Monday, February 3, 2025
No menu items!
spot_img
HomeEkonomiDelapan Sentimen Berikut Wajib Diperhatikan Trader

Delapan Sentimen Berikut Wajib Diperhatikan Trader

Jakarta, benang.id – Market pada sepekan mendatang 3-7 Februari 2025 diprediksi akan bergerak positif dengan 8 sentimen yang menggerakkannya, meski dalam sepekan terakhir pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung melemah sebesar -0,79% disertai dengan outflow di pasar regular sebesar 521,4 miliar.

Menurut Equity Analyst Indo Premier Sekuritas (IPOT), Imam Gunadi, ada beberapa katalis atau sentimen yang memengaruhi pergerakan IHSG pada sepekan lalu yang hanya berlangsung selama 2 hari perdagangan yakni, NBS Manufacturing PMI, Fed Interest Rate Decision, Foreign Direct Investment dan Core PCE.

Pertama, sentimen NBS Manufacturing PMI.  PMI Manufaktur China pada Januari 2025 turun ke 49,1 dari 50,1 di Desember serta berada di bawah konsensus 50,1, menunjukkan kontraksi pertama dalam lima bulan. Penurunan ini dipicu oleh melemahnya aktivitas pabrik menjelang Tahun Baru Imlek, dengan output dan pesanan baru mengalami penurunan signifikan.

Imam menegaskan China adalah mitra dagang utama Indonesia, terutama untuk komoditas seperti batu bara, nikel, dan CPO. Pelemahan sektor manufaktur China dapat mengurangi permintaan bahan baku dari Indonesia, berpotensi menekan harga dan volume ekspor.

Kedua, Fed Interest Rate Decision. The Federal Reserve (The Fed) mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25%-4,5% dalam pertemuan Januari 2025, sesuai ekspektasi pasar. Ketua The Fed, Jerome Powell, menegaskan bahwa bank sentral tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut dan ingin melihat kemajuan lebih lanjut dalam pengendalian inflasi.

“Dengan suku bunga The Fed tetap tinggi, arus modal asing ke negara berkembang seperti Indonesia bisa terbatas karena investor tetap memilih aset berbunga tinggi di AS. Rupiah bisa menghadapi tekanan jika aliran dana asing keluar dari pasar obligasi dan saham,” jelas Imam.

Ketiga, Foreign Direct Investment. Investasi asing langsung (FDI) ke Indonesia, di luar sektor keuangan serta minyak & gas, melonjak 33,3% YoY mencapai IDR 245,8 triliun ($55,33 miliar) pada kuartal IV 2024. Ini merupakan pertumbuhan tercepat sejak Q4 2022, terutama didorong oleh investasi besar di sektor pemrosesan mineral. Investor asing tetap tertarik pada industri pertambangan dan pemurnian logam Indonesia, terutama setelah larangan ekspor bijih nikel sejak 2020 yang bertujuan menarik investasi dalam rantai pasok kendaraan listrik (EV). Negara asal FDI terbesar adalah Singapura, Hong Kong, dan China. Sepanjang 2024, total investasi langsung (termasuk domestik) mencapai IDR 1.714,2 triliun ($105,13 miliar), tumbuh 20,8% YoY.

“Peningkatan FDI menunjukkan keberhasilan kebijakan hilirisasi, khususnya dalam mendukung rantai pasok kendaraan listrik dan pemrosesan mineral.”

Keempat, Core PCE. Core PCE yang tidak mencakup harga makanan dan energi yang volatil naik 0,2% MoM pada Desember 2024 sesuai ekspektasi pasar dan sedikit lebih tinggi dari 0,1% pada bulan sebelumnya. Secara tahunan, Core PCE tetap di 2,8% untuk bulan kedua berturut-turut, masih di atas target 2% yang ditetapkan oleh The Fed.

Sentimen dan Rekomendasi Pekan Ini

Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta. Foto: benang.id/Gora Kunjana

Berbicara tentang potensi market pada 3-7 Februari 2025, Imam menyebutkan 8 sentimen yang wajib diperhatikan para trader.

