Jakarta, benang.id – Selama sepekan perdagangan pekan lalu, Senin-Jumat (3-7/3/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat signifikan sebesar +5,83% dengan inflow moderat sebesar Rp144,1 miliar. Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Imam Gunadi menegaskan kenaikan signifikan yang telah terjadi selama 1 pekan terakhir lebih dipengaruhi teknikal rebound yang bersifat temporary atau membentuk corrective movement atau secondary movement dalam bearish movement.
Selain itu, candle terakhir akan menguji EMA20 sebagai dynamic resistance dan membentuk doji yang menunjukkan mulai adanya keraguan dari pelaku pasar untuk melanjutkan kenaikan, terlebih pasar saat ini masih dipengaruhi oleh berbagai sentimen negatif. Imam pun menyebutkan tiga faktor yang memengaruhi pergerakan IHSG dalam sepekan terakhir, yakni proteksionis Donald Trump, stimulus batubara China dan upgrade rekomendasi 3 big banks dan GOTO oleh JP Morgan.
Pertama, proteksionis Donald Trump. Imam menjelaskan faktor yang paling memengaruhi pasar selama satu pekan kemarin adalah adanya ketidakpastian pada kebijakan proteksionis Donald Trump yang maju-mundur. Ketidakpastian ini membuat pelaku pasar mencari instrumen investasi yang lebih aman, yaitu emas yang naik hampir 2% selama satu pekan kemarin.
Dari moneter, imbuh Imam, Gubernur Federal Reserve, Christopher Waller menegaskan bahwa ia tidak melihat kebutuhan untuk melakukan pemangkasan suku bunga pada pertemuan Maret ini. Waller juga akan meninjau keputusan tarif. Selain itu, Ketua Federal Reserve Jerome Powell juga menyatakan bahwa bank sentral tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga dan menunggu kejelasan terkait dengan kebijakan proteksionis Donald Trump.

“Maju mundurnya aksi Donald Trump dalam menerapkan kebijakan proteksionisnya malah meningkatkan ketidakpastian tidak hanya ekonomi secara umum, namun kebijakan moneter The Fed. Hal ini disambut negatif oleh pasar dengan DJI -2,37%, SPX -3,10%, IXIC -3,45%, dan VIX +19,05% selama 1 pekan kemarin.”
Kedua, stimulus batu bara China yang masih berdampak pada market pękan ini. Pemerintah China kembali menggelontorkan berbagai stimulus besar untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang memberikan dampak positif bagi pasar komoditas, termasuk batu bara. China menargetkan pertumbuhan PDB sekitar 5% pada 2025, dengan defisit anggaran dinaikkan menjadi 4% dari PDB.
Selain itu, pemerintah akan meningkatkan penerbitan obligasi khusus pemerintah daerah hingga 4,4 triliun yuan, serta menerapkan kebijakan fiskal dan moneter yang lebih longgar guna mendorong konsumsi dan investasi.
“Sebagai bagian dari strategi ekspansi ekonomi, China juga akan mengalokasikan 500 miliar yuan untuk rekapitalisasi bank-bank utama serta menerbitkan 1,3 triliun yuan ultra long-term special treasury bonds, naik dari 1 triliun yuan pada 2024. Stimulus ini bertujuan untuk mendukung perdagangan barang konsumsi, peningkatan peralatan industri, serta memudahkan akses pembiayaan bagi bisnis dan masyarakat.”

Stimulus China disambut positif komoditas batu bara yang selama satu pekan kemarin naik +4,60%. Selain itu, kenaikan harga batu bara juga didukung oleh adanya beberapa produsen batu bara di Australia yang tengah mempertimbangkan untuk menutup operasinya akibat kelebihan pasokan global.
Imam menjelaskan selain mendapat stimulus pemerintah China dan potensi penutupan operasi di Australia, dari domestik batu bara juga mendapat dukungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang menyatakan gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) akan memakan porsi investasi terbesar dari 21 proyek hilirisasi tahap pertama yang akan didanai oleh Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).
Ketiga, upgrade rekomendasi 3 big banks + GOTO, dimana JP Morgan menaikkan peringkat (rating) atau rekomendasi saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dari netral menjadi overweight. Rekomendasi saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik menjadi netral dari underweight. Selain 3 big banks tadi, saham teknologi seperti GOTO juga mendapat rekomendasi overweight. Saham-saham tadi merupakan saham yang mempunyai bobot cukup besar di IHSG sehingga IHSG dapat menguat hingga >5%.

