Sunday, September 8, 2024
No menu items!
spot_img
HomeNasionalBesok, Makna Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia Dibedah Tuntas

Besok, Makna Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia Dibedah Tuntas

*Negara Kedua Terbanyak dalam Menjalin Hubungan Diplomatik

Jakarta, benang.id – Paus Fransiskus adalah Kepala Negara Tahta Suci (Vatikan) dan juga Kepala Gereja Katolik Se-dunia. Negaranya sangat kecil hanya 44 ha atau hanya 0,44 km2. Luas wilayah negara Vatikan tidak lebih besar dari Kadipaten Pakualaman, Yogyakarta (54,2 ha) meski lebih besar dari Kadipaten Mangkunegaran, Surakarta (9,3 ha). Sebagai Negara, Vatikan hanya memiliki sekitar 800 penduduk yang berasal dari berbagai negara. Sementara sebagai Pusat Gereja Katolik Sedunia, Vatikan, yang monarki absolut ini memiliki umat  di seluruh dunia sebanyak 1,3 miliar.

Meski termasuk negara terkecil di dunia, Vatikan secara geopolitik memiliki pengaruh yang sangat besar dalam dinamika percaturan politik global. Negara ini memiliki hubungan diplomatik terbanyak kedua di dunia setelah Amerika Serikat.  Vatikan termasuk negara pertama yang mengakui secara de facto dan de jure kemerdekaan Indonesia pada Juli 1947. Pengakuan kemerdekaan ini pada 6 Juli 1947 itu diikuti dengan ditempatkannya Georges Marie Joseph Hubert Ghislain de Jonghe d’Ardoye M.E.P (6 Juli 1947–2 Maret 1955) di Jakarta sebagai Duta Besar (Delegatus Apostolik).

Jauh sebelumnya, sentuhan tak langsung antara Tahta Suci dan Nusantara terjadi pada tahun 1321. Dalam perjalanan ke China, Odorico da Pordenone OFM, seorang imam dari Ordo Fransiskan, berkunjung ke Sumatera, Jawa dan Kalimantan (Banjarmasih dan Brunei). Ke Jawa ke Odorico berkunjung ke Kerajaan Majapahit yang pada waktu itu dipimpin oleh Raja Jayanegara. Hasil kunjungan tersebut adalah laporan lengkap tentang Majapahit yang dilukiskan sebagai negara yang bangunannya berhiaskan emas dan rakyatnya yang makmur. Salah satu catatan resminya terdapat dalam situs resmi Vikariat Apostolik Brunei Darussalam yang  menyebutkan bahwa Odorico mengunjungi Brunei Darussalam di tahun 1325.

Oleh karena itu, rencana kunjungan Apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia pada 3-6 September 2024 mendatang mempunyai makna yang sangat luas dan penting. Tidak hanya bagi umat Katolik tetapi juga umat beragama lainnya dan tentu juga, bangsa Indonesia secara keseluruhan. Makna pentingnya kunjungan Paus Fransiskus tersebut akan dibedah tuntas dalam diskusi online yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tahta Suci (Vatikan) dan Ikatan Rohaniwan/Rohaniwati Indonesia di Kota Abadi Roma (IRRIKA).

Trias Kuncahyono – Dubes RI Untuk Tahta Suci (Vatikan) bersama Paus Fransiskus

Diskusi ini sungguh luar biasa karena dimoderatori oleh Rm Markus Solo Kewuta SVD – satu-satunya orang Indonesia yang menjadi pejabat di Vatikan. Diskusi online ini juga istimewa karena Dubes RI untuk Takhta Suci (Vatikan) Michael Trias Kuncahyono akan membuka secara resmi.

Thema diskusi adalah “Memaknai Kunjungan Paus Fransiskus bagi Umat Beragama dan Bangsa Indonesia

HARI: Selasa, 23 Juli 2024

WAKTU: 19.00 WIBA (WIB) atau 20.00 WITA atau 21.00 WIT dan atau 14.00 WAKTU ITALIA (ECT).

Join Zoom Meeting

https://us02web.zoom.us/j/84131885275?pwd=zMhRIAOCtF43bnfxHUwkmZyIf86JPB.1

Meeting ID: 841 3188 5275

Passcode: 578616

Rm Markus Solo Kewuta SVD di kantornya di Roma, Italia. Foto: benang.id/Gora Kunjana

Menurut Padre Marco Solo SVD, Paus Fransiskus datang untuk semua orang Indonesia, terlepas dari latar belakang kita yang berbeda-beda. Kunjungan ini penting karena dua hal. Yang pertama, relasi diplomatik Indinesia-Tahta Suci Vatikan sejak setelah kemerdekaan, dan kedua, oleh karena kehadiran Gereja Katolik di Indonesia sejak abad ke-16 sebagai sebuah agama yang diakui secara resmi di Indonesia.

“Kedatangan Paus Fransiskus syarat makna, baik untuk bangsa dan negara, maupun untuk Gereja Katolik dan komunitas-komunitas agama lainnya. Mengenal beliau dari sikap, tutur kata dan ajaran-ajarannya selama 11 tahun menjadi Paus adalah sangat penting untuk kita pahami setiap kata, ungkapan dan sikapnya selama berada di negara kita. Mari kita sambut beliau dengan sukacita, rasa syukur, ramah berdasarkan adat istiadat ke-Nusantaraan kita,“ ujar Rm Markus Solo Kewuta SVD melalui pesan WA kepada AM Putut Prabantoro (Dewan Penasihat Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia/PWKI), Senin (22/7/2024).

Adapun narasumber diskusi adalah: Ulil Abshar Abdalla (Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama/PBNU), Mgr Christophorus Tri Harsono (Uskup Keuskupan Agung Purwokerto/KWI), Prof Dr Komaruddin Hidayat MA (Dosen Universitas Islam Internasional Indonesia), Dr Veronica Endah Wulandari MC  dari IRRIKA (Ikatan Rohaniwan/Rohaniwati di Kota Abadi Roma), Prof Syafiq A Mughni (Ketua PP Muhammadiyah bidang Hubungan Internasional dan Antaragama), Yenny Wahid (Direktur Wahid Institue), serta Prof Dr Sumanto Al Qurtuby (Dosen di King Fadh University of Petroleum and Minerals).

Dr Veronica Endah Wulandari MC – Narasumber, bersama Paus Fransiskus

Dalam keterangannya melalui WA juga kepada AM Putut Prabantoro (Dewan Penasihat PWKI), salah satu narasumber diskusi dari Roma, Italia, Sr Veronica MC, Doktor Hukum Gereja dari Universitas Antonianum milik Kepausan, menjelaskan bahwa dalam kunjungan tersebut ada dua hal yang perlu diamati bersama. Dua hal itu adalah, Fraternity (Persaudaraan) dan Compassion (Belarasa).  Menurut Penasihat Hukum Kongregasi Missionaris Claris ini, keberagaman Indonesia akan bertemu di titik persaudaraan dan berbelarasa.

“Saya merasa diskusi ini akan seru karena para narasumbernya sangat menguasai permasalahan yang pengetahuan dan pengalamannya tidak perlu diragukan lagi. Saya harus belajar dari para pembicara lain karena itu penting untuk Indonesia di masa depan,“ ujar Sr Veronica MC, yang pada 18 Februari 2023 bertemu dengan Paus Fransiskus.

Dalam pertemuan itu, satu pesan Paus Fransiskus yang sangat diingatnya yakni, kebaikan hati dan keadilan merupakan dua nilai hidup yang tidak bisa dipisahkan. (*)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments