Monday, July 21, 2025
No menu items!
spot_img
HomeEkonomiIHSG Ngacir Terkerek Kinerja Emiten, IPOT Rekomendasikan Saham-Saham Breakout Resistance

IHSG Ngacir Terkerek Kinerja Emiten, IPOT Rekomendasikan Saham-Saham Breakout Resistance

Jakarta, benang.id – Para pelaku pasar makin optimistis memandang pasar saham sehingga membuka peluang bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melanjutkan penguatannya. Apalagi jika ditambah dengan hasil kinerja emiten yang bagus di kuartal 2 atau semester 1, IHSG diprediksi terus menguat.

Retail Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas, Indri Liftiany Travelin Yunus menegaskan IHSG diprediksi bergerak menguat dalam rentang support 7150 hingga resistance 7400, setelah sepanjang pekan lalu bergerak bervariasi cenderung menguat sebesar (+3,75%) dalam rentang pergerakan 7.071 hingga 7.402 (low to high) dan berakhir di level 7.312.

Tercatat asing melakukan aksi jual di pekan lalu namun perlahan mereda dan hanya 2 sektor yang mengalami pelemahan sepanjang pekan lalu sementara sisanya menguat. Sektor yang menjadi pemberat laju IHSG ialah sektor Consumer Cyclicals dengan pelemahan sebesar (-3,59%) karena para pelaku pasar mulai meninggalkan saham-saham yang defensif.

Gedung Butsa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta. Foto: benang.id/Gora Kunjana

Sementara itu, sektor yang menjadi penopang laju IHSG ialah sektor Technology yang menguat sebesar (+19,88%) yang didukung oleh penguatan saham saham DCII sebagai saham dengan bobot terbesar dalam sektor tersebut. Saham DCII ditutup menguat sebesar lebih dari +60% dalam sepekan dan membuat Bursa Efek Indonesia melabeli saham tersebut dengan UMA.

Indri menambahkan ada sejumlah sentimen pendorong IHSG pada pekan 14-18 Juli 2025 lalu, mulai dari Presiden Donald Trump mengumumkan tarif impor yang dikenakan untuk Indonesia turun menjadi 19% dari sebelumnya 32% MSCI yang digadang-gadang akan memasukan saham BREN, PTRO dan CUAN sebagai bahan evaluasi untuk rebalancing indeks MSCI periode berikutnya hingga Bank Indonesia yang memutuskan untuk menurunkan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke level 5,25% sesuai dengan konsensusnya

Indri meyakini para pelaku pasar di seluruh dunia saat ini masih melirik prospek mengenai pengenaan tarif impor yang akan ditetapkan kepada barang-barang yang masuk ke Amerika Serikat. Rencananya, Presiden Donald Trump akan menetapkan tarif impor baru pada tanggal 1 Agustus 2025 mendatang secara bersamaan.

Sementara itu, telah didapatkannya kesepakatan mengenai besaran tarif impor yangditetapkan oleh Amerika Serikat pada Indonesia, yakni sebesar 19% ditambah lagi dengan sentimen positif dari Bank Indonesia yang telah memutuskan untuk memangkas tingkat suku bunga acuan ke level 5,25% menggairahkan market dalam negeri. Selain itu, mayoritas pelaku pasar saat ini tengah mencari tahu prospek pemangkasan suku bunga lanjutan di sepanjang semester II 2025 yang berpotensi menambah sentimen positif bagi market.

“Para pelaku pasar menilai peluang terjadinya pemangkasan tingkat suku bunga acuan di semester II 2025 masih terbuka lebar, sebanyak 54% diantaranya meyakini bahwa Amerika Serikat akan memangkas suku bunga acuannya di bulan September mendatang, sehingga Bank Indonesia pun memiliki prospek yang sama kedepannya,” tegas Indri.

“Kombinasi dari meredanya aksi jual investor asing, pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia, dan prospek penurunan tarif impor AS menciptakan momentum beli yang kuat. Kami melihat peluang signifikan pada saham-saham dengan fundamental solid yang secara teknikal menunjukkan sinyal breakout,” imbuh Indri.

Proyeksi Pekan Ini

Butsa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta. Foto: benang.id/Gora Kunjana

Berbicara tentang potensi market pekan ini 21-25 Juli 2025, Indri mengimbau para trader untuk mencermati sejumlah sentimen kunci dari global dan domestik yakni Fed Chair Powell Speech yang akan dinanti untuk mendapatkan gambaran mengenai prospek suku bunga kedepannya. Para pelaku pasar akan mencari tahu pertimbangan apa saja yang akan dibawa pada FOMC Meeting berikutnya mengenai prospek arah suku bunga. Selanjutnya sentimen S&P Global Manufacturing PMI Flash Amerika Serikat bulan Juli yang diprediksi melemah 0,5 poin dari level 52,9 ke level 52,4.

Sementara itu dari domestik, para pelaku pasar menanti hasil kinerja emiten di Q2 dan/atau Semester I yang berpotensi menjadi sentimen bagi harga saham emiten tersebut.

Rekomendasi IPOT

Aplikasi IPOT. Foto: Indo Premier

Merespons dinamika pasar yang didorong sentimen laporan keuangan sejumlah emiten di semester 1, IPOT yang telah bertransformasi dari platform transaksi jual-beli produk investasi menjadi Wealth Creation Platform yang lebih inklusif, kolaboratif, dan adaptif terhadap kebutuhan nyata para investor Indonesia merekomendasikan saham-saham dengan Booster Modal dan Reksa Dana Saham Power Fund Series (PFS) yang memberikan akses transparan dan likuiditas yang lebih tinggi bagi investor.

1. Buy MDKA (Current Price: 2.420, Entry: 2.420, Target Price: 2.700 (11,57%), Stop Loss: 2.300 (-4,96%) dan Risk to Reward Ratio 1:2,3). MDKA berhasil breakout garis resistance-nya di level 2300, candlestick ditutup membentuk marubozu dan bertahan diatas garis EMA 5 dan stochastic oscillator masih membuka peluang bagi MDKA untuk melanjutkan penguatannya.

2. Buy EMTK (Current Price: 580, Entry: 580, Target Price: 620 (6,90%), Stop Loss: 560 (-3,45%), Risk to Reward Ratio: 1:2,0). EMTK tercatat mengalami penguatan lebih dari 18% dalam sepekan dan terjadi volume spike pada perdagangan akhir pekan lalu pada EMTK serta tercatat dalam sepekan terakhir asing mengoleksi saham EMTK secara rutin.

3. Buy ISAT (Current Price: 2.350, Entry: 2.350, Target Price: 2.560 (8,94%), Stop Loss: 2.250 (-4,26%) dan Risk to Reward Ratio 1:2,1). ISAT telah berhasil keluar dari area konsolidasi panjangnya dan menyentuh level resistance baru. Selain itu, terlihat telah terjadi volume spike dan kenaikan harga secara signifikan pada 2 hari perdagangan terakhir. Stochastic oscillator ISAT masih menunjukkan adanya potensi penguatan yang berlanjut di ISAT.

4. Buy Reksa Dana Saham Premier ETF SMInfra18 (XISI). Bank Indonesia yang memutuskan untuk memangkas tingkat suku bunga acuan menjadi sentimen positif bagi sektor infrastruktur sebab dengan turunnya tingkat suku bunga acuan akan membuat beban bunga atas pinjaman perusahaan berkurang dan berpotensi mempertebal margin perusahaan. Maka dari itu, IPOT merekomendasikan Power Fund Series (PFS) dengan kode XISI (Premier ETF SMInfra18). (*/GK)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments