Jakarta, benang.id – Partai Demokrat resmi memberikan dukungan kepada Anies Baswedan sebagai calon presiden dengan adanya dukungan dari Majelis Tinggi partai. Artinya, dukungan terhadap Anies dinyatakan sudah lengkap setelah NasDem dan PKS lebih awal menyatakan deklarasi.
Analis Politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago menyatakan Koalisi Perubahan tentu sudah melangkah lebih maju dari koalisi lain karena sudah melengkapi syarat dukungan untuk capres dan cawapres. Namun, dari ketiga partai anggota koalisi perubahan ini bakal sulit untuk mencari ketua kelasnya.
“Dulu Anies itu hanya milik NasDem saja. Tetapi, saat ini PKS dan Demokrat juga mengklaim lebih dekat dengan Anies. Dari ketiga partai ini tidak ada parpol yang memiliki suara yang dominan. Pertanyaannya, siapa partai yang bakal menjadi ketua kelasnya? Nasdem, PKS, atau Demokrat”, ujar Arifki.
Permasalahan ini bakal menyulitkan solidaritas koalisi perubahan. Sebelumnya NasDem mungkin saja dominan karena lebih awal mendeklarasikan Anies sebagai capres. Tetapi, setelah PKS dan Demokrat mendukung Anies, daya tawar yang dimiliki oleh ketiga partai ini sama (setara). Tentunya, bakal menyulitkan dalam penentuan capres dan cawapres. Demokrat yang sudah mendukung Anies sebagai capres tentu memiliki kepentingan AHY sebagai cawapresnya. Sedangkan, NasDem dan PKS tentu memiliki rencana lain yang bakal diduetkan sebagai cawapres Anies. Apalagi dari ketiga partai tidak ada yang memiliki kursi yang paling dominan di DPR, sehingga sulit menentukan siapa partai yang bakal memimpin koalisi.
Solidaritas Koalisi Perubahan ini bakal teruji jika ketiga partai ini melakukan deklarasi secara bersama. Jika hal ini tidak dilakukan oleh koalisi perubahan, langkah politik yang diambil oleh ketiga anggota koalisi hanya ingin merespon pertanyaan publik terkait kepastian Anies maju sebagai capres. Lamanya dukungan PKS dan Demokrat terhadap Anies tentu masuk dalam pertimbangan kedua partai ini sebagai poin elektoral.
“PKS dan Demokrat tentu khawatir, kedua partai ini kan oposisi. Mas Anies ini identik dengan figur yang mewakili kepentingan oposisi, baik secara citra maupun dukungan elektoral. PKS dan Demokrat takut telat mendukung Anies berdampak terhadap hilangnya dukungan pendukung Anies kepada kedua partai ini. Sepertinya PKS dan Demokrat sudah menjawab pertanyaan publik, namun terkait solidaritas Koalisi Perubahan lewat MOU tentu masih ditunggu bahwa koalisi ini memang serius atau tidaknya”, tutup Arifki. (*)