Dukung Momentum Ekonomi Lewat Edukasi Finansial
Yogyakarta, benang.id – Permata Bank menggelar kembali salah satu rangkaian Wealth Wisdom 2025 di Yogyakarta. Acara unggulan tahunan Permata Bank ini merupakan wujud komitmen dalam mendampingi nasabah untuk mempersiapkan generasi penerus yang penuh wawasan finansial.
Memasuki tahun ke-11, Wealth Wisdom 2025 mengusung tema “Resilient Wealth, Confident Future” dan berlangsung dari Juni hingga September 2025 di 11 kota besar di Indonesia. Kehadiran Wealth Wisdom yang pertama kali di Yogyakarta didasari oleh momentum pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang menjanjikan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, perekonomian DIY pada triwulan I 2025 tumbuh sebesar 5,11% (y-on-y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dengan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp50,95 triliun1. Angka-angka ini mencerminkan optimisme serta pentingnya literasi keuangan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi daerah secara inklusif dan berkelanjutan.
Djumariah Tenteram, Direktur Consumer Banking Permata Bank mengungkapkan, Permata Bank percaya bahwa resiliensi finansial bisa dibangun oleh siapa pun, di mana pun, selama terdapat akses terhadap edukasi dan solusi keuangan yang tepat.
“Wealth Wisdom 2025 bukan sekedar acara tahunan, tetapi juga merupakan platform interaktif untuk berdialog bersama para ahli dan memperkaya perspektif yang relevan sesuai zaman. Permata Bank senantiasa akan tetap berkomitmen untuk terus mendampingi nasabah dalam menjaga dan memperkuat kekayaan Anda, sembari mempersiapkan generasi penerus yang memiliki wawasan dan ketangguhan dalam menghadapi tantangan finansial masa depan,” ujarnya,
Acara Wealth Wisdom di Yogyakarta mempersembahkan dua sesi penuh wawasan bersama para pakar ekonomi dan investasi, dalam talkshow bertajuk Reshaping Wealth Strategies for a Shifting World, menghadirkan narasumber Josua Pardede, Chief Economist Permata Bank, dan Deputy CIO Fixed Income Ashmore Asset Management Indonesia, Anil Kumar CFA MBA. Kedua pakar ini membagikan insights terkait makroekonomi dan strategi dalam membangun kekayaan yang adaptif dalam menghadapi dinamika ekonomi global di hadapan lebih dari 130 nasabah Permata Bank Private dan Priority.
Ketidakstabilan geopolitik global yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir telah menciptakan tekanan ekonomi baru berupa kenaikan harga minyak mentah dan emas serta volatilitas mata uang. Situasi yang kurang kondusif ini menyebabkan sebagian besar bank sentral utama di dunia akan mempertahankan suku bunga acuannya untuk sementara waktu. Lebih lanjut, Bank Indonesia (BI) sendiri baru saja memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 5,5 persen dengan prioritas menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah.
Permata Institute for Economic Research (PIER) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia secara rata-rata akan berada sedikit di bawah 5 persen untuk di sisa tahun ini dan 2026, sebelum mengalami pemulihan di tahun 2027. Lebih lanjut, defisit fiskal Pemerintah diprediksi masih akan terkendali di bawah 3 persen, dan nilai tukar Rupiah diyakini masih akan stabil di kisaran Rp 16.000.
Josua Pardede menjelaskan, walaupun saat ini situasi global sulit diprediksi disertai volatilitas tinggi, ia percaya bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih dalam kondisi yang baik. “Namun, kita tetap perlu mempersiapkan payung investasi dengan cara mendorong diversifikasi portofolio sebagai salah satu mitigasi yang perlu diprioritaskan,” imbuhnya.
Setelah dilaksanakan di Semarang dan Yogyakarta, acara akan dilanjutkan ke kota Palembang, Bali, Pontianak, Batam, Makassar, Bandung, Medan, Surabaya, dan ditutup di Jakarta.
Melalui kelas tematik dan sesi panel, nasabah akan diajak menggali strategi manajemen kekayaan, perencanaan warisan, hingga menjaga keseimbangan antara finansial dan kesehatan bersama pakar dan praktisi lintas sektor. Mitra strategis Permata Bank juga turut berbagi insight dalam menghadapi dinamika ekonomi global, manajemen investasi, kesehatan, dan pengembangan diri. (*/GK)