Yogyakarta, benang.id – Dalam rangka memperingati Dies Natalis Universitas Sanata Dharma ke-67, Komunitas Ketoprak Sadhar Budaya menghelat pertunjukan dengan lakon “Rante Mas” karya Dalijo Angkring, sekaligus sutradara.
Komunitas Ketoprak Sadhar Budaya terdiri dari para dosen, tenaga kependidikan, alumni, dan mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang memiliki minat di bidang pertunjukan tradisional, dan dilindungi oleh Rm Albertus Bagus Laksana SJ SS PhD.
Pertunjukan tahunan yang sempat vakum selama lima tahun ini dimeriahkan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Grisadha (tari) dan diiringi oleh pemusik dari UKM Karawitan. Adapun, kru panggung dalam pergelaran ini adalah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) dan UKM Teater Sanata Dharma (TSD).
Sutradara memilih tajuk “Rante (rantai) Mas” mengartikan bahwa rantai sebagai alat pengikat yang kuat, sedangkan istilah “Mas” dianalogikan sebagai lambang wanita (kecantikan). Jika kedua hal ini disatukan akan memiliki arti wanita dijadikan ‘sesuatu’ untuk mengikat secara kuat.
Pada era pemerintahan Mataram yang dipimpin oleh putra dari Sultan Agung penuh dengan polemik. Dalam masa kepemimpinan seorang Tumenggung yang bernama Pasingsingan, ia ingin mencapai sebuah pencapaian atau cita-cita yang besar. Namun, Pasingsingan menggunakan berbagai cara yang tidak benar, yaitu menyingkirkan semua orang yang ia anggap menyaingi dirinya menggunakan bantuan anaknya, Roro Mangli. Roro Mangli dijadikan alat untuk mengikat sang Pangeran Timur (seorang anak raja, adik dari Sunan Amangkurat Agung) menjadi suami Roro Mangli, sehingga Pasingsingan bisa menjadi besan Sunan Amangkurat Agung.
Upaya yang tidak baik ini dilakukan untuk membuat Pasingsingan lebih mudah mengambil kekuasaan di Mataram. Namun, hal itu sia-sia dan menuai kegagalan karena niat busuk Pasingsingan telah terbongkar. Dari peristiwa itu, istilah Rante Mas memiliki arti mengikat dengan tujuan ambisi dalam mengambil kekuasaan pada wilayah Mataram. Pasingsingan menghalalkan segala cara untuk mencapai cita-cita, walaupun itu penuh dengan risiko yang cukup besar, baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri.
Hikmah dari kisah ini adalah pengambilan keputusan atau penyelesaian masalah dalam keadaan tidak kepala dingin akan menghasilkan keputusan dengan jalan ‘kotor’ dan berakibat fatal.
Pertunjukan Ketoprak Sadhar Budaya ini akan dilangsungkan pada Jumat Legi, 16 Desember 2022 pukul 19.00 WIB di Auditorium Driyarkara Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (Jl Afandi, Mrican, Caturtunggal, Depok Sleman DI Yogyakarta.
Pertunjukan Ketoprak Sadhar Budaya ini digelar secara gratis dan terbuka untuk umum. Untuk para penonton yang akan hadir dapat mengisi formulir dalam aplikasi Google Form https://forms.gle/sgySRRd9PiDkvxSZ7 sebagai reservasi para penonton yang hadir dalam pertunjukan Ketoprak ini.
Selain itu, pergelaran ini dapat disaksikan melalui live streaming youtube Humas Universitas Sanata Dharma https://www.youtube.com/watch?v=bfBvjz2ruuQ. Salam Sadhar Budaya! Salam Budaya! Lestari Budayaku! (*)