Pertama, Sentimen Indonesia Inflation Rate

Di pekan ini BPS akan merilis data inflasi. Inflasi tahunan Indonesia pada Januari 2025 diperkirakan meningkat menjadi 1,88% dari 1,57% pada Desember 2024.  Perlu diketahui bahwa Bank Indonesia (BI) telah menetapkan sasaran inflasi untuk tahun 2025 dalam kisaran 2,5% ± 1%, yaitu antara 1,5% hingga 3,5%. Dengan besaran data inflasi tahunan saat ini yang mendekati batas bawah di 1,5%, pasar akan lebih berekspektasi inflasi bisa sesuai dengan ekspektasi atau lebih tinggi yang menggambarkan bangkitnya daya beli.

Kedua, Sentimen Indonesia Tourist Arrivals

Pekan ini, data kunjungan wisatawan mancanegara (Foreign Tourist Arrivals) ke Indonesia akan dirilis, yang menjadi indikator penting bagi pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi nasional. Jumlah wisatawan asing sangat berpengaruh terhadap berbagai sektor, terutama perhotelan, transportasi, kuliner, dan ritel, yang bergantung pada belanja turis.

Ketiga, Sentimen ISM Manufacturing PMI

Pada 3 Februari 2025, Institute for Supply Management (ISM) akan merilis data ISM Manufacturing PMI untuk bulan Januari 2025 pada pukul 22:00 WIB. Konsensus pasar memperkirakan angka PMI akan berada di 49,5, sedikit lebih tinggi dari 49,3 pada bulan Desember 2024. Dengan proyeksi PMI Januari 2025 di angka 49,5, sektor manufaktur AS diperkirakan masih mengalami kontraksi. Data ini penting untuk memantau kesehatan sektor manufaktur dan dapat memengaruhi kebijakan moneter serta keputusan investasi di pasar global.

Keempat, Sentimen OPEC+ Meeting

Bursa Efek Indonesia. Foto: Gora Kunjana

Pada 3 Februari 2025, OPEC+ dijadwalkan mengadakan pertemuan untuk membahas kebijakan produksi minyak mereka. OPEC dan sekutunya seperti Rusia dan Kazakhstan, telah membatasi produksi minyak mereka sebesar 5,86 juta barel per hari sejak 2022 untuk mendukung stabilitas pasar minyak global. Sebelum pertemuan, Menteri Energi Arab Saudi, Irak, dan Libya bertemu di Riyadh untuk membahas upaya menstabilkan pasar energi global. Pertemuan ini menunjukkan komitmen OPEC+ dalam menjaga keseimbangan pasokan dan permintaan minyak. Meskipun ada tekanan dari Presiden AS, Donald Trump, yang mendorong OPEC untuk menurunkan harga minyak guna membantu mengakhiri konflik di Ukraina, OPEC+ belum memberikan respons resmi terhadap permintaannya.

Kelima, Sentimen Indonesia GDP

Pada pekan ini Indonesia dijadwalkan merilis data Produk Domestik Bruto (PDB) untuk kuartal IV tahun 2024. Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal tersebut mencapai 5,01% secara tahunan (year-on-year). Sedangkan Bank Indonesia memperkirakan ekonomi RI 2024 tumbuh di kisaran 4,7%-5,5%, dengan nilai tengah di angka 5,1%. Konsensus mempunyai perkiraan lebih konservatif di angka 4.96%.

Keenam, Sentimen Cadangan Devisa

Bank Indonesia (BI) dijadwalkan merilis data cadangan devisa Indonesia untuk bulan Januari 2025. Berdasarkan kalender ekonomi yang tersedia, data tersebut diperkirakan akan diumumkan pada tanggal 7 Februari 2025. Secara umum, cadangan devisa yang memadai adalah indikator penting dari ketahanan ekonomi suatu negara dalam menghadapi tantangan eksternal dan memastikan kestabilan ekonomi jangka panjang. Data terakhir menunjukkan bahwa cadangan devisa Indonesia cukup untuk menutupi kebutuhan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor dan pembayaran utang, jauh di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan.

