Roma, benang.id – Meski menyandang predikat Negara terkecil dengan luas wilayah hanya 0,44 km persegi, Vatikan merupakan Negara terkaya di dunia. Dengan jumlah penduduk tak lebih dari 1000 jiwa, Vatikan menjadi Negara dengan pendapatan rata-rata per orang atau Gross Domestic Product (GDP) per kapita terbesar yakni US$20,900/ Rp300,9 juta (data 2022).
Berbanding terbalik dengan jumlah penduduknya yang minimalis, Vatikan justru memiliki seabrek aset gedung atau bangunan. Berdasarkan laporan keuangan konsolidasi 2020, Takhta Suci dan anggaran publik pertama Administrasi Warisan Takhta Suci (APSA), Vatikan mempunyai 4.051 properti di Italia dan 1.120 properti di luar negeri, itu belum termasuk kedutaan-kedutaan besar di seluruh dunia.
Kita bisa menemukan gedung atau bangunan yang berdiri megah di Kota Roma namun tidak dimiliki Negara Italia, melainkan Vatikan atau properti ekstrateritorial Takhta Suci. Salah satunya adalah Palazzo di Propaganda Fide (Istana Propaganda Fide) atau dikenal sebagai Collegium Romanum De Propaganda Fide.
Nah, pada akhir April lalu, Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI) ditemani pejabat KBRI untuk Takhta Suci (Vatikan), yakni Pejabat Fungsi Pensosbud/ Konselor Haryadi Satya, dan Sekretaris Dubes Trias Kuncahyono, Hari Wahono Patriadi berkesempatan bertemu pejabat Dikasteri (Kementerian) Evangeli di kantornya yang berada di Area Istana Propaganda Fide.
Sebelum pertemuan, PWKI dalam hal ini AM Putut Prabantoro, Mayong Suryo Laksono, dan Tri Agung Kristanto (Dewan Pembina), Algooth Putranto (Bidang Kerja Sama dan Hubungan Luar Negeri), dan Lucius Gora Kunjana (Sekretaris) diajak berkeliling Istana Propaganda Fide oleh Paolo Affatato, Redaktur FIDES International News Service (FINS). FINS inilah yang mendistribusikan berbagai informasi dari kegiatan gereja lokal di seluruh dunia.
“Istana Propaganda Fide, milik Takhta Suci, telah menjadi tuan rumah Kongregasi Evangelisasi Bangsa-Bangsa sejak 1626,” tutur Paolo Affatato yang sangat ramah dan penuh senyum mengawali penjelasannya.
Ia mengatakan bahwa Istana Propaganda Fide dirancang atas inisiatif Paus Gregorius XV, tetapi dibangun pada tahun 1620 oleh penggantinya Paus Urbanus VIII, yang mempekerjakan Gian Lorenzo Bernini sebagai arsitekturnya. Namun pada tahun 1644, pekerjaan Bernini digantikan oleh Francesco Borromini, yang disukai oleh Paus Innocentius X.
“Perluasan bangunan terakhir terjadi antara tahun 1655 dan 1667,” jelas Affatato, yang membuat kami semakin mengagumi Istana Propaganda Fide.
Ia kemudian merinci bahwa bagian depan selatan bangunan menghadap ke Basilika Sant Andrea delle Fratte, yang kubah dan menara loncengnya dibuat oleh Borromini. Adapun bagian depan utama dibuat oleh Bernini (1644), sedangkan fasad samping dibuat oleh Borromini (1646).
Sementara bagian depannya khas gaya Barok, antara gerakan elemen arsitektur cekung dan cembung. Dengan elemen bagian depan yang terus berkesinambungan, bangunan ini dianggap sebagai salah satu contoh arsitektur Barok paling menarik di Roma. “Di Istana Propaganda Fide ini juga terdapat Kapel Tiga Raja, yang dirancang oleh Borromini,” ujar Affatato.