Berbicara tentang potensi market pada 10-14 Maret 2025, Imam mengimbau pelaku pasar saham untuk memantau sentimen global dan domestik agar tetap bisa memperoleh cuan. Dari global ada 3 sentimen: Pertama, perkembangan tarif Donald Trump. Jika kebijakan semakin tidak jelas atau maju-mundur maka ini dapat meningkatkan ketidakpastian dan semakin menekan kekhawatiran pasar.
Kedua, inflasi AS yang akan rilis pada Rabu, 12 Maret 2025. Dari sisi konsensus, inflasi AS diproyeksikan berada di angka 2,9% (yoy) atar lebih rendah dari Januari 3%. Sedangkan inflasi inti menurut konsensus diproyeksikan akan berada di angka 3,2% (yoy) lebih rendah dari Januari di 3,3% (yoy). Data ini merupakan data yang sangat dinantikan oleh pelaku pasar untuk melihat kebijakan The Fed kedepan.
Ketiga, komoditas CPO. Pada akhir sesi pekan kemarin harga CPO menguat >3% setelah adanya serangan hama di perkebunan sawit di dua negara bagian Malaysia. Selain itu, masalah cuaca yang mengakibatkan banjir juga menjadi hambatan dan mengganggu produksi dapat berakibat pada terganggunya supply. Di pekan ini tepatnya pada 11 Maret 2025 juga akan rilis data stok CPO dari Malaysian Palm Oil Board (MPOB).

Sementara itu terkait sentimen domestik, pemerintah Indonesia berencana meningkatkan mandatori biodiesel menjadi 50% (B50) pada tahun 2026, naik dari 40% saat ini. Kebijakan ini bertujuan untuk mengurangi impor bahan bakar fosil dan menekan emisi karbon. Namun, Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI) menyatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan B50, kapasitas produksi biodiesel harus ditingkatkan sebesar 4 juta kiloliter dari kapasitas terpasang saat ini sebesar 19,6 juta kiloliter.
Peningkatan mandatori B50 diperkirakan akan meningkatkan permintaan minyak kelapa sawit (CPO) domestik secara signifikan yang nantinya berpotensi mempengaruhi harga CPO global juga karena adanya potensi ekspor yang turun (supply turun) akibat kenaikan penggunaannya untuk biodiesel.

Berkaca pada sentimen global dan domestik di atas, teristimewa sentimen gelontoran stimulus China dari pekan lalu yang masih berdampak pada market minggu ini, PT Indo Premier Sekuritas merekomendasikan:
- Buy on breakout INCO (Entry 3160, Target 3400 dan SL <3040).
Stimulus yang digelontorkan oleh pemerintah China memberikan dampak positif bagi industri manufaktur yang nantinya akan memberikan efek domino terhadap permintaan nikel sebagai salah satu bahan baku di industri manufaktur.
- Buy on pullback ADMR (Entry 860 – 885, Target 950 dan SL <830).
Tidak jauh berbeda dengan nikel, ADMR yang merupakan emiten batu bara metalurgi juga akan diuntungkan dengan besarnya stimulus China. Selain itu, keluarnya AS dari Just Energy Transition Partnership (JETP) berpotensi memberikan dampak signifikan terhadap harga batu bara.
- Buy on pullback LSIP (Entry 1080 – 1100, Target 1160 dan SL <1055).
Potensi berlanjutnya penguatan harga CPO karena gangguan supply dan agenda Ramadan memungkinkan memberikan sentimen positif pada emiten CPO salah satunya adalah LSIP.
- Buy on pullback Reksa Dana Saham Premier ETF IDX High Dividend 20 (XIHD). (Entry 558 – 565, Target 599 dan SL <546).
Sentimen musim dividen dan potensi pembentukan secondary movement akan menjadi motor penggerak Reksa Dana Power Fund Series (PFS) XIHD. (*/GK)