Ketujuh, Sentimen NPF dan Tingkat Pengangguran AS Januari 2025

Data Non-Farm Payrolls (NFP) dan tingkat pengangguran Amerika Serikat (AS) untuk bulan Januari 2025 dijadwalkan akan dirilis pada 7 Februari 2025. Merujuk pada konsensus, NPF diproyeksikan akan melandai ke 170rb dari Desember di angka 256rb. NFP mengukur jumlah pekerjaan baru yang diciptakan di AS selama bulan sebelumnya di semua sektor non-pertanian dan menjadi indikator penting bagi pengeluaran konsumen dan aktivitas ekonomi secara keseluruhan. Sedangkan dari sisi tingkat pengangguran AS diproyeksikan akan tetap berada di angka 4,1%. Tingkat pengangguran menunjukkan persentase angkatan kerja yang tidak bekerja dan aktif mencari pekerjaan. Data ini menjadi indikator penting bagi kesehatan pasar tenaga kerja.

Dan terakhir, Sentimen China Inflation Rate

Data Indeks Harga Konsumen (IHK) China untuk bulan Januari 2025 dijadwalkan akan dirilis pada 9 Februari 2025, pukul 01:30 GMT (atau 08:30 WIB).  Data inflasi China sangat penting untuk Indonesia karena China adalah salah satu mitra dagang terbesar Indonesia. Jika inflasi di China meningkat, hal ini bisa berpengaruh pada daya beli masyarakat China, yang pada gilirannya dapat memengaruhi permintaan terhadap barang-barang ekspor Indonesia, seperti komoditas dan produk manufaktur. Sebaliknya, deflasi atau rendahnya inflasi di China bisa menurunkan permintaan tersebut.

PFS di dalam genggaman tangan. Foto: IPOT

Berkaca pada sentimen positif di atas, PT Indo Premier Sekuritas  merekomendasikan:

  1. Buy AADI (Entry 9450, Target 10450, Stop Loss <9100). Harga Newcastle coal futures yang stabil di kisaran $115 per ton menjadi sentimen positif bagi emiten batu bara, termasuk PT Adaro Andalan Indonesia. Stabilitas harga ini mengindikasikan permintaan yang masih solid di tengah tingginya pasokan global, memberikan kepastian bagi produsen batu bara dalam menjaga profitabilitas.
  2. Buy BRIS (Entry 2930, Target 3140, Stop Loss <2860). Peningkatan Investasi Asing Langsung (FDI) yang melonjak 33,3% YoY, mencapai IDR 245,8 triliun ($55,33 miliar) pada kuartal IV 2024, mencerminkan keberhasilan kebijakan hilirisasi pemerintah Indonesia, khususnya di sektor pemrosesan mineral dan industri kendaraan listrik (EV). Investasi besar yang mengalir ke sektor pertambangan dan pemurnian logam, terutama setelah larangan ekspor bijih nikel sejak 2020, menunjukkan adanya minat investor asing yang kuat terhadap rantai pasok kendaraan listrik Indonesia. Hal ini memberikan dampak positif pada PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), yang mencatatkan portofolio pembiayaan kendaraan listrik mencapai Rp171 miliar per Desember 2024, dengan pertumbuhan tahunan (YoY) yang sangat signifikan sebesar 476 persen.
  3. Buy on Breakout GOTO (Entry 83, Target 89, Stop Loss <80). Dengan inflasi Indonesia yang mulai meningkat secara moderat, terdapat potensi perbaikan daya beli masyarakat. Hal ini dapat mendukung peningkatan transaksi di platform e-commerce Tokopedia dan layanan on-demand Gojek, terutama di sektor transportasi dan layanan pengiriman makanan.

4. Buy Reksa Dana Saham Premier ETF PEFINDO i-Grade (XIPI) (Entry 218, Target 230, Stop Loss <214).  Dalam kondisi makroekonomi saat ini, reksa dana indeks yang mengacu pada Pefindo i-Grade, yang berisi emiten dengan peringkat investment grade. Lonjakan FDI sebesar 33,3% YoY pada Q4 2024 menunjukkan kepercayaan investor asing terhadap ekonomi Indonesia. Masuknya investasi ke sektor hilirisasi dan digital berpotensi menguntungkan emiten yang memiliki peringkat kredit tinggi, terutama di sektor perbankan, manufaktur, dan infrastruktur yang menjadi bagian dari indeks ini. (*/GK)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments