Jakarta, benang.id – Secara teknikal Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini sudah menembus area psikologis 7.000 yang menandakan optimisme pelaku pasar, meskipun begitu investor juga tetap harus waspada karena kondisi saat ini IHSG cenderung overbought dengan kenaikan 8% di bulan Juli.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), David Kurniawan menegaskan kewaspadaan ini perlu ditingkatkan setelah pada pekan lalu IHSG ditutup di level 7.537 atau melemah kurang lebih 0,08% dibandingkan pekan sebelumnya.
Di masa pelemahan IHSG minggu lalu investor asing tercatat melakukan penjualan (outflow) mencapai Rp16,4 triliun di pasar reguler.
Meski demikian, IHSG tetap menunjukkan ketangguhannya di tengah ketidakpastian global. Indeks ini sempat menguji level resistansi penting, namun berhasil bertahan di atas level MA20. Ini menandakan bahwa optimisme para investor masih kuat.
Pelemahan IHSG pada pekan lalu dipengaruhi sejumlah sentimen dari global dan domestik. Dari global ada harga komoditas seperti minyak mentah, nikel, dan batu bara yang mengalami tekanan dalam beberapa pekan terakhir. Nikel jatuh akibat over supply dan rendahnya permintaan dari China. Minyak mentah sempat turun karena data cadangan dan produksi AS naik.
Selanjutnya ada sentimen ekspektasi suku bunga The Fed, dimana meskipun The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga, tetapi data inflasi AS terbaru menunjukkan tren moderat, mendorong ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve akan mulai memangkas suku bunga di kuartal IV-2025.
Sementara itu dari domestik ada sentimen sektor palm oil, dimana ekspor kelapa sawit Indonesia ke India diproyeksikan kembali melewati 5 juta ton pada 2025, seiring turunnya tarif impor India menjadi 10% dari sebelumnya 20%, memperbesar peluang pasar baru bagi emiten sawit nasional.
Proyeksi dan Rekomendasi IPOT Pekan Ini

Berbicara tentang potensi market pekan ini 4-8 Agustus 2025, David menegaskan in general beberapa sektor besar, seperti perbankan mengalami perlambatan pertumbuhan laba, bahkan beberapa big banks mengalami penurunan.
“Hal ini menunjukkan adanya slow economic growth, maski masih akan banyak perusahaan yang melaporkan laporan keuangannya,” tegasnya.
Merespons dinamika pasar ini IPOT yang kini telah bertransformasi menjadi Wealth Creation Platform merekomendasikan saham-saham dengan Booster Modal dan instrumen reksa dana saham Power Fund Series (PFS) prospektif untuk investor Indonesia.
1,Buy LSIP (Current Price 1.335, Entry 1.335, Target Price 1.450 (8,61%), Stop Loss 1.285 (-3,75%) dan Risk to Reward Ratio 1:2,3).
LSIP merupakan salah satu andalan di sektor sawit. Dengan pertumbuhan laporan keuangan yang solid, LSIP akan diuntungkan dengan kebijakan baru di sektor sawit. Di sisi lain, meskipun 2 hari terakhir harga saham LSIP terkoreksi, trend LSIP masih bergerak bullish dan bertahan di atas MA20.
2.Buy PGEO (Current Price 1.685, Entry 1.685 Target Price 1.825 (8,31%), Stop Loss 1.610 (-4,45%) dan Risk to Reward Ratio 1:1,9).
Sektor clean energy masih akan menjadi judul utama pasar modal sampai tahun 2025. Meskipun sektor batu bara & nikel tertekan, sensitivitas langsung terhadap harga komoditas fosil relatif kecil. Secara teknikal PGEO masih terus bergerak dalam trend bullish dan terus bertahan di atas MA20.
3.Buy EXCL (Current Price 2.570, Entry 2.570, Target Price 2.700 (5,06%) Stop Loss 2.510 (-2,33%) Risk dan to Reward Ratio 1:2,2).
Industri telekomunikasi Indonesia merupakan salah satu yang paling dinamis di Asia Tenggara. Pangsa pasar juga masih sangat melimpah dan secara teknikal pergerakan EXCL masih sangat menarik, ada potensi reversal untuk melanjutkan kenaikan,
4.Buy Reksa Dana Saham Premier ETF IDX30 (XIIT).
XIIT merupakan produk dengan komposisi IDX30. Power Fund Series (PFS) XIIT menarik karena memberikan akses instan ke 30 saham paling likuid dan unggulan di BEI, sehingga cocok untuk diversifikasi dengan risiko lebih terukur. Selain itu, sebagai ETF, XIIT bisa dibeli seperti saham dengan biaya rendah dan transparansi tinggi. (*/GK)