubkan di tengah kegelapan malam, cahaya lilin di tangan ribuan peziarah membentuk barisan panjang yang tak terputus. Pemandangan tersebut tentu lebih indah dan dramatis jika dilihat dari atas.

Dikandung Tanpa Noda

Santa Bernadette Soubirous. Foto: wkicu.org

Dikutip dari wkicu.org, Bernadette Soubirous (7 Januari 1844 – 16 April 1879), yang juga dikenal sebagai Santa Bernadette dari Lourdes, putri sulung Lourdes, terkenal karena mengalami penampakan dari seorang “wanita muda” yang meminta sebuah kapel untuk dibangun di dekat gua di Massabielle. Penampakan tersebut dikatakan telah terjadi antara 11 Februari dan 16 Juli 1858, dan wanita yang muncul di hadapannya mengidentifikasi dirinya sebagai “Dikandung Tanpa Noda”.

Penampakan malam kompleks Gua Maria di Lourdes. Foto: benang.id/Gora Kunjana

Setelah penyelidikan kanonik, laporan Soubirous akhirnya dinyatakan “dapat dipercaya” pada tanggal 18 Februari 1862, dan penampakan Maria dikenal sebagai Our Lady of Lourdes. Sejak kematiannya, tubuh Soubirous tampaknya tetap tidak rusak secara internal. Kuil Maria di Lourdes kemudian menjadi situs ziarah utama, menarik lebih dari lima juta peziarah dari semua denominasi setiap tahun.

Penampakan malam kompleks Gua Maria di Lourdes. Foto: benang.id/Gora Kunjana

Lourdes saat ini telah menjadi pusat wisata nomor dua setelah kota Paris di Perancis sekaligus menjadi tempat ziarah yang paling penting bagi umat Katolik di seluruh dunia setelah Vatikan dan Holyland.

Pada 8 Desember 1933, Paus Pius XI, memproklamasikan Soubirous sebagai santa Gereja Katolik. Hari pestanya, yang awalnya ditetapkan 18 Februari (hari Maria berjanji untuk membuatnya bahagia, bukan dalam kehidupan ini, tetapi di masa depan) – sekarang dirayakan di sebagian besar tempat pada tanggal kematiannya, 16 April.

Penampakan malam Basilika kompleks Gua Maria di Lourdes. Foto: benang.id/Gora Kunjana

Tersingkap di Lourdes warta gembira
Ibu surga cinta kita di bumi
Ave ave ave Maria
Ave ave ave Maria
(*)

Gora Kunjana dari Lourdes, Prancis

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments