Jakarta, benang.id – Imlek tak hanya menjadi tradisi budaya bagi masyarakat Tionghoa, tetapi juga momen yang memiliki makna mendalam bagi keluarga dan generasi muda. Anthony Leong, Wakil Sekretaris Umum Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI), mengungkapkan bahwa perayaan Imlek membawa pesan tentang kebersamaan, rasa syukur, dan pembaruan diri.
“Imlek adalah waktu untuk berkumpul bersama keluarga. Ini adalah saat di mana kita merayakan kebersamaan, mengingat kembali nilai-nilai yang diajarkan oleh leluhur, dan merefleksikan perjalanan hidup kita. Dalam konteks keluarga, Imlek mengajarkan pentingnya menghormati orang tua dan menjaga harmoni di antara sesama,” ujar Anthony di Jakarta, Minggu (26/1/2025).
Anthony juga menyoroti bagaimana Imlek memberikan manfaat besar, terutama bagi pengusaha muda. Menurutnya, nilai-nilai yang terkandung dalam Imlek, seperti kerja keras, keberanian memulai awal baru, dan menjaga hubungan baik, menjadi modal penting dalam dunia bisnis.
“Imlek selalu membawa semangat awal baru. Ini adalah waktu yang tepat bagi para pengusaha untuk merefleksikan perjalanan bisnis mereka, membuat rencana baru, dan menanamkan optimisme untuk menghadapi tantangan di tahun mendatang. Filosofi yang terkandung dalam Imlek, seperti kebersamaan dan saling mendukung, sangat relevan dengan dunia bisnis, di mana jaringan dan hubungan baik menjadi kunci kesuksesan,” tambahnya.
Lebih lanjut, Anthony menjelaskan bahwa perayaan Imlek juga mendorong pengusaha muda untuk memperkuat identitas mereka dan menghormati tradisi leluhur. Menurutnya, banyak pengusaha muda yang mulai menyadari pentingnya menjaga keseimbangan antara mengejar kesuksesan finansial dan mempertahankan nilai-nilai budaya.
“Sebagai pengusaha muda, kita sering sibuk mengejar target dan ambisi, tetapi Imlek mengingatkan kita untuk kembali ke akar, menghormati orang tua, dan menunjukkan rasa syukur. Ini adalah momen untuk memperkuat hubungan tidak hanya dalam keluarga, tetapi juga dengan mitra bisnis, klien, dan komunitas,” katanya.
Selain itu, Anthony menyebutkan bahwa Imlek juga menjadi peluang bagi para pengusaha untuk berkontribusi kepada masyarakat melalui berbagai kegiatan sosial.
“Perayaan Imlek sering diisi dengan kegiatan berbagi, seperti memberikan angpao, membantu yang membutuhkan, dan mendukung program-program sosial. Ini adalah wujud nyata dari semangat berbagi keberuntungan yang menjadi inti dari Imlek itu sendiri,” tuturnya.
Wakil Sekretaris Jenderal Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP Hipmi) ini berharap bahwa Imlek tidak hanya dirayakan sebagai tradisi tahunan, tetapi juga menjadi inspirasi bagi generasi muda, khususnya para pengusaha, untuk terus berkembang sambil memegang teguh nilai-nilai budaya.
“Imlek mengajarkan kita untuk tidak melupakan akar dan tradisi, tetapi juga memberi semangat untuk maju. Bagi pengusaha muda, ini adalah waktu untuk memperbarui visi dan terus berinovasi tanpa melupakan pentingnya hubungan manusiawi dan nilai-nilai moral,” tandasnya.
Selain pesan-pesan tersebut, perayaan Imlek juga identik dengan berbagai jenis makanan tradisional yang sarat makna simbolis. Anthony menjelaskan bahwa makanan-makanan ini bukan sekadar sajian, tetapi juga melambangkan harapan dan doa untuk tahun yang lebih baik.
“Misalnya, ada ikan yang melambangkan kelimpahan. Dalam bahasa Tionghoa, kata untuk ikan (‘yu’) memiliki bunyi yang mirip dengan kata ‘surplus’ atau ‘kelebihan,’ sehingga ikan menjadi simbol keberuntungan dan rezeki yang melimpah,” ujarnya.
Makanan lainnya adalah kue keranjang atau ‘nian gao,’ yang melambangkan peningkatan rezeki dan status setiap tahunnya.
“Kue ini lengket, yang juga melambangkan hubungan antar sesama yang erat dan harmonis. Bentuknya yang bulat merepresentasikan kesatuan dan keharmonisan,” tambah Anthony.
Jeruk mandarin juga menjadi sajian wajib saat Imlek. Anthony menjelaskan bahwa jeruk ini melambangkan kemakmuran dan keberuntungan karena warna oranye yang menyerupai emas. Selain itu, pangsit dan lumpia sering disajikan karena bentuknya menyerupai emas batangan, yang melambangkan kekayaan.
“Setiap makanan dalam perayaan Imlek memiliki cerita dan makna tersendiri. Semua ini menunjukkan bagaimana budaya Tionghoa sangat kaya akan simbolisme, dan setiap elemen perayaan dirancang untuk membawa keberuntungan, kebahagiaan, dan kesejahteraan di tahun baru,” tukasnya.
Memasuki Tahun Ular, Anthony juga menyampaikan harapan besar untuk Indonesia. Menurutnya, Tahun Ular adalah simbol kecerdasan, dan keluwesan.
“Ini adalah tahun yang menuntut kita semua untuk lebih bijaksana, berpikir cermat, dan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan. Bagi Indonesia, tahun ini bisa menjadi peluang besar untuk bangkit dari tantangan, khususnya dalam pemulihan ekonomi pasca-pandemi,” jelasnya.
Anthony menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.
“Kita perlu bersatu sebagai sebuah bangsa, saling mendukung, dan memanfaatkan potensi yang ada. Dengan semangat Tahun Baru Imlek, mari kita jadikan tahun ini sebagai awal dari pencapaian besar, baik dalam dunia ekonomi, sosial, budaya maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” tutupnya. (*/GK)