Jakarta, benang.id – Sepanjang pekan lalu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak variatif dengan kecenderungan menguat tipis sebesar (+0,25%) dalam rentang pergerakan 6.812-6.970 (low to high). Meskipun sempat menyentuh level 6.970, pada akhir sesi perdagangan pekan lalu, Jumat (9/5/2025) IHSG ditutup di level 6.832. Tercatat, asing masih terus melakukan sell off besar-besaran di pasar regular yakni sebesar Rp1,8 T.
Dalam perdagangan pekan lalu didapati 5 sektor yang mengalami pelemahan, sementara sisanya mengalami penguatan. Sektor Basic Materials menjadi sektor penopang laju IHSG dengan mencatatkan kenaikan sebesar (+4,91%), sementara sektor Technology menjadi sektor pemberat laju IHSG dengan penurunan sebesar (-1,85%).
Retail Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas, Indri Liftiany Travelin Yunus meyakini IHSG berada dalam posisi strong uptrend sejak 8 April 2025 lalu. Namun sepanjang pekan lalu, IHSG gagal melanjutkan trend tersebut dan sedikit mengalami koreksi.
“Koreksi yang terjadi merupakan koreksi sehat, sebab laju IHSG terlalu kuat meningkat selama sebulan terakhir tanpa pernah membentuk base area (konsolidasi) di level-level tertentu atau level support-resistance dan/atau level psikologisnya,” jelasnya.
Ia menambahkan koreksi IHSG yang terjadi sebelumnya ini dapat menjadi level acuan dan level support untuk menopang laju IHSG kedepannya.
“Meskipun demikian, sejak 8 April 2025 hingga 9 Mei 2025 tercatat asing masih massive melakukan sell off sebesar Rp9,3 T. Dengan kata lain, saat ini IHSG berada dalam posisi mark up with distribution. IHSG diprediksi akan bergerak bervariasi cenderung melemah dalam rentang support 6.710 dan resistance 7.030,” prediksinya.
Sentimen Pekan Lalu

Ada sejumlah sentimen yang membuat IHSG menguat tipis, yakni pertemuan antara perwakilan negara Amerika Serikat dan China di Swiss dalam rangka melakukan negosiasi atas kebijakan tarif dua negara, Federal Reserve memutuskan untuk tetap mempertahankan tingkat suku bunga acuan Amerika Serikat di level 4,25%-4,50% dan Indeks S&P500 Composite PMI Final Amerika Serikat pada bulan April yang mengalami kontraksi ke level 50,6 dibanding bulan sebelumnya di level 53,5.
Selanjutnya sentimen dari dalam negeri ada GDP Indonesia pada kuartal I 2025 yang dilaporkan tumbuh sebesar 4,87% secara yoy, Tingkat Kepercayaan Konsumen Indonesia pada bulan April sedikit meningkat ke level 121,7 dari sebelumnya di level 121,1 dan tingkat pengangguran di Indonesia pada Februari 2025 tercatat turun ke level 4,76%.
“Berdasarkan sentimen tersebut, para pelaku pasar masih sangat berhati-hati dalam membuat keputusan dan sedang menelaah potensi-potensi yang akan muncul di kemudian hari terutama mengenai negosiasi Amerika Serikat dengan China yang tengah berlangsung,” jelas Indri.
Ia menambahkan para pelaku pasar khawatir, jika negosiasi antara kedua negara besar tersebut tidak menemukan titik terang maka akan muncul serangkaian masalah besar mulai dari inflasi yang meningkat, perputaran ekonomi terkendala hingga menurunkan ekspektasi pemangkasan tingkat suku bunga acuan.
Sentimen Global dan Domestik Pekan Ini

Berbicara tentang potensi market pada perdagangan pekan ini yang hanya berlangsung selama 3 hari 14-16 Mei 2025, Indri mengimbau para trader untuk mencermati sejumlah sentimen global dan domestik berikut ini.
Dari global Indri meminta para trader memantau tingkat inflasi Amerika Serikat pada bulan April diprediksi akan tetap berada di level 2,4% secara yoy, Indeks CPI Amerika Serikat bulan April diperkirakan akan meningkat ke level 321,4 dibandingkan bulan sebelumnya di level 319,7, Indeks PPI Amerika Serikat bulan April diprediksi bertumbuh ke level 0,2% dibanding bulan sebelumnya.
Selanjunya, sentimen Retail Sales Amerika Serikat bulan April yang diperkirakan melemah ke level 0,1% dibanding bulan sebelumnya di level 1,5% menunjukkan lemahnya daya beli masyarakat dan tingkat sentimen konsumen Amerika Serikat diprediksi meningkat tipis ke level 53 dari bulan sebelumnya di level 52,2.
Sementara itu sentimen dari domestik yang wajib dipantau yakni neraca dagang Indonesia pada bulan April yang diprediksi akan tetap surplus, namun lebih rendah dari bulan sebelumnya yakni sebesar US$3,5 bio.
Rekomendasi IPOT

Guna merespons dinamika pasar berdasarkan sejumlah sentimen global dan domestik di atas, PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) yang membekali trader dan investor dengan fleksibilitas melalui fitur Booster Modal dan Power Fund Series merekomendasikan sejumlah saham dan reksa dana saham yang berpotensi untung pekan ini.
1. Buy DEWA (Current Price 151, Entry 151, Target Price 162 (7,28%), Stop Loss 146 (-3,31%), Risk to Reward Ratio 1:2,2). Emiten ini berada dalam posisi strong uptrend dengan candlestick terus bertahan di atas garis EMA 5. Tercatat juga, volume transaksi DEWA terus meningkat dan masih tetap tinggi selama perdagang sepekan terakhir. Jadi, jika DEWA berhasil breakout dari level 156 maka DEWA berpotensi menguat hingga level 162.
2. Buy on Pullback PTRO (Current Price 2.900, Entry 2.850-2.870), Target Price 3.060 (7,37%), Stop Loss 2.770 (-2,81%) dan Risk to Reward Ratio 1:2,6). Emiten ini berada dalam area konsolidasi yang tengah dibentuk untuk menjadi base kuat di level saat ini. Dilihat dari fibonaccinya, PTRO berpotensi retrace ke level 2850 sehingga dapat dijadikan momentum untuk entry level PTRO. Jika PTRO berhasil mantul dari level 2850 maka PTRO berpotensi akan menguat hingga level 3060.
3. Buy on Pullback INKP (Current Price 5.775, Entry 5.600-5.700, Target Price 6.300 (12,50%), Stop Loss 5.375 (-4,02%) dan Risk to Reward Ratio 1:3,1). Emiten ini sudah terkonfirmasi berada di posisi strong uptrend. Candlestick masih bertahan di atas garis EMA 5. Meskipun stochastic sudah berada dalam area overbought, namun masih menunjukkan terjadinya goldencross.
4. Buy Reksa Dana Saham Premier ETF LQ-45 (R-LQ45X). Berdasarkan hasil perdagangan sepekan terakhir, didapatkan Indeks LQ45 memiliki performance indeks yang lebih baik dibandingkan pergerakan IHSG, sehingga membuka peluang kelanjutan trend pada indeks tersebut. Maka IPOT merekomendasikan buy Power Fund Series dengan kode R-LQ45X (Premier ETF LQ-45). (*/GK)