Saturday, May 17, 2025
No menu items!
spot_img
HomeFeatureKisah yang Tercecer: Sehari Bersama Paus Fransiskus Meraup Omzet Rp150 Juta

Kisah yang Tercecer: Sehari Bersama Paus Fransiskus Meraup Omzet Rp150 Juta

Jakarta, benang.id – Ini kisah lama, saat Paus Fransiskus berkunjung ke Indonesia. Ceritanya sangat fenomenal dan tercecer dari banyak kisah yang muncul seiring kunjungan Paus Fransiskus. Begitu hebatnya cerita ini, tidak mengherankan kemudian, ketika Paus Fransiskus meninggal, kesedihan yang mendalam dirasakan oleh pasangan suami isteri ini.

Kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia pada 3-6 September 2024 ternyata membawa berkah bagi pedagang kecil dan itu dialami oleh Inna Tania dan suaminya, Joni Trianto. Kunjungan Paus Fransiskus itu telah mengubah hidupnya secara drastis. Satu hari untuk selamanya. Dan perubahan hidupnya dimulai saat Paus Fransiskus merayakan misa kudus di Stadion Utama dan Madya Gelora Bung Karno (GBK) pada 5 September 2024.

“Kami harus meminjam uang Rp 6 juta untuk sewa tenda dan modal kerja di GBK dari seorang teman,“ ujar Joni.

Joni dan isterinya selama belasan tahun terpuruk secara finansial. Bahkan dirinya tidak bisa memerbaiki atap rumahnya yang bocor. Kondisi keuangan mereka sebagai pedagang kecil makanan dan minuman tidak stabil, cenderung kekurangan. Mangkal di suatu tempat untuk berjualan sering berujung pada kerugian. Kalaupun untung hanya cukup untuk biaya operasional. Pengalaman ini sering dialami dari suatu tempat keramaian ke tempat yang lain. Lambat laun tabungan mereka terkuras. Namun untuk memiliki tempat sendiri berjualan, rasanya sesuatu yang tidak mungkin.

Seperti biasa, mereka selalu mendapat informasi terkait jadwal acara keramaian di seluruh wilayah Jabodetabek. Dan pada waktu itu, mereka mendapat tawaran untuk mengisi booth minuman Di GBK, tempat dirayakannya Misa Kudus bersama Paus Fransiskus bagi umat Katolik seluruh Indonesia.

Ketika mendaftarkan diri untuk ikut jualan dan sewa booth, mereka harus menerima kenyataan bahwa tempat jual harus diundi. Ada dua tempat yakni, di Stadion GBK dan Stadion Madya. Berdasarkan pengalaman, semua penjual UMKM maunya jualan di Stadion GBK. Joni dan Inna harus menerima kenyataan ketika mereka mendapat tempat di Stadion Madya. Namun ternyata justru Stadion Madya itulah berkah yang terselubung baginya.

Suasana booth Inna Tania yang menjual menjual minuman di Stadion Madya, Komplek Senayan, saat misa kudus bersama Paus Fransiskus diselenggarakan, Kamis (5/9/2024). Foto: Inna

Di Stadion Madya sebagian besar dipenuhi oleh anak-anak sekolah yang hadir dalam misa tersebut. Sementara orang-orang dewasa berada di Stadion GBK. Anak-anak kecil inilah yang justru menjadi pembeli utama minumannya. Mereka mengaku sangat kewalahan ketika melayani pembeli.

“Sungguh pengalaman yang luar biasa bagi kami. Apalagi untuk buka booth itu kami harus mengutang ke teman. Dari utang Rp6 juta itu karena harus bayar sewa booth Rp4 juta, dan alhamdullilah bukan cuma bisa bayar utang, kami bisa memperbaiki atap rumah yang bocor dan rusak, membeli berbagai keperluan keluarga, dan mobil van bekas untuk mobilitas kami berjualan,” imbuh Inna.

