Labuan Bajo, benang.id – Festival tahunan Golo Koe kembali diselenggarakan Agustus mendatang di Labuan Bajo. Event Religi Katolik ini telah memasuki tahun keempat penyelenggaraan dan pada tahun 2025 ini akan mengusung tema “Merajut Kebangsaan dan Pariwisata Berkelanjutan Yang Sinodal dan Inklusif”.
Tema ini dipilih untuk menegaskan semangat kebersamaan dan kolaborasi lintas sektor dalam mendukung pengembangan pariwisata berkelanjutan di Labuan Bajo dan Flores, serta memperkuat peran Gereja Katolik dalam kehidupan sosial dan budaya setempat.
Festival Golo Koe pertama kali diselenggarakan pada tahun 2022, dimana Labuan Bajo saat itu masih menjadi bagian dari wilayah Keuskupan Ruteng. Inti kegiatan dari Festival yang menggaungkan semangat kebersamaan dan harmoni dalam keberagaman ini adalah prosesi akbar perarakan Patung Bunda Maria Assumpta Nusantara Golo Koe yang merupakan ikon utama dari Festival Golo Koe.


Ada dua prosesi perarakan yang dilakukan, yaitu prosesi darat mengelilingi Labuan Bajo dari Gereja Stella Maris menuju Gua Maria Golo Koe dan prosesi laut, yaitu prosesi Patung Bunda Maria Assumpta Nusantara Golo Koe diarak melewati Dermaga Biru, Pantai Pede, dan Waterfront Marina Labuan Bajo.
Selain itu, Prosesi Misa dilaksanakan di kawasan Marina Waterfront, diikuti ratusan Umat Katolik, prosesi ini menjadi ajang masyarakat dan pengunjung untuk dapat beribadah bersama. Inkulturasi antara Gereja Katolik dan Budaya Manggarai adalah perpaduan dan harmonisasi religiusitas yang mendalam tentang bagaimana peran Gereja Katolik di tengah masyarakat, bukan untuk meniadakan budaya atau adat istiadat setempat yang telah ada sebelum hadirnya Gereja Katolik di Pulau Flores, tetapi secara sinodal (berjalan bersama) mewujudkan kehidupan masyarakat yang harmonis dalam keberagaman, hidup berdampingan, dan bergandengan tangan.


Festival Golo Koe menjadi inisiator tentang bagaimana Gereja Katolik merayakan religiusitas dalam keberagaman iman dan pengembangan pariwisata Pulau Flores yang sejalan dengan semangat ekopastoral. Golo Koe adalah bagian dari ziarah spiritual yang menghidupi jiwa dan Pariwisata adalah ruang yang berpadu dengan semangat kebersamaan, bagaimana inkusifitas dan keberlanjutan menjadi semangat untuk merayakan segala bentuk kolaborasi.
Event ini mengajak umat Katolik sekaligus masyarakat yang turut hadir dan terlibat dalam perayaan untuk menyelami jejak Allah dalam perjumpaan antarmanusia, budaya, dan keindahan alam ciptaan.
Arah dasar karya pastoral keuskupan


Sekretaris Jenderal (Sekjen) Keuskupan Labuan Bajo, RD Frans Nala dalam siaran pers yang dirilis Tim Publikasi Festival Golo Koe menjelaskan, tema Festival Golo Koe 2025 disesuaikan dengan arah dasar karya pastoral keuskupan, khususnya terkait pembangunan pariwisata di wilayah ini.
“Keuskupan Labuan Bajo baru saja terbentuk menjadi sebuah gereja lokal dengan kekayaan sosial, keragaman etnis/budaya, dan pluralitas agama. Dengan profil kemajemukan ini, Keuskupan Labuan Bajo ingin menjadi sebuah rumah kebangsaan yang ramah dan mozaik persaudaraan yang harmonis. Hal ini diwujudkan dalam bentuk penyelenggaraan Festival Golo Koe yang pada tahun 2025 ini memasuki tahun ke-4. Dalam penyelenggaraan tahun ini, Keuskupan Labuan Bajo ingin menegaskan kembali karakteristik festival ini yang bercorak religi-budaya dan merangkul kemajemukan dan keanekaragaman sosial”, paparnya.
Festival Golo Koe adalah salah satu event religi dan budaya unggulan di Pulau Flores yang telah berhasil masuk dalam Top 10 Karisma Event Nusantara (KEN) Kementerian Pariwisata (Kemenpar) tahun 2025. Sejak pertama kali diselenggarakan pada tahun 2022, Festival Golo Koe menjadi menjadi ruang ekspresi budaya, iman, dan kreativitas masyarakat Flores yang dikemas secara profesional dan menarik bagi masyarakat, wisatawan domestik, maupun internasional.

Plt. Direktur Utama BPOLBF, Frans Teguh, menyampaikan bahwa Festival Golo Koe tahun ini menjadi momentum penting bagi kolaborasi multi pihak untuk semakin memperdalam semangat persaudaraan.
“Festival ini bukan sekadar ajang perayaan keagamaan dan budaya, tetapi sebuah platform untuk membangun narasi kebangsaan yang mengakar pada nilai-nilai kearifan lokal. Dengan semangat sinodalitas, Festival Golo Koe menjadi sarana untuk mempererat persaudaraan lintas agama, etnis, dan generasi, sekaligus mendukung pariwisata yang inklusif dan berkelanjutan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Frans Teguh menegaskan komitmen BPOLBF dalam mendukung Festival Golo Koe sebagai bagian dari upaya memajukan Labuan Bajo sebagai destinasi wisata yang inklusif.


“BPOLBF berkomitmen untuk terus memfasilitasi kolaborasi antar pemangku kepentingan agar Festival Golo Koe dapat memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan budaya bagi masyarakat setempat, sejalan dengan pengembangan Labuan Bajo Flores sebagai destinasi pariwisata yang berkelanjutan,” tambahnya.
Tema Festival Golo Koe tahun 2025 ini, mencerminkan semangat sinodalitas, yaitu berjalan bersama dalam keberagaman untuk mencapai tujuan bersama. Festival ini akan menjadi ruang bagi umat Katolik, masyarakat lokal, wisatawan, serta seluruh pemangku kepentingan untuk membangun kesadaran akan pentingnya pariwisata yang memberdayakan masyarakat setempat serta menjaga harmoni dengan nilai-nilai agama dan budaya.
Festival Golo Koe 2025 akan menampilkan berbagai agenda utama seperti Prosesi Akbar Bunda Maria Assumpta Nusantara, proses budaya, misa syukur, parade budaya lintas etnis, pentas seni musik dan tari tradisional, pameran UMKM, serta berbagai aktivitas edukatif lainnya yang mendukung pengembangan ekonomi kreatif masyarakat lokal. BPOLBF mengundang seluruh masyarakat di Pulau Flores, wisatawan, dan seluruh stakeholder pariwisata untuk bersama-sama merayakan Festival Golo Koe 2025 dengan semangat kebersamaan, keberagaman, dan keberlanjutan. (*/GK)