Jakarta, benang.id – Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi menyatakan, Indonesia memanfaatkan momentum Presidensi G20 untuk mendukung transformasi digital, membangun konsensus, serta mendorong perdagangan inklusif yang sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan. Transformasi digital harus adil, transparan, dan setara.
“Transformasi digital dalam perdagangan diharapkan dapat mendorong pencapaian beberapa tujuan pembangunan berkelanjutan, antara lain pengentasan kemiskinan serta pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi. Transformasi digital dapat menjadi tiket emas untuk pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19,” kata Mendag dalam pidato kunci di seminar web Road to G20 “Digital Transformation in Trade” yang diselenggarakan pada Rabu (8/6/2022) secara daring, seperti dilansir kemendag.go.id.
Mendag juga menegaskan transformasi digital harus adil dan menawarkan kesempatan yang sama serta distribusi manfaat yang merata kepada semua pemangku kepentingan, termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). UMKM adalah tulang punggung sistem produksi global yang menyumbang lapangan kerja dan jumlah usaha.
Selain itu, UMKM merupakan mesin inovasi, pertumbuhan, penciptaan lapangan kerja, dan kohesi sosial yang penting di negara anggota G20.
“Melalui Presidensi G20, Indonesia mendorong negara-negara G20 untuk mendukung transformasi digital dalam perdagangan sebagai bagian dari pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals) oleh negara berkembang dan UMKM di berbagai negara,” tambah Mendag.
Menurut Mendag, transformasi digital membawa banyak manfaat dan peluang. Namun, transformasi digital juga datang dengan tantangan, risiko, dan kompleksitas yang terus berkembang. Saat ini, transformasi digital di seluruh dunia semakin terfragmentasi. Teknologi dan inovasi sangat terkonsentrasi di negara-negara dengan barang publik digital yang lebih baik.
“Jika dibiarkan tidak teratasi, kesenjangan antara negara-negara yang kurang terhubung dan negara-negara super-digital akan melebar. Ketidakseimbangan perdagangan akan tetap tidak berubah. Untuk itu, kolaborasi adalah kunci untuk memastikan prinsip dasar ‘tidak meninggalkan siapa pun’ dan membangun transformasi digital yang inklusif,” tegas Mendag.
Dukung Tugas Kelompok Kerja Seminar web Road to G20 “Digital Transformation in Trade” diselenggarakan Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) Kementerian Perdagangan bekerja sama dengan Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA), serta International Trade Analysis and Policy Studies (ITAPS) Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Kegiatan ini merupakan salah satu acara sampingan untuk Kelompok Kerja Perdagangan, Investasi, dan Industri G20 (TIIWG). Dalam seminar web yang diikuti lebih dari 400 peserta, hadir sebagai narasumber adalah Southeast Asia Region Lead Advisor for Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA), Lily Yan Ing; Chief Economist of Asian Development Bank (ADB), Albert Park; Professor of Economics and Director of DPRU University of Cape Town, Haroon Bhorat; Kepala UKM Center FEB UI, Zahra Murad; Presiden Direktur Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan UKM (LLP-KUKM), Leonard Theosabrata; Kepala Cabang E-commerce dan Ekonomi Digital UNCTAD, Torbjörn Fredriksson, dan CEO Kopi Kenangan, Edward Tirtanata.
Pada sesi pertama, Lili Yan Ing mengungkapkan, pandemi Covid-19 mempercepat transformasi digital, termasuk dalam perdagangan. Pada 2020, sekitar 24% perusahaan menerima pesanan secara daring dan lebih dari 40% perusahaan melakukan pemesanan secara daring.
“Dalam hal ukuran, perdagangan digital telah meningkat lebih dari 10 kali lipat, dari sekitar US$ 1 triliun pada 2010 menjadi lebih dari US$ 10 triliun secara global,” tutur Lili.
Sementara itu, Haroon Bhorat membahas tentang adopsi teknologi dan menemukan ketimpangan dalam penggunaan internet, impor barang information and communication technology (ICT/teknologi informasi dan komunikasi), aplikasi paten, dan ketimpangan dalam ekspor teknologi tinggi.
Menurutnya, perguruan tinggi juga memainkan peran penting terkait dengan penelitian dan pengembangan. Perguruan tinggi pada akhirnya dapat mendorong terobosan teknologi utama khususnya di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika dan mendukung ekonomi digital. Albert Park dalam paparannya juga menunjukkan bahwa perdagangan digital, terutama di Asia, meningkat pesat. Hal ini dipercepat selama pandemi dan secara empiris terbukti meningkatkan perdagangan dan pertumbuhan ekonomi.
“Mempromosikan perdagangan digital inklusif membutuhkan perbaikan domestik dan kerja sama internasional dalam standar, pembiayaan perdagangan, dan prosedur yang disederhanakan. Hal ini juga penting untuk meningkatkan produktivitas, daya saing, dan mengurangi hambatan regulasi yang tinggi,” kata Albert.
Pada sesi kedua, Torbjörn Fredriksson menjelaskan peningkatan aktivitas digital telah meningkatkan permintaan produk teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Sebagai implikasi, pangsa barang TIK dalam perdagangan meningkat dari 13% pada 2019 menjadi hampir 16% pada 2020.
“Perkembangan serupa juga terjadi di Indonesia karena digital delivered services (DDS) naik sebesar 22%. Adanya urgensi untuk memastikan akses yang lebih baik ke infrastruktur dan layanan TIK yang terjangkau dengan mendorong pasar telekomunikasi yang terbuka dan transparan telah meningkatkan investasi infrastruktur TIK,” imbuh Torbjörn.
Sesi berikutnya, Leonard Theosabrata menyampaikan misi SMESCO Indonesia untuk membangun ekosistem ujung ke ujung bagi UMKM di Indonesia yang memerlukan dukungan seluruh pemangku kepentingan.
Hal yang sama juga diungkapkan Zahra Murad dan Edward Tirtanata. Dukungan pada peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM), pembiayaan, infrastruktur TIK, dan regulasi menjadi prioritas untuk mendorong UMKM masuk ke perdagangan digital.
G20 Dapat Menjadi Forum Efektif
Dalam sesi diskusi, para pembicara juga menyampaikan pesan bahwa G20 merupakan forum yang efektif untuk mengelola transformasi digital global dan perdagangan digital.
Momentum Presidensi G20 Indonesia diharapkan dapat mendorong peran negara-negara G20 antara lain menyediakan key enablers dalam hal keamanan data, cybersecurity, persaingan, dan infrastruktur digital; mengimplementasi dan pedoman untuk adopsi teknologi yang baik, termasuk robotik dan artificial intelligence (AI) untuk UMKM; mengurangi internet poverty dan kesenjangan teknologi dalam ekonomi dan lintas ekonomi melalui pembangunan infrastruktur teknologi dan konektivitas; mempromosikan insentif untuk adopsi teknologi bagi negara-negara berkembang; meningkatkan keterampilan digital melalui pendidikan tinggi dan sekolah vokasi; serta penyederhanaan prosedur kepabeanan serta penyederhanaan prosedur ekspor dan impor untuk mendorong perdagangan digital.
Di akhir webinar, Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kasan juga menegaskan kembali bahwa aksi kolektif dalam transformasi digital adalah pendorong penting bagi pemulihan ekonomi global.
“Prinsip ‘no one left behind’ adalah prinsip utama untuk mendorong transformasi digital yang inklusif sehingga memberikan manfaat secara merata bagi setiap negara di dunia,” pungkas Kasan.