Jakarta, benang.id – Dalam dialognya dengan Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto, Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo mengungkapkan Hasto menyatakan bahwa masa penahannnya di Rutan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai tempat untuk retret. Bahkan, Rutan KPK itu dianggap Hasto sebagai sebuah tempat memurnikan diri.
Hal itu disampaikan Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo usai membesuk Hasto selama kurang lebih satu jam di Rutan KPK, Kuningan, Jakarta, Senin (14/4/2025).
Dalam pertemuan itu, Hasto Kristiyanto menyebut masa tahanannya sebagai waktu untuk “retret” – momen memurnikan diri melalui doa, refleksi, dan aktivitas spiritual. “Mas Hasto merasa bahwa ini adalah masa untuk retret. Kata retret dipakai untuk memurnikan diri,” ungkap Kardinal Suharyo.
Hasto mengisi hari-harinya dengan berdoa, membaca Kitab Suci, olahraga, menulis, dan berdiskusi dengan sesama tahanan. “Maka acaranya (Hasto di dalam rutan KPK) harian adalah pagi bangun, berdoa, doa-doa yang tidak sempat diucapkan pada waktu beliau masih aktif, itu sekarang ada kesempatannya untuk mendoakannya secara lengkap,” kata Kardinal Suharyo di lokasi.

“Membaca kitab suci, olahraga, menulis, berpikir, refleksi, diskusi, itu dilakukan di dalam tahanan ini bersama dengan teman-teman,” sambung Kardinal.
Kata Kardinal, Hasto justru membuat suasana di rumah tahanan menjadi hidup. Dimana, sesama tahanan juga selalu didukung untuk tidak merasa dalam keterbatasan.
“Jadi bukan sesuatu yang tidak berarti tetapi justru diartikan. Kan tidak mudah ya mengartikan sesuatu yang tidak menyenangkan itu. Tetapi itulah yang ditemukan oleh Pak Hasto di dalam rumah tahanan ini, menemukan waktu untuk berdoa, menemukan waktu untuk berdiskusi, dan menulis refleksi-refleksi yang buah-buah dari peristiwa ini,” ungkap Kardinal Suharyo.
Lebih lanjut, Hasto juga disebut melakukan puasa selama tiga hari tiga malam selama di Rutan KPK. Bahkan, menurut Kardinal, puasa yang dilakukan Hasto itu termasuk ekstrim dan tidak semua orang bisa lakukan.

“Salah satu yang boleh dikatakan ekstrim adalah menjalankan puasa 3 hari 3 malam tidak makan dan tidak minum,” kata Kardinal Suharyo.
“Itu sesuai dengan salah satu tokoh di dalam kitab suci yang namanya Ester, 3 hari 3 malam, saya itu tidak makan setengah hari saja pusing. Itu satu,” tambah Kardinal.
Mereka juga berdiskusi tentang doa umat Kristen dalam kesulitan. “Biasanya orang minta dibebaskan dari kesulitan, tapi doa yang kami bahas justru memohon kekuatan untuk mewartakan kebenaran,” jelasnya.
Selain itu, Hasto dan tahanan Katolik lain merayakan Ekaristi di rutan, termasuk penerimaan daun palma pada Minggu Palma. “Ternyata hari Minggu kemarin ada Misa untuk teman-teman yang beragama Katolik di dalam,” tutup Suharyo. (*/GK)