“Kami cukup syok, terharu yang sangat mendalam. Tidak pernah membayangkan berjualan hanya satu hari tapi dapat meraup omzet Rp150 juta,” tutur Joni, dalam sebuah perbincangan santai di Gading Serpong, Kamis siang (15/5/2025).

Joni menjelaskan, jika ingin maju jualan pilihannya adalah membeli mobil sekalipun bekas. Membeli mobil bekas lebih baik daripada harus menyewa tempat yang sifatnya lama. Mobil van adalah tempat jualan berjalan, bisa angkut berbagai macam kebutuhan termasuk belanja bahan-bahan, membawa barang jualan dan sekaligus tempat jualan di acara keramaian tanpa harus rental kendaraan lagi.

Inna mengaku, dirinya sangat kehilangan Paus Fransiskus yang secara nyata menjadi sarana Allah memberi berkah bagi umatnya. Paus memberikan berkah bagi banyak pedagang kecil seperti dirinya. Ia pun selalu berharap bisa mengulangi berkah yang luar biasa ini dengan menanti hari Paus akan datang lagi ke Indonesia.

Hanya daging 2 Kg

Pasangan suami isteri Inna Tania dan Joni Trianto, pedagang kecil yang mendapat berkah karena kehadiran Paus Fransiskus ke Indonesia pada 5 September 2024. Foto: benang.id/Gora Kunjana

Joni Trianto dan Inna Tania adalah teman satu kelas saat keduanya mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Industri Kerajinan (SMIK) di Jakarta, menikah pada tahun 2002. Keduanya bekerja di hotel. Joni di Four Season, sedangkan Inna di Le Meridien.

Inna kemudian memutuskan berhenti kerja sebagai receptionist di hotel tersebut. Sementara Joni tetap bekerja di bagian house keeping. Sebetulnya, kesulitan ekonomi tidak bakal mereka alami jika saja Joni tetap bekerja.

Roda kehidupan Joni-Inna berada di bawah saat Joni terpaksa meninggalkan pekerjaannya, karena hotel mau direnovasi. “Posisi saya waktu itu sudah supervisor housekeeping, begitu mau direnovasi kami diberhentikan dan diberi pesangon,” jelasnya.

Joni kemudian sempat bekerja sebentar di sebuah hotel di bilangan Harmoni. “Saya jadi manager, gaji naik. Namun, pada tahun 2018 ada pengurangan tenaga kerja dan saya dipindahkan ke Bandung, saya tidak mau dan memutuskan kerja mandiri saja.“ ujarnya.

Inna Tania dan Joni Trianto juga menerima pesanan katering. Foto: Inna

Kepada sang istri kala itu, Joni meyakinkan bahwa mereka bisa bertahan jika mau mengerjakan apa saja selama itu halal. “Saya punya prinsip dapat melakukan apa saja asal ada kemauan dan kerja keras. Jadi apapun tawaran pekerjaan yang datang ke saya selalu saya sanggupi dulu setelah itu baru berpikir bagaimana menyelesaikan pekerjaan itu. Termasuk memasak meski saya bukan chef. Karena itu ketika ditawari untuk buka warung bubur ayam di sebuah kantin di UI saya samber meski belum pernah bikin bubur,” katanya seraya tertawa.

Dengan berjualan bubur ayam tersebut, sebetulnya kondisi keuangan mereka sudah lumayan membaik. Tapi sayang, hanya dua tahun berselang petaka nasional bahkan dunia itu datang. Begitu kasus pertama Covid-19 merebak pada Maret 2020 di Depok, wilayah yang sama dengan warung bubur ayam mereka, Joni-Inna menerima surat larangan berjualan hingga pandemi berakhir.

Praktis selama tiga tahun masa pandemi, kehidupan mereka kembali kembang kempis. Kalau pun mereka bisa bertahan karena mereka mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah. “Mata pencaharian kami adalah jualan, tapi bagaimana bisa jualan kita tidak bisa pergi kemana-mana,” ujar mereka mengenang masa-masa sulit itu.

