Wednesday, November 13, 2024
No menu items!
spot_img
HomeEkonomiBursa Karbon merupakan Kebutuhan dan Masa Depan Ekonomi

Bursa Karbon merupakan Kebutuhan dan Masa Depan Ekonomi

Yogyakarta, benang.id – Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon/Anggota Dewan Komisioner OJK) Inarno Djajadi menegaskan bahwa bursa karbon merupakan kebutuhan saat ini dan masa depan bagi pelaku ekonomi/bisnis yang bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah tangga secara global.

“Perdagangan karbon merupakan win-win solution antara kepentingan ekonomi dan lingkungan,” kata Inarno dalam sambutan kuncinya pada Seminar Nasional (Semnas) Ekonomi Hijau di Kampus FEB UGM, Yogyakarta, Jumat (8/11/2024).

Semnas yang digelar Keluarga Alumni Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (Kafegama DIY) bekerja sama dengan Pengurus Pusat Kafegama serta Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM mengangkat tema “Bursa Karbon sebagai Instrumen Pengendalian Emisi: Strategi dan Implementasi”.

Selanjutnya Inarno juga mengingatkan bursa karbon merupakan salah satu cara untuk mengurangi emisi gas rumah tangga dan juga perlu dukungan ekosistem terkait.

Inarno Djajadi (Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivarif, dan Bursa Karbon)

Ketua Panitia Seminar Nasional (Semnas) Ekonomi Hijau Junaidi berpendapat sebagai salah satu instrumen penting dalam pengendalian emisi, bursa karbon hadir menyediakan kerangka yang memungkinkan perdagangan emisi berbasis kuota, sehingga dapat menciptakan efisiensi ekonomi dalam pengurangan emisi.

“Kami berharap seminar ini dapat menjadi forum diskusi yang bermanfaat, menggali strategi serta berbagi pengalaman implementasi yang ada di tingkat nasional maupun global,” tutur  Junaidi.

Dekan FEB UGM Didi Achjari dalam sambutan pembukanya menilai bahwa tema yang diangkat dalam semnas tersebut relevan dengan misi FEB UGM. Menurutnya, salah satu misi FEB UGM adalah keberlanjutan (sustainability), yang fokusnya pada kegiatan penelitian dan engagement yang berorientasi pada aspek keberkelanjutan termasuk di dalamnya poverty alleviation, inequality reduction, circular economy, green and blue economy, green accounting, green entrepreneurship, small and medium enterprise, dan sustainability management.

Didi menjelaskan bahwa dalam bisnis juga harus peduli pada lingkungan. “Menjalankan bisnis harus memperoleh keuntungan, namun wajib memperhatikan isu lingkungan baik dari kelestarian, keberlanjutan dan ekonomi hijau,” imbuh Didi.

FEB UGM, lanjut Didi, mengarahkan sebagian risetnya, termasuk skripsi, thesis dan disertasi, dengan topik lingkungan dan ekonomi / bisnis hijau. Dengan demikian alumni FEB UGM juga berwawasan dan peduli kepada isu lingkungan.

Adapun seminar menghadirkan tiga narasumber yaitu I Made BagusTirthayatra –Kepala Departemen Pemeriksaan Khusus, Pengawasan Keuangan Derivatif, Bursa Karbon, dan Transalsi Efek OJK, Jeffrey Hendrik –Direktur Pengembangan BEI, dan Ardianto Fitrady –Dosen FEB UGM. Sementara bertindak sebagai modetarator Gumilang A Sahadewo –Pengurus Kafegama DIY/Dosen FEB UGM).

Poin penting yang dikemukakan ketiga narasumber antara lain: pertama, Indonesia telah meratifikasi Perjanjian Paris (Paris Agreement) pada tahun 2016. Selanjutnya Indonesia telah menetapkan target Nationally Determined Contribution (NDC) sebesar 29% – 41% pada tahun 2030. Target NDC sebesar 31,89% dengan usaha sendiri dan sampai dengan 43,20% dengan bantuan internasional pada tahun 2030. Pembentukan bursa karbon juga dalam rangka target NDC.

Kedua, Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) diluncurkan pada tanggal 29 Septeber 2023. Izin usaha Penyelenggara Bursa Karbon telah diberikan kepada BEI oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Surat Keputusan nomor KEP-77/D.04/2023 pada 18 September 2023 lalu.

IDXCarbon sebagai penyelenggara bursa karbon menyediakan sistem perdagangan yang transparan, teratur, wajar, dan efisien. Selain memberikan transparansi pada harga, perdagangan IDXCarbon juga memberikan mekanisme transaksi yang mudah dan sederhana. Saat ini, terdapat empat mekanisme perdagangan IDXCarbon, yaitu Auction, Regular Trading, Negotiated Trading, dan Marketplace.

Ketiga, BEI akan terus berupaya untuk mendorong likuiditas pasar karbon dari sisi demand dan supply baik pasar domestik maupun internasional sesuai dengan peraturan dan regulasi pemerintah.

Selanjutnya BEI akan senantiasa aktif berkoordinasi dan bersinergi dengan OJK, Kementerian terkait, dan pelaku pasar untuk menyempurnakan mekanisme perdagangan karbon, memberikan edukasi berkelanjutan, menyelaraskan pengembangan investasi Environmental, Social & Governance (ESG) di pasar modal.

Dalam Semnas Ekonomi Hijau tersebut diserahkan pula “Bantuan Fasilitas Pembelajaran Mahasiswa FEB UGM” senilai Rp150 juta dari Kafegama DIY kepada FEB UGM, secara simbolis oleh Bogat AR –Ketua Kafegama DIY, kepada Didi Achjari –Dekan FEB UGM, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bursa Efek Indonesia (BEI), Askrindo Insurance, Bank BPD DIY, Bank BRI, Mandiri Inhealth, Wardah, Kimia Farma, Mirae Asset Sekuritas, Kahf, Batik Khasandy, Bakpia A-Satu, dan Toriyu.

“Setiap aktivitas Kafegama DIY harus tetap dalam kerangka guyub, rukun dan migunani,” jelas Y Sri Susilo, Humas Kafegama DIY) dalam rilisnya kepada media. (*/GK)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments