Jakarta, benang.id – Pater Markus Solo Kewuta SVD mengatakan sangat terharu akan begitu besarnya antusiasme umat di kampung kelahirannya, Lewouran, Desa Lewotobi, Kecamatan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), untuk merayakan Pesta Perak atau 25 Tahun Imamatnya, Rabu-Kamis (14-15/9/2022) lalu.
“Sebetulnya perayaan sederhana sudah cukup bagi saya, namun ternyata umat membuat pesta besar-besaran dengan prosesi penyambutan yang luar biasa. Meski cukup melelahkan dengan rangkaian acara yang padat, saya terharu dan sangat menghargai upaya umat itu,” tutur Pater Markus atau yang akrab disapa Padre Marco saat berbincang-bincang dengan pengurus dan anggota Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI) di Jakarta, Jumat siang (23/9/2022).
Wajar jika umat di kampung halaman Padre Marco memberikan penyambutan luar biasa dan menggelar rangkaian berbagai acara untuk mengucap syukur 25 tahun imamatnya.
Pasalnya, Padre Marco bukan saja orang besar bagi Kampung Lewouran, Desa Lewotobi, atau pun Kecamatan Ile Bura, namun juga Kota Flores dan Provinsi NTT bahkan Indonesia.
Asal tau saja. Staf Dikasterium untuk Dialog Antar Umat Beragama di Takhta Suci Vatikan ini adalah satu-satu pejabat Vatikan asal Indonesia. Dan, rasa-rasanya Padre Marco akan terus bertahan di sana.
“Saya sudah 15 tahun bertugas di Vatikan, selama tidak membuat kesalahan sepertinya saya akan terus bekerja di sana,” ujar Padre Marco ketika ditanya sampai kapan bertugas di Vatikan.
Dalam kesempatan makan siang bersama PWKI tersebut, Padre Marco juga mengungkapkan senang bisa bekerja sama dengan PWKI selama dirinya bertugas di Takhta Suci Vatikan.
Ia pun berterima kasih kepada para wartawan katolik anggota PWKI yang bekerja di berbagai media nasional maupun daerah selalu mensupport Vatikan dengan berita positif.
“Setelah sekian lama berkomunikasi secara online lewat email, atau pun WA, saya bahagia sekali bisa berjumpa langsung dengan teman-teman PWKI. Terima kasih atas supportnya,” ucap Padre Marco.
Disambut meriah umat
Salah satu momen indah dari rangkaian perayaan syukur Perak Imamat Padre Marco SVD adalah acara penyambutannya yang sangat meriah sebagai yubilaris.
Dimulai Rabu (14/9/2022) sekitar pukul 16.00 Wita, iringan mobil dan sepeda motor, bersama yubilaris tiba di halaman Pastoran Stasi Nurabelen dan diterima Pastor Paroki StYosep Lewotobi, Romo Leo Lewokerore Pr.
Selanjutnya, Padre Marco menuju ke Stasi Riangrita-Stasi Lewotobi dan terakhir di Stasi Lewouran.
Suasana dalam acara penjemputan Padre marco SVD begitu meriah. Tampak ribuan umat berjejer sepanjang jalan yang dilalui Padre Marco SVD. Mereka menyalaminya sambil melambai-lambaikan bendera Vatikan, kuning putih.
Selanjutnya, Padre Marco SVD diarahkan pantia untuk bergerak menuju Kampung Lewouran.
Berangkat dari Pastoran Nurabelen, Padre Marco menyempatkan memasang lilin dan berdoa, di pusara Almahrum Petrus Tolan Hayon, guru SD dari Padre Marco, dan kemudian ke pusara Philipus Kolo Witin.
Dari area pekuburan Stasi Nurabelen, Padre Marco menuju Stasi Riangkaha, setelah sempat menyalami warga Nurabelen yang mengerubunginya.
Sekitar 10 menit kemudian rombongan Padre Marco yang dikawal aparat Polsek Boru dan Babinsa Ile Bura, tiba di Stasi Riangkaha.
Di Stasi Riangkaha, Padre Marco disambut dengan suguhan tarian oleh sekelompok penari cilik dari SDK Riangkaha.
Dari sana Padre Marco SVD berpindah lagi ke Stasi Lewotobi. Tepatnya di halamanTK/PAUD Sogalewo, Padre Marco dijemput dengan tarian Selen yang dibawakan oleh para siswa SDK Lewotobi.
