Yogyakarta, benang.id – Bertujuan mengedepankan ruang dialog transdisipliner untuk kajian akademis, paparan praktisi, maupun berbagai strategi dan harapan mengenai praktik kolaborasi inovasi antar sektor masyarakat, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta (FISIP UAJY) mengadakan International Conference on Media, Communications, and Sociology (ICOMICOS) 2022 pada 24-25 November 2022, dengan tema Culture, Technology, and Well Being “Innovation for Well-Being During and After the Covid-19 Pandemic”
Acara yang berlangsung di Auditorium Kampus IV Gedung Teresa UAJY ini dibuka dengan sambutan dari FX Bambang Kusumo Prihandono SSos MA –Dekan FISIP UAJY dan Dr phill Yoseph Bambang Wiratmojo, MA –ketua ICOMICOS 2022.
Hari pertama ICOMICOS 2022 menghadirkan keynote speaker yaitu Prof Martin Löffelholz dari Technische Universitat Ilmenau yang mendiskusikan mengenai “Risk and Crisis Communication Strategies of State Actors to Cope with the Covid-19 Pandemic in Europe and the USA”.
Faktor organisasi mempengaruhi komunikasi risiko dan krisis tentang Covid -19 oleh pemerintah di 7 negara yaitu Jerman, Italia, Belanda, Spanyol, Swedia, Inggris Raya, dan Amerika Serikat.
“Governments in orientation in 7 countries have different weakness systems, different political systems, different factories in a pandemic, and different cultures,” ujar Martin.
Acara dilanjutkan dengan dua plenary speakers yaitu Dr Annisa R Beta dari The University of Melbourne, Australia, yang membawakan materi mengenai pembentukan identitas kolektif pada media serta pemuda Indonesia, dan Janoe Arijanto dari Dentsu Aegis Network yang mendiskusikan percepatan transformasi digital dan tantangan kemanusiaan baru dalam industri komunikasi.
Berlanjut pada hari kedua, ICOMICOS menghadirkan Emeritus Professor Anne Gregory, PhD (University of Huddersfield).
“Bagi profesi yang berkaitan dengan komunikasi, di mana harus menggunakan keahlian dengan tepat dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi,” pesan Anne.
Selain itu, Ia juga memaparkan bahwa terdapat beberapa hal yang perlu dipersiapkan bagi masa depan yaitu VR dan AR, metaverse, predictive intelligence, personalisasi hyper, kepercayaan, emotion, dan artificial intelligence.
Kegiatan hari kedua ini dilanjutkan dengan plenary session yang diisi oleh Ignatius P Cahyanto PhD (University of Louisiana at Lafayette) dan Stefanus Nindito MSi. (UAJY). Ignatius memaparkan materi berkaitan dengan konsep agrikultur untuk kesejahteraan masyarakat.
“Tugas kita adalah mengembangkan teknologi yang ada untuk menjaga lingkungan, bukan justru merusaknya. Mengingat bahwa dampak teknologi masa kini kurang berkontribusi bagi kelestarian lingkungan,” jelas Ignatius.
Sedangkan Nindito mengangkat pembahasan mengenai analisis agrikultur organik sebagai konstruksi sosial dari teknologi agrikultur organik. Pembahasan ini tidak hanya fokus pada aktivitas grup, namun juga preferensi penggunaan teknologi sebagai manifes dan wacana keberlanjutan ekologis. (*)