Jakarta, benang.id – Produksi minyak kelapa sawit atau crude palm oil/CPO bulan September 2024 mencapai 4.021 ribu ton, lebih tinggi 0,88% dibanding produksi bulan JuIi sebesar 3.986 ribu ton. Begitu juga dengan produksi PKO naik menjadi 394 ribu ton dari 391 ribu ton pada bulan Agustus.
Demikian data terbaru yang disampaikan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) dalam keterangan resminya di Jakarta, Kamis (21/11/2024).
“Secara YoY sampai dengan bulan September, produksi CPO dan PKO tahun 2024 adalah 38.937 ribu ton atau 4,62% lebih rendah dari periode yang sama tahun 2023 yaitu sebesar 40.823 ribu ton,” ujar Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono.
Mukti mengatakan bahwa total konsumsi dalam negeri turun menjadi 1.989 ribu ton pada bulan September dari 2.060 ribu ton pada bulan Agustus 2024.
Ia merinci konsumsi minyak sawit untuk pangan turun dari 898 ribu ton pada Agustus 2024 menjadi 865 ribu ton pada bulan September, untuk biodiesel turun menjadi 934 ribu ton pada bulan September dari 979 ribu ton pada bulan Agustus.
“Sedangkan konsumsi untuk oleokimia naik menjadi 190 ribu ton pada September dari 183 ribu ton pada bulan Agustus 2024.” katanya.
Ia menambahkan, secara YoY sampai dengan bulan September, total konsumsi dalam negeri tahun 2024 mencapai 17.559 ribu ton atau 1,63% lebih tinggi dari tahun 2023 sebesar 17.277 ribu ton. Konsumsi untuk pangan mencapai 7.530 ribu ton atau 4.01% lebih rendah dari tahun lalu sebesar 7.845 ribu ton, oleokimia 1.674 atau lebih rendah 1,65% dari tahun sebelumnya sebesar 1.702 ribu ton, sedangkan biodiesel mencapai 8.355 ribu ton atau lebih tinggi 8.08% dari tahun sebelumnya sebesar 7.730 ribu ton.
“Total ekspor kembali turun cukup besar dari 2.384 ribu ton pada Agustus menjadi 1.860 ribu ton pada bulan September atau turun sebesar 21,97%,” ucapnya.
Mukti melanjutkan, penurunan yang besar terjadi pada produk olahan CPO dari 1.668 ribu ton pada bulan Agustus menjadi 1.373 ribu ton pada bulan September (-17,70%), diikuti CPO yang turun dari 222 ribu ton pada Agustus menjadi 28 ribu ton pada bulan September (-87,26%), sedangkan ekspor oleokimia turun dari 440 ribu ton pada bulan Agustus menjadi 408 ribu ton pada bulan September (-7,33%).
Menurut negara tujuannya, lanjut Mukti Sardjono, penurunan ekspor terbesar terjadi untuk tujuan India yang turun 220 ribu ton setelah naik 170 ribu pada bulan sebelumnya, Pakistan turun 112 ribu ton setelah naik 62 ribu ton pada bulan sebelumnya, Timur Tengah turun 79 ribu ton setelah naik 6 ribu ton pada bulan sebelumnya.
Ia menambahkan, kenaikan ekspor terjadi untuk tujuan USA menjadi 231 ribu ton atau naik sebesar 80 ribu ton setelah turun 42 ribu ton pada bulan sebelumnya, Belanda naik menjadi 155 ribu ton setelah atau naik 35 ribu ton setelah juga naik pada bulan sebelumnya sebesar 39 ribu ton.
Mukti melanjutkan, secara YoY sampai dengan September, ekspor ke China tahun 2024 turun 37,66% lebih rendah dari tahun 2023, demikian juga India 31,13% lebih rendah, Bangladesh 73,12% lebih rendah. Untuk ekspor ke EU 12,31% lebih tinggi dari tahun lalu demikian juga ke Pakistan lebih tinggi 3,98%, dan Rusia lebih tinggi 135% dari tahun lalu.
Secara nasional, sebut Mukti, ekspor tahun 2024 lebih rendah 16,60% dibandingkan dengan ekspor 2023 untuk periode Januari-September. Nilai ekspor bulan September mencapai US$2.183 juta atau lebih rendah 14,06% dari bulan Agustus sebesar US$2.450 juta. Secara YoY sampai dengan bulan September nilai ekspor tahun 2024 mencapai US$19.532 juta atau 15,25% lebih rendah dari nilai ekspor 2023 sebesar US$23,046 juta.
“Dengan produksi yang mengalami kenaikan 0,88% konsumsi dalam negeri yang turun 3,48% dan ekspor yang turun 21,97%, maka stok akhir September naik menjadi 3.021 ribu ton dari 2.450 ribu ton pada akhir Agustus 2024,” pungkasnya. (*/GK)