Bakso TuTea buatan Joni Trianto cukup mendapat sambutan. Foto: AM Putut Prabantoro

Di sinilah blessing indisguise itu juga terjadi. Berkat semangat Joni yang positif, mau bekerja dan berpikir keras, pada suatu titik ketika tidak memiliki apa-apa sementara kebutuhan keluarga terus menuntut untuk dipenuhi, Joni mendapati 2 kg daging di kulkas. “Entah bagaimana tercetus ide untuk membuat bakso sendiri. Saya bukan tukang bakso, tapi kata orang-orang yang beli, bakso saya enak,” ucapnya tersenyum.

Akhirnya Joni memproduksi paket bakso dengan bumbunya. Sementara Inna yang bertugas menjual. “Kebetulan saya masih memiliki hubungan baik dengan para tamu hotel dulu dan saya tawarkan kepada mereka,” katanya.

Diawali dengan getok tular, pembeli bakso Joni-Inna makin banyak sampai sekarang bahkan banyak juga yang menjadi reseller. Agar bonafide, Joni pun memberikan merek pada baksonya. “Untuk nama, kami sepakat memakai nama ibu mertua, karena namanya Tuti biar keren ditulis dengan ejaan TuTea. Merek ini sudah saya daftarkan ke HAKI saat ada program pendaftaran HAKI gratis dari Pemda,” beber Joni.

Pasangan suami isteri Inna Tania dan Joni Trianto, pedagang kecil yang mendapat berkah karena kehadiran Paus Fransiskus ke Indonesia pada 5 September 2024. Foto: benang.id/Gora Kunjana

Kembali ke GBK. Joni mengungkapkan bahwa selain berjualan paket bakso, dirinya bersama Inna tentu saja, tetap berjualan minuman teh dengan merek TuTea tadi, termasuk di seputaran GBK. “Selama ini berjualan dengan sewa booth Rp4-5 juta lebih sering gak ketutup karena mentok cuma dapat sejuta kadang gak sampai. Nah, saat acara Paus Fransiskus itu lah yang luar biasa, benar-benar gak menyangka,” kata Inna.

Joni dan Inna berjualan aneka minuman dari es teh manis hingga berbagai minuman kekinian seperti rasa taro, jeruk Belgia, Thaitea, dengan toping jeli, mangga, dan sebagainya dengan rentang harga Rp10-20 ribu per gelas. Di samping minum racikan sendiri, mereka juga menyediakan air mineral dalam botol.

Suasana booth Inna Tania yang menjual menjual minuman di Stadion Madya, Komplek Senayan, saat misa kudus bersama Paus Fransiskus diselenggarakan, Kamis (5/9/2024). Foto: Inna

Menurut Joni, semua penjual pada acara Misa Kudus bersama Paus Fransiskus mendapatkan berkah diserbu pembeli. Hanya saja dirinya tidak sempat saling berbicara dengan sesama penjual soal omzet mereka. “Tidak ada waktu karena saya cuma berdua dengan istri tidak berhenti melayani pembeli sampai keteteran. Kami gak pernah jualan dengan pembeli seramai itu. Biasanya kami bisa santai-santai, ini jam 11-an masih tidur karena acara dimulai pada sore hari tiba-tiba diketuk pembeli,” ucap Inna.

Satu hal yang mereka kagumi dengan massa yang sedemikian banyaknya namun rapi, tertib, aman. “Hebat banget meski sangat haus mereka mau antri dengan tertib, rapi, tidak berdesak-desakan. Mereka pun sabar ketika kami berdua tampak kewalahan hingga mungkin kelamaan meraciknya, mereka tidak marah-marah,” papar Inna, seraya menambahkan lantaran ramainya pembeli, mereka sempat diwawancarari TV Polri. (*)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments