Wawonii, benang,id – Terkait tuduhan bahwa aktivitas pertambangan PT Gema Kreasi Perdana (GKP) sebagai penyebab utama keruhnya sumber mata air di Roko-Roko, PT GKP membantah hal tersebut. Pihak perusahaan menjelaskan bahwa dari hasil pengecekan lapangan dengan melibatkan ahli hidrologi dan pemerintah setempat serta masyarakat desa, didapati bahwa sumber utama keruhnya air karena adanya peningkatan curah hujan di Kabupaten Konawe Kepulauan, yang tengah dalam fase peralihan musim.
Kondisi ini mendorong curah hujan dengan intensitas tinggi ke beberapa wilayah di sana. Curah hujan tinggi ini membawa serta lapisan tanah permukaan, ditambah pula banyaknya anak sungai yang kering saat musim kemarau, menjadi penuh ketika hujan datang. Akibatnya, semua lapisan tanah permukaan tersebut, mengarah ke sungai besar bahkan juga menerobos sampai ke sumber-sumber air bersih warga. Dua desa di Roko-Roko Raya, yakni Desa Sukarela Jaya dan Desa Dompo-Dompo dengan sumber mata air yang sama, mengalami kekeruhan.
“Kalau masyarakat Wawonii sudah pasti tahu, bagaimana kondisi di sini jika musim hujan datang. Bukan hanya air yang keruh, bahkan ada beberapa wilayah misalkan di Wungkolo (Wawonii Tengah), tidak dapat dilalui kendaraan, karena banjir. Bahkan, air sudah sejajar dengan pagar jembatan setinggi 1 meter,” tutur Marlion SH, Koordinator Humas PT GKP, dalam keterangan tulisnya.
Kondisi keruh yang dialami warga Sukarela Jaya dan Dompo-Dompo Jaya ini, lanjut Marlion, langsung direspon cepat oleh PT GKP dengan membentuk tim cepat tanggap yang langsung bergerak untuk memberikan bantuan air bersih kepada desa-desa yang terdampak.
“Banyak rumor yang menyatakan kalau kondisi air keruh ini berdampak ke seluruh desa di Roko-Roko Raya. Sebenarnya tidak seperti itu. Hanya dua desa yang terdampak,” tegas dia.
PT GKP melakukan berbagai langkah untuk mengatasi masalah air bersih tersebut. Langkah pertama yang dilakukan adalah memenuhi kebutuhan air bersih warga dengan memasok air bersih ke rumah-rumah warga menggunakan beberapa water truck dengan kapasitas 5.000 dan 8.000 Liter.
Penyaluran ini dilakukan setiap hari, hingga kondisi air menjadi normal. Air dari water truck berhasil disalurkan langsung ke dalam pipa-pipa yang tersambung langsung ke dalam rumah-rumah warga.
“Tim kita di lapangan melakukan penyaluran, tidak hanya siang hari, bahkan sampai larut malam, sampai semua warga di dua desa tersebut benar-benar sudah mendapatkan pasokan air bersih,” jelas pria kelahiran Roko-Roko ini lagi.
Langkah penanganan lain, yakni membersihkan bak penampung air warga di dua desa. Setelah bersih, water truck akan mengisi bak penampung yang selanjutnya dialirkan ke rumah warga mengikuti jalur pipa yang selama ini dipergunakan masyarakat.
“Upaya lain yang juga dilakukan perusahaan, yakni membuat sumur bor dan tandon penampungan air bersama masyarakat. Air dari sumur bor ini kemudian dialirkan ke pipa-pipa yang juga selama ini dipakai masyarakat sebagai alternatif pengganti suplai air bersih ke rumah-rumah seluruh warga,” terang Marlion lagi.
Selain ketiga hal tersebut di atas, upaya pencarian sumber air bersih juga masih terus dilakukan. Berbagai kegiatan pemulihan air bersih ini melibatkan pemerintah desa dan masyarakat sekitar. Tim dari perusahaan bersama masyarakat, melakukan pencarian ke berbagai sumber air yang bisa dijadikan alternatif untk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat.
“Kita harus bergerak bersama. Dari perusahaan, pemerintah desa, dan juga masyarakat. Kami memberikan informasi kepada perusahaan terkait beberapa sumber air yang bisa digunakan. Kemudian bersama-sama melakukan survey,” kata Aswan, warga Sukarela Jaya, usai melakukan perjalanan selama 5 jam untuk mensurvey sumber air alternatif.
Berbagai upaya pemulihan air bersih ini juga dapat dilihat sebagai langkah antisipasi dan alternatif untuk semua pihak, termasuk PT GKP yang juga telah menjadi bagian dari komunitas masyarakat di Pulau Wawonii, jika kondisi curah hujan tinggi ini terjadi kembali di masa mendatang.
Warga secara aktif memberikan informasi beberapa sumber air yang masih bisa digunakan sebagai alternatif. Dari informasi tersebut, kemudian bersama tim melakukan peninjauan. Dari beberapa lokasi yang disampaikan, ada yang hanya ditempuh paling lama 1 jam dengan medan yang datar, tetapi ada pula yang harus ditempuh berjam-jam dengan medan yang tidak mudah dilewati.
“Memang masalah air ini adalah masalah yang sangat vital, sehingga kita perlu melakukan antisipasi dan mencari jalan alternatif agar kebutuhan air bersih warga tidak kekurangan,” ujar Samaga, Kepala Desa Sukarela Jaya yang turut ikut dalam berbagai upaya pemulihan air bersih.
Lebih lanjut Samaga menjelaskan, dengan berbagai upaya yang dilakukan bersama perusahaan, kebutuhan air bersih masyarakat sudah bisa terpenuhi. Dia juga mengimbau semua pihak untuk tetap tenang dan bijak menanggapi berbagai informasi yang beredar di luar sana. Kondisi aktivitas di desa tetap berjalan normal.
Kondisi air konsumsi dan air sungai di Wawonii Tenggara perlahan sudah mulai membaik. Namun, proses perbaikan dan mitigasi masih terus berjalan hingga sekarang. Apalagi, musim hujan di Pulau Wawonii, terbilang cukup panjang. Biasanya, musim hujan mulai datang sejak bulan Mei sampai akhir Agustus. Karenanya, upaya mitigasi, belum berhenti dan terus dilakukan.
Penegasan serupa juga disampaikan oleh Camat Wawonii Tenggara, Iskandar. “Itu tidak benar, tidak terjadi (pencemaran). Saya selalu memantau di seluruh wilayah Wawonii Tenggara di mana tambang itu ada, air itu tidak berubah. Jika pencemaran itu terjadi, pasti saya sendiri yang langsung mengkritisi pihak perusahaan karena konsumsi masyarakat di sini sepenuhnya berasal dari sungai-sungai kecil dan besar,” ujar Iskandar.
Lebih jauh dia menegaskan, saat musim hujan datang, wajar jika air keruh karena tercampur dengan aliran air dari permukaan tanah. Sebelum ada tambang pun sudah seperti itu. Namun, ketika hujan sudah reda, sungai akan kembali jernih. Sehingga lanjut dia, rumor terkait adanya pencemaran lingkungan, sama sekali tidak terjadi.
Apresiasi terhadap langkah cepat PT GKP dalam menangani persoalan air bersih yang dialami warga dua desa di Roko-Roko Raya ini juga disampaikan Wakil Bupati Konawe Kepualauan, Andi Muhammad Luthfi. Menurut dia, hal ini membuktikan tanggung jawab sosial perusahan terhadap masyarakat.
“Kita mengapresiasi atas apa yang dilakukan perusahaan. Menangani persoalan yang sedang dihadapi, sekaligus juga melakukan antisipasi dan mitigasi untuk jangka panjang,” ujar Wakil Bupati.
Bantah menyerobot lahan dan kriminalisasi
Sementara terkait tuduhan yang disampaikan salah seorang warga yang mengatakan perusahaan melakukan penyerobotan lahan, juga dibantah oleh PT GKP. Alexander Lieman, Manager Strategic Communication PT GKP, menampik tuduhan itu.
“Itu (penyerobotan lahan) tidak benar. Kegiatan land clearing yang dilakukan PT GKP adalah untuk seluruh area yang memang sudah dibebaskan dan sudah diganti untung tanam tumbuhnya. Kami tidak mungkin menyerobot lahan warga,” ucap dia.
Alexander meneruskan bahwa perusahaan sudah mengantongi izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH), Izin Usaha Pertambangan-Operasi Produksi (IUP-OP) PT GKP. Dengan izin-izin ini, secara hukum, GKP sudah sah dan berhak untuk melakukan kegiatan pembebasan lahan dan juga kegiatan pertambangan di area PPKH tersebut.
“Dengan kelengkapan izin-izin ini, kami sudah mendapatkan dukungan jelas dari Pemerintah. Tuduhan kriminalisasi ini tidak benar dan mengada-ada. Kami melakukan penambangan di lokasi yang kami sudah mendapatkan izin. Kami juga sudah memenuhi semua kewajiban kami, baik Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) maupun Provisi Sumber Daya Hutan-Dana Reboisasi (PSDH-DR),” ucap Alexander menegaskan.
Sampai saat ini, lanjut dia, sekitar 80% karyawan PT GKP merupakan masyarakat Wawonii Asli. Dan lebih dari separuh jumlah karyawan asli Wawonii adalah masyarkat yang bermukim di lima desa di Roko-Roko Raya.
“Kami pun tidak akan bisa bekerja dengan baik di pulau ini tanpa dukungan dari masyarakat lokal. Keliru sebenarnya kalau dibilang tujuan kami untuk memiskinkan masyarakat atau menyerobot apa yang bukan milik kami. Justru dengan bekerja bersama dan saling membangun, bisa kita dorong perkembangan di Pulau Wawonii,” kata Alexander.
Kehadiran perusahaan telah membuka banyak peluang ekonomi baru bagi masyarakat, baik itu bekerja ataupun membuka usaha. Multiplier effect kehadiran perusahaan, sudah dirasakan oleh masyarakat di sekitar lokasi tambang. Bahkan Asisten III Bidang Administrasi Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, Sukanto Toding, memberi apresiasi atas kegiatan pertambangan yang dilakukan PT GKP. Hal tersebut disampaikan usai melakukan kunjungan ke-site PT GKP pertengahan Mei lalu.
“Secara prinsip, kami melihat apa yang dilakukan PT GKP sangat baik. Untuk pengelolaan penataan ruang kawasan pertambangan, sudah memenuhi kaidah good mining practice. GKP juga peduli dengan agenda pengembangan dan pemberdayaan masyarakat sekitar,” ungka Sukanto, yang memimpin rombongan Forkopimda Provinsi Sultra. (*)