Jakarta, benang.id – Koltiva, perusahaan start-up teknologi yang berfokus pada supply-chain agrikultur (rantai pasokan pertanian), berhasil mendapatkan oversubscribed pendanaan dari investor Silverstrand Capital, bersama pendanaan tambahan dari investor saat ini, The Meloy Fund. Planet Rise, Development Finance Asia and Blue7 juga berpartisipasi dalam putaran pendanaan tersebut.
Pendanaan ini akan dimanfaatkan Koltiva guna mempercepat pengembangan teknologinya dalam menghadirkan inovasi ketertelusuran data (traceability), serta menyediakan pengetahuan dari para ahli agronomis untuk membantu petani dalam meningkatkan praktik pertanian serta pendapatan mereka.
Selain itu, Koltiva juga mendukung perusahaan multinasional untuk menerapkan praktik pengadaan produksi yang bertanggung jawab (responsible sourcing practices).
Dua teknologi baru akan dikembangkan secara komersial pada putaran pendanaan kali ini. Teknologi pertama adalah KoltiPay, platform teknologi finansial yang tidak hanya menyediakan transaksi pembayaran non-tunai (cashless) bagi para petani, tapi juga menyediakan asuransi tanaman panen (crop insurance) dan pinjaman (loans).
Teknologi kedua adalah KoltiTrade yang memungkinan petani untuk dapat membeli sarana produksi pertanian (agri-inputs) dan mendapat akses ke pasar yang lebih luas untuk menjual hasil panen mereka, yang akan membantu meningkatkan pendapatan petani. Kedua teknologi ini akan diintegrasikan dalam ekosistem teknologi Koltiva, termasuk perangkat lunak (software) ketertelusuran dan manajemen pertanian (KoltiTrace), serta layanan pelatihan oleh agen lapangan melalui KoltiSkills.
“Produk yang diproduksi secara etis (ethically-produced) dan berkelanjutan (sustainable) telah menjadi faktor penting dalam pengambilan keputusan konsumen di seluruh dunia,” kata Manfred Borer, Chief Executive Officer Koltiva, dalam siaran persnya diterima Senin (26/9/2022),
Ia menjelaskan, para pelaku agribisnis dan perusahaan multinasional yang ingin memproduksi produk serta memenuhi kebutuhan pasar perlu mengetahui asal-usul bahan baku, transparansi, dan keakuratan data dari produk-produknya.
“Inilah yang kami lakukan. Pendanaan kali ini akan membantu kami dalam mencapai tujuan dalam lima tahun mendatang untuk mendukung lima juta petani dan memastikan produksi yang bertanggung jawab, bebas dari deforestasi, konversi, eksploitasi, pelanggaran hak asasi manusia, dan pekerja anak,” ujar Manfred Borer.
Koltiva memulai kegiatan operasionalnya di Indonesia melalui sektor produksi kakao dan hingga kini telah berkembang di 30 komoditas, termasuk kopi, kelapa sawit, karet, dan komoditas khusus.
Baru-baru ini, Koltiva juga melakukan ekspansi ke climate solutions dan blue economy, termasuk rumput laut dan budidaya udang. Hingga kini, Koltiva beroperasi di 27 negara dengan peluang pasar yang terus berkembang di lebih dari US$ 20 Miliar.
“Koltiva mendukung lebih dari 700,000 petani dalam skala global, meningkatkan penghasilan panen mereka hingga 70% dengan harga rata-rata komoditas mencapai 48%. Kami percaya bahwa peluncuran teknologi baru ini akan meningkatkan kemampuan perusahaan secara signifikan dalam menaikkan pendapatan para petani, serta mempercepat dan mendiversifikasi pertumbuhan pendapatan (revenue) Koltiva.” ujar Peter Kennedy, Chief Investment Officer, The Meloy Fund.
Koltiva menghasilkan ketertelusuran data melalui kombinasi teknologi dan sentuhan peran manusia dengan jaringan para ahli agronomis di lapangan. Tim agronomis Koltiva menyediakan program peningkatan kapasitas dan pendampingan teknis bagi para petani. Melalui kerjasama yang erat dengan produsen, Koltiva mampu membantu pelaku bisnis mendapatkan akses ke bahan baku yang diproduksi secara etis dan bertanggung jawab.
“Koltiva unggul dengan berfokus pada masalah sosial, serta kemampuannya dalam menghadirkan produk dan layanan yang terintegrasi di berbagai komoditas dan geografi. Koltiva adalah one-stop-shop untuk petani, processors, pedagang, dan pelaku agribisnis besar,” komentar Kelvin Chiu, founder Silverstrand Capital, perusahaan asal Singapura yang berinvestasi pada bisnis positif yang mendukung keanekaragaman hayati. (*)