Kapel Tiga Raja
Paolo Affatato yang mengaku di masa mudanya, banyak mempelajari sejarah seni dan berada di tempat yang penuh dengan sejarah dan seni seperti banyak tempat lain di Vatikan, tampak antusias sekali memberikan penjelasan.
“Pada tahun 1666 Borromini membangun Cappella dei Re Magi atau Kapel Tiga Raja, setelah sebelumnya menghancurkan gereja elips kecil yang dibangun oleh Bernini,” katanya.
Kapel menciptakan ruang di mana penerangan didominasi oleh cahaya yang masuk dari jendela besar yang menjadi salah satu tema utama arsitektur Borromini. Kapel Tiga Raja adalah permata karya Borromini.
“Kondisi kapel masih sempurna karena hanya digunakan oleh para kardinal untuk keperluan pribadi. Tidak terbuka untuk umum hingga saat ini,” tandas Affatato. “Jadi Anda mendapat keistimewaan hari ini,” imbuhnya seraya tersenyum.
Menurut dia, Kapel Tiga Raja saat ini bagaikan harta karun yang tersembunyi, yang bisa dikunjungi oleh beberapa profesor dan mahasiswa yang beruntung dari universitas arsitektur di seluruh dunia.
Affatato juga menunjukkan beberapa sketsa gambar karya pelukis dan model arsitektur yang ada di sekitar kapel.
Menginformasikan dan mempromosikan aktivitas misionaris
Dalam kesempatan itu, Paolo Affatato juga menjelaskan sejarah Kantor Berita Fides (Fides). Didirikan pada 5 Juli 1927 oleh Dewan Superior Jenderal Perhimpunan Pontifical untuk Penyebaran Iman, Fides merupakan Lembaga Misionaris pertama di gereja dan di antara lembaga-lembaga pertama di dunia, untuk menginformasikan dan mempromosikan aktivitas misionaris.
Fides, ujar Affatato, didirikan untuk meningkatkan kesadaran akan misi untuk menyediakan konten berita dan gambar tidak hanya untuk dipublikasikan di majalah misionaris tetapi juga untuk pers di semua negara.
“Fides juga menyiapkan studi tentang situasi misi dan masalah agama dan sosial di wilayah misi,” imbuhnya.
Fides mulai dijalankan pada Desember 1927, pada hari raya Santo Fransiskus Xavier pada tanggal 3 Desember. Pelindung dan misi salah satu protagonis utama untuk informasi misionaris. Proyek Fides diberkati oleh Paus Pius XI.
Sebelum PD II, sekitar 2.000 bulletin dan majalah misionaris di seluruh dunia mengambil berita dari Fides. setelah edisi pertama dicetak dalam bahasa Inggris, Perancis, dan Polandia (untuk jangka pendek) disusul dalam bahasa Italia (1929), Spanyol (1930), dan Jerman (1932).
Seiring dengan munculnya internet dan teknologi digital, Situs web Fides mulai diterbitkan pada tahun 1998. Edisi online juga ditampilkan dalam bahasa Cina (1998), Portugis (2002), dan Arab (2008). “Saat ini Fides sepenuhnya online dalam delapan bahasa,” ujar Affatato.
Ia menambahkan bahwa berita-berita yang telah disebarkan oleh Fides selama hampir 100 tahun merupakan sebuah dokumentasi akurat dari karya evangelisasi pada masa-masa kelahiran dan bertumbuhnya banyak gereja-gereja muda.
Karena sesuatu dan lain hal, arsip-arsip fotografi ditangguhkan pada tahun 1970 dan sekarang sudah lebih banyak didigitalkan, mencakup sekitar 10 ribu foto yang berasal dari warisan misionaris, khususnya foto-foto kuno yang mendokumentasikan sejarah misi Katolik.
“Kini Fides menyebarkan berita segala aspek terkait dialog antaragama, ekonomi, masyarakat, budaya, agama, kebebasan beragama, dan sebagainya dengan fokus pada gereja misionaris dan ajaran Bapa Suci,” pungkasnya. (*)
Gora Kunjana dari Roma, Italia
Foto-foto: benang.id/Gora Kunjana