Setelah menyapa dan menyalami para penari cilik itu, Padre Marco diterima dengan dengan sapaan adat oleh Lukas Lerin Witin.
Kemudian, Padre Marco didaulat memotong tali yang diletakkan di atas buah kelapa. Padre Marco berhasil melakulannya: “Tali terputus dan buah kelapa pun terbelah”
Di ujung seremonial adat itu, Padre Marco SVD disuguhi sirih pinang, lalu minum tuak dan makan ikan.
Perayaan Ekaristi sebagai puncak
Rangkaian acara pesta perak Imamat Padre Marco memuncak pada perayaan Misa atau Ekaristi yang berlangsung Kamis (15/9/2022) di halaman depan Gereja Stasi Santo Petrus Lewouran, Paroki Santo Yosef Lewotobi, Keuskupan Larantuka, Flores Timur.
Perayaan Misa Syukur berlangsung khidmad dan meriah dihadiri sejumlah biarawan-biarawati, pejabat daerah, sejumlah anggota DPRD Flotim, kerabat dan kenalan Padre Marco di Jakarta, pejabat kecamatan, desa serta ratusan umat Paroki Santo Yosef Lewotobi.
Perayaan Misa Kudus dipimpin oleh Padre Marco didampingi Uskup Larantuka, Mgr Fransiskus Kopong Kung, Provinsial SVD Pater Lukas Jua SVD, dan puluhan imam sebagai konselebran.
Istimewanya, hampir semua lagu yang dinyanyikan selama perayaan Ekaristi itu adalah ciptaan Padre Marco sendiri.
Syukuran untuk kita semua
Mengawali perayaan Misa Kudus, Padre Marco menyampaikan terima kasih kepada Mgr Fransiskus Kopong Kung, Pater Lukas Jua SVD, para imam, biarawan/biarawati, panitia, umat stasi serta semua pihak yang bekerja dan mendukung acara syukur perak imamat itu.
“Saya ditahbiskan pada 3 Mei 1997, di St Gabriel, Austria. Hari ini, tanggal 15 September 2022, kita rayakan ulang tahun tahbisan ke-25, di sini. Karena pelbagai alasan, sehingga saya tidak rayakan bersama persis pada harinya,” ucap Padre Marco, membuka perayaan Misa Kudus.
“Spiritus Domini Supernos atau ‘Roh Tuhan Ada Pada Kita’ menyadarkan kepada kita kembali ke arah dan tujuan keberimanan. Roh Tuhan mengundang kita semua: ‘Datanglah kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepada-Mu’,” ucap Padre Marco lagi.
Padre Marco mengaku sangat berbahagia atas momen perayaan syukur 25 tahun imamat di tanah kelahirannya.
“Saya dan kita semua mengucapkan syukur kepada Tuhan atas karunia Imamat, perlindungan dan berkat yang boleh saya terima dalam kurun waktu 25 tahun terakhir. Ini bukan saja syukuran untuk saya, tetapi syukuran untuk kita semua,” katanya.
Sedangkan Provinsial SVD, Pater Lukas Jua, SVD dalam sambutan mengucapkan terima kasih kepada Padre Marco, keluarga dan Keuskupan Larantuka.
“Saya ucapkan proficiat kepada Pater Markus. Karena dia setia minimal sudah 25 tahun dan kita harapkan dia setia selamanya,” ujar Pater Lukas.
Kemudian Pater Lukas melanjutkan, “Saya ucapkan terima kasih kepada Pater Markus, karena sebagai seorang SVD, telah berusaha untuk bersaksi di bidang dialog. Terima kasih kepada kedua orang tua, saudara dan saudari, dan semuanya. Terima kasih Keuskupan Larantuka.”
Ramah tamah dan konser musik penuh sukacita
Usai perayaan Misa Kudus, rangkaian syukuran perak imamat Padre Marco dilanjutkan dengan acara ramah tamah dan pertujukan tarian, puisi, fragmen, dan band yang dipentaskan anak TK/PAUD, SD, SMP, dan OMK Paroki.
Pada malam harinya, mulai pukul 20.00 Wita, digelar konser musik dan lagu yang dibawakan oleh artis-artis lokal Larantuka seperti artis penyanyi Ancis Matarau, Justin Kewuta, Helmi dan beberapa artiis penyanyi lainnya.
Selain melantukan lagu-lagu lokal yang hits sepeti Hitam-Hitam Buah Jembulan, Narantina, Kemamun Nagi, para artis menyanyikan lagu Selen Ro.
Saat menyanyikan Selen Ro, Padre Marco sebagai yubilaris didaulat untuk ikut menyanyi. Pasalnya, Selen Ro adalah lagu yang digubah oleh Padre Marco sendiri. Lagu ini pun termasuk lagu pop yang hits di NTT.
Selama acara konser musik, umat dan seluruh undangan lainnya, larut dalam suasana suka cita. Mereka berjoget dan menari dolo-dolo sambil mengelilingi Padre Marco SVD.
Tak ketinggalan, para Suster, Anggota DPRD Flotim Ignas Uran, para anggota Polisi, Babinsa dan Kepala Desa Lewotobi, Asis Muda, ikut bergembira dan berjoget
Kisah unik Gabriel Sare Muda
Ada kisah unik terkait perayaan 25 tahun Imamat Padre Marco SVD. Agar dapat ikut bersama umat lainnya merayakan momen istimewa yang membahagiakan tersebut, Gabriel Sare Muda (69), salah satu kerabat dekat Padre Marco sendiri, rela ‘bale Nagi’. Yakni, berlayar dari tanah rantauan kembali ke kampung halaman untuk bertemu dan bersyukur bersama Padre Marco SVD.
Diketahui Gabriel Sare Muda telah menetap puluhan tahun di Tanjung Selor, Brau Kalimantan Timur. Di sana ia menjalani kehidupan sebagai petani.
Sebagai petani, ia berkebun, menanam Jagung dan Merica. Hasil panen Jagung dan Merica itu ia tabung untuk membeli tiket kapal laut supaya bisa menghadiri Perayaan Syukur Perak Imamat Padre Marco, 15 September lalu. Luar biasa.
“Saya sangat senang bisa mengikuti perayaan Ekaristi Perak Imamat, bertemu, berjabat tangan dan berceritera dengan Pater Markus Solo Kewuta,” ujar Gabriel.
“Saya memang rindu sekali untuk pulang bertemu dia, yang datang langsung dari Santu Bapa Suci di Vatikan,”ungkap Gabriel Sare Muda, saat bincang santai bersama Padre Marco, di rumah Ama Deus, Lewouran, Selasa (20/9/2022).
Januari 2007
Terlahir dengan nama lengkap Markus Solo Kewuta di Lewouran, Flores Timur, 4 Agustus 1968, Padre Marco berayah Nikolaus Kewuta, seorang petani sederhana sementara ibunya Getrurd bekerja sebagai ibu rumah tangga. Kedua orangtua ini telah meninggal dunia. Ayah meninggal tahun 2005 sedangkan ibunya tahun 1985. Markus adalah anak bungsu dari lima bersaudara.
Padre Marco mengenyam pendidikan SD di Lewouran, dan SMP di Lewotobi, Flores.
Benih panggilan menguat ketika selepas SMP, Padre Marco masuk Seminari Menengah San Dominggo, Flores Timur.
Padre Marco kemudian melanjutkan kuliah di Filsafat Ledalero, Flores, dan studi Islamology di Inssbruck University, Austria.
Padre Marco ditahbiskan menjadi Imam Katolik di Rumah Misi SVD Sankt Gabriel, Wina, Austria, pada 3 Mei 1997, setelah menyelesaikan studi di Sekolah Tinggi Teologi Katolik Sankt Gabriel di Mödling, Wina, Austria, Padre Marco menjalani Praktek Pastoral sebagai diakon selama 6 bulan di Paroki Pischelsdorf, Steiermark, Austria.
Padre Marco yang juga mengenyam studi lanjut soal Sejarah Budaya Arab dan Islamologi di Al Azhar University, Mesir, serta kuliah doktoral Filsafat dan Teologi di Gregoriana University, Vatican ini fasih berbahasa Arab, Italia, Inggris, Jerman, Mandarin, dan Latin.
Pada Januari 2007, Padre Marco bergabung dengan Pontifical Council For Interreligious Dialogue (PCID). Tujuh bulan kemudian atau Juli 2007, Padre Marco resmi diterima bekerja di PCID. Ia menempati Desk Dialog Kristen-Islam untuk wilayah Asia, Amerika Latin dan Afrika Sub-Sahara.
Padre Marco adalah orang Indonesia pertama yang duduk dalam Dewan Kepausan untuk Dialog Antar Agama. (* sumber: katolikku.com, delegasi.com, kaskus.co.id)