Wednesday, June 4, 2025
No menu items!
spot_img
HomeEkonomiIHSG Koreksi Tipis, Pasar Cenderung Wait and See Jelang Iduladha

IHSG Koreksi Tipis, Pasar Cenderung Wait and See Jelang Iduladha

Jakarta, benang.id – Sepanjang pekan lalu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak melemah terbatas sebesar (-0,53%) dari level 7231 ke level 7175. Meskipun bergerak melemah, namun asing mencatatkan net buy sebesar Rp149,3 miliar di pasar regular. Ada 5 sektor yang mengalami penguatan, sementara sisanya mencatatkan penurunan.

Sektor healthcare menjadi sektor penopang laju IHSG dengan mencatatkan penguatan sebesar (+1,95%) karena para pelaku pasar mengantisipasi potensi meningkatnya kembali kasus Covid-19, sementara sektor technology menjadi sektor pemberat dengan penurunan sebesar (-1,97%) yang tertekan karena penurunan saham $GOTO sebesar lebih dari (-11%).

Retail Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Indri Liftiany Travelin Yunus menegaskan para pelaku pasar diperkirakan akan tetap berhati-hati dalam membuat keputusan mengingat perdagangan dalam sepekan kedepan yang akan berlangsung hanya dalam 4 hari perdagangan (02-05 Juni) karena ada libur Hari Raya Iduladha.

Di sisi lain, para pelaku pasar juga menanti keputusan final mengenai rencana-rencana kebijakan Donald Trump mengingat Pengadilan Perdagangan Internasional Amerika Serikat telah menyatakan bahwa mayoritas tarif Trump dinyatakan ilegal dan diblokir.

“Para pelaku pasar juga menanti serangkaian data ekonomi terutama Non-Farm Payrolls sebagai salah satu indikator utama untuk The Fed membuat kebijakan selanjutnya. Kami memprediksi bahwa IHSG akan bergerak bervariasi cenderung menguat dalam rentang support 7140 dan resistance 7320,” katanya memrediksi.

Sentimen Pekan Lalu

Main hall Bursa Efek Indonesia di Jakarta. Foto: benang.id/Gora Kunjana

Pada perdagangan yang hanya berlangsung selama tiga hari (26-28 Mei 2025 lalu), karena ada libur dan cuti bersama Hari Kenaikan Yesus Kristus, ada sejumlah sentimen yang memengaruhi pergerakan market, yakni Presiden Donald Trump yang menunda penetapan tarif sebesar 50% atas barang-barang yang berasal dari Uni Eropa hingga 9 Juli 2025 (90 hari), risalah FOMC yang menyatakan bahwa The Fed akan tetap berada dalam pola wait-and-see serta tetap mempertimbangkan data ekonomi dan kondisi ekonomi yang ada, sentimen konsumen Amerika Serikat yang berada di level 52,2 sama seperti laporan sebelumnya dan Presiden Donald Trump yang menghentikan sementara pengajuan visa pertukaran pelajar dan pengunjung dengan kategori visa F, M, dan J.

“Berdasarkan sentimen tersebut, ditambah lagi dengan waktu perdagangan yang relatif sempit (hanya 3 hari perdagangan), membuat para pelaku pasar berhati-hati cenderung wait-and-see sebab kemungkinan akan terjadinya hal-hal di luar perkiraan sepanjang long-weekend sangat besar,” terang Indri.

Sentimen Kunci dan Rekomendasi IPOT Pekan Ini

PFS di dalam genggaman tangan. Foto: IPOT

Menariknya, selama libur panjang akhir pekan ini, terdapat beberapa peristiwa penting yang berpotensi memengaruhi perdagangan pekan depan, yakni Mahkamah Perdagangan Internasional AS yang memblokir tarif impor Donald Trump karena dianggap melampaui wewenang, Trump yang mempertimbangkan tarif impor sementara 15% untuk sebagian besar ekonomi global selama 150 hari dan rencananya menaikkan tarif baja dan aluminium menjadi 50%. Ada pula Elon Musk mundur dari penasihat senior Gedung Putih dan adanya isu pengunduran diri Ray Dalio sebagai penasihat Danantara, meskipun belum ada konfirmasi resmi.

Selain itu, terkait market pekan ini yang hanya akan berlangsung selama 4 hari perdagangan 2-6 Juni 2025 karena ada libur Hari Raya Iduladha 1446 Hijriah, Indri mengimbau para trader untuk mencermati sejumlah sentimen kunci dari global dan domestik.

Sentimen global yang wajib dicermati yakni Indeks S&P Global Manufacturing PMI bulan Mei Amerika Serikat yang diprediksi akan meningkat ke level 52,3 dibandingkan bulan sebelumnya di level 50,2, JOLTs Job Openings Amerika Serikat bulan Mei yang diperkirakan akan sedikit turun level 7,05 juta dibandingkan bulan sebelumnya di level 7,192 juta, Initial Jobless Claims Amerika Serikat pada minggu ketiga bulan Mei yang diperkirakan turun tipis ke level 235.000 dari bulan sebelumnya di level 240.000 dan Non Farm Payrolls Amerika Serikat bulan Mei yang diperkirakan akan turun ke level 130.000 dibanding bulan sebelumnya di level 177.000.

Sementara itu sejumlah sentimen domestik yang perlu dipantau pekan ini yakni S&P Global Manufacturing PMI pada bulan Mei yang diprediksi akan meningkat ke level 48,3 dibanding bulan sebelumnya di 46,7, neraca dagang Indonesia bulan April yang diprediksi tetap surplus namun turun hingga US$2,75 miliar dibandingkan bulan sebelumnya di level US$4,33 miliar dan Indonesia yang diprediksi mengalami disinflasi ke level 1,9% dibandingkan bulan sebelumnya di level 1,95%.

Program edukatif yang bertajuk “Tiba-Tiba Jadi Trader” dari PT Indo Premier Sekuritas (IPOT). Foto: IPOT

Untuk merespons perkembangan pasar dan faktor-faktor pendorong utama pekan ini, PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) memberikan rekomendasi sejumlah saham dengan memanfaatkan Booster Modal untuk strategi breakout yang cocok bagi swing trader yang ingin ambil peluang di saham-saham yang sedang konsolidasi kuat dan Reksa Dana Saham Power Fund Series (PFS) yang memberikan akses transparan dan likuiditas yang lebih tinggi bagi investor.

1. Buy ANTM (Current Price: 3.110, Entry: 3.110, Target Price: 3.330 (7,07%), Stop Loss: 3.030 (-2,57%) dan Risk to Reward Ratio 1:2,8). ANTM masih tetap berada dalam strong uptrend dan bertahan diatas garis EMA 5. Asing masih mencatatkan net buy pada saham ANTM sebesar Rp233 miliar sepanjang perdagangan pekan lalu. Terlihat volume pembelian saham ANTM masih cukup tinggi dan masih berpotensi berlanjut.

2. Buy on Breakout BRMS (Current Price: 360, Entry: 370, Target Price: 408 (10,27%), Stop Loss: 350 (-5,41%) dan Risk to Reward Ratio 1:1,9). BRMS saat ini tengah berada dalam area konsolidasi dan membentuk area based yang sangat kuat. Candlestick terlihat masih berada diatas garis EMA 5 diiringi volume transaksi yang sangat tinggi. Stochastic oscillator masih berada di level 60 dan berpotensi untuk melanjutkan penguatannya.

3. Buy on Breakout BRIS (Current Price: 3.000, Entry: 3.040, Target Price: 3.350 (10,20%), Stop Loss: 2.870 (-5,59%) dan Risk to Reward Ratio 1:1,8). Saat ini BRIS berada dalam area konsolidasi yang cukup kuat dan tengah mencoba breakout level 3040. Volume transaksi BRIS juga terpantau masih cukup tinggi. Menariknya lagi, selama perdagangan pekan lalu asing masih mencatatkan net buy senilai Rp232,7 miliar.

4. Buy Reksa Dana Saham Premier ETF Indonesia State-Owned Companies (XISC). Berdasarkan teknikalnya, IDXBUMN memiliki performa yang sangat menarik. Terlihat sudah terjadi golden cross pada garis EMA 5 dan EMA 50 yang menjadi konfirmasi bahwa IDXBUMN sudah berada dalam laju uptrend. Sehingga Indo Premieri merekomendasikan untuk mengoleksi Reksa Dana Saham Power Fund Series (PFS) dengan kode XISC atau Reksa Dana Saham Premier ETF Indonesia State-Owned Companies. (*/GK)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments