Thursday, November 14, 2024
No menu items!
spot_img
HomeNasionalIndonesia 2045: Ini Pesan Taprof Lemhannas RI AM Putut Prabantoro kepada Generasi...

Indonesia 2045: Ini Pesan Taprof Lemhannas RI AM Putut Prabantoro kepada Generasi Muda

Purwokerto, benang.id  – Pada tahun 2045, Indonesia akan berusia 100 tahun atau mencapai tahun keemasannya. Generasi muda yang saat ini berada di usia 17-19 tahun sudah seharusnya menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk mempersiapkan diri dan menguasai bidang masing-masing. Pasalnya, mereka bakal menduduki tampuk pimpinan nasional.

Demikian pesan yang disampaikan Taprof Lemhannas RI AM Putut Prabantoro dalam Sarasehan Kebangsaan yang digelar Komisi Kerasulan Awam Keuskupan Agung Purwokerto, di Balai Julianus, Minggu (10/11/2024).

Sarasehan bertema “Menjadi Pemilih Cerdas & Bertanggungjawab” yang juga menghadirkan pembicara Sufi Sahlan Ramadhan SPd –Anggota KPU Kabupaten Banyumas, dan dimoderatori oleh Aloysius Primoryza Bimas Dewanto — Anggota ISKA Keuskuoan Purwokerto yang juga berprofesi sebagai Advokat, diikuti 100 lebih generasi muda se-Keuskupan Purwokerto. Tampak hadir pula Elly Kusumawati Handoko (53)– Ketua Presidium (Kapres) WKRI 2023- 2028.

“Kalian yang duduk di sini akan memegang tampuk pimpinan nasional negara dan bangsa Indonesia pada tahun itu. Kalian akan menjadi pemimpin di bidang masing-masing, di bidang profesi yang kalian geluti,  inginkan dan cita-citakan. Namun tidak mudah untuk menduduki tampuk pimpinan atau jabatan yang kalian impikan. Kalian harus bersaing dengan ratusan juta calon pemimpin masa depan Indonesia yang saat ini mereka duduk sebangku dengan kalian. Perkiraan penduduk Indonesia pada waktu itu berjumlah 320 juta dengan angkatan kerja sekitar 200 juta. Dan, saat ini tahun 2024. persaingan sudah dimulai,“ tandas Putut Prabantoro.

AM Putut Prabantoro foto bersama seluruh peserta sarasehan.

Ia mengingatkan bahwa waktu yang tersisa bagi generasi muda saat ini untuk mempersiapkan diri adalah 21 tahun. Jika ditambah dengan usia mereka saat ini, kira-kira pada tahun 2045 mereka berusia 38 – 40 tahun. “Pada waktu itu Indonesia telah berubah, menyesuaikan perubahan dunia secara keseluruhan. Digitalisasi sudah menjadi kehidupan sehari-hari dan menyeluruh seluruh Indonesia. Apa yang ditampilkan hari ini, mungkin akan menjadi hal yang kuno pada waktu kalian memimpin negeri ini,“ katanya.

Screen, lanjut Putut Prabantoto, tidak seperti yang kita lihat saat ini. Ada mobil terbang, ada motor terbang dan  banyak pekerjaan menggunakan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Pada akhirnya, Persaingan pekerjaan tidak hanya dengan manusia saja, tetapi juga dengan AI.

“Yang menjadi pertanyaan adalah, kalian mau membawa Indonesia ke mana? Apa yang akan kalian persiapkan bagi diri sendiri agar kelak menjadi pemimpin nasional?,” kata Putut Prabantoro yang menyampaikan materinya dengan memanfaatkan teknologi AI.

Dunia Tahun 2045

Backdrop Sarasehan Kebangsaan yang digelar Komisi Kerasulan Awam Keuskupan Agung Purwokerto, di Balai Julianus, Minggu (10/11/2024).

Lebih jauh, Putut Prabantoro menguraikan bahwa pada tahun 2045 dunia berpenduduk sekitar sembilan miliar orang. Kebutuhan sembilan miliar orang yang terpenting adalah pangan, air dan energi (sumber kekayaan alam). Ketiga hal ini akan menjadi picu atau penyebab munculnya perang baru. perang Ukraina dan Russia terjadi salah satunya karena sumber air tawar. Untuk itulah, persaingan persenjataan militer semakin jelas terlihat sekarang. Pembentukan blok kekuatan militer juga jelas tergambar.

Menurut Putut Prabantoro, Indonesia kaya akan segalanya, yakni sumber pangan karena tanah yang subur, air yang berlimpah dan memiliki sumber kekayaan alam yang banyak. Sehingga tidak heran, Indonesia akan menjadi target utama negara adidaya untuk dikuasai. Salah satu cara menguasai Indonesia adalah melalui ekonomi.

Berdasarkan analisanya, Negara adidaya sangat mungkin menguasai Indonesia melalui karakter buruk bangsa Indonesia, yakni adu domba. Menurutnya, dimungkinkannya penjajahan terjadi di nusantara berabad-abad lamanya, karena para penjajah memahami kelemahan karakter bangsa atau suku-suku di Indonesia sehingga melakukan aksi adu domba. Jika ada domba terjadi, sudah pasti Persatuan Indonesia lemah.  Adu domba berangkatnya bisa dari agama, dari persaingan suku, persoalan kelompok minoritas dan mayoritas, ketimpangan sosial, kemiskinan dan lain-lain.

Kekuatan Sila Ketiga Pancasila 

Materi Taprof Lemhannas RI AM Putut Prabantoro yang menggunakan teknologi AI dalam Sarasehan Kebangsaan yang digelar Komisi Kerasulan Awam Keuskupan Agung Purwokerto, di Balai Julianus, Minggu (10/11/2024).

Putut Prabantoro menegaskan bahwa Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, sumber segala sumber hukum dan juga filosofi kehidupan bangsa merupakan ideologi yang paling pas bagi bangsa Indonesia yang memiliki berbagai perbedaan. Kebhinnekaan Indonesia terlihat dari banyaknya suku, bahasa, budaya, agama dan juga makanan.

“Ini adalah kekayaan bangsa Indonesia yang tidak ada di manapun juga. Pancasila menjadi dasar bagi tujuan dan cita-cita nasional. Cita-cita dan Tujuan Nasional termuat dalam Pembukaan UUD 1945,” ujarnya.

Putut Prabantoro menekankan pentingnya Sila Ketiga yang menjadi kekuatan Pancasila yakni PERSATUAN INDONESIA. Menurutnya, jika ingin menguasai Indonesia, cara yang paling mudah yakni menghancurkan SILA KETIGA. Caranya dengan melakukan adu domba yang kemudian menmbulkan konflik. Konflik antar agama, antar suku, antar ras, antara orang miskin dan kaya, antar siswa, antar mahasiswa, antar orang tua dan sebagainya.

“Mengapa bangsa Indonesia mudah diadu domba? Ya, karena karakter buruk bangsa Indonesia yang lebih mementingkan diri sendiri baik itu dari sudut agama, suku, kelompok ataupun ras,” ujarnya.

Selain itu, lanjut Putut, bangsa Indonesia termasuk bangsa dengan kecerdasan rendah. Peringkat paling akhir di antara negara Asean dan dunia. Di antara 11 negara ASEAN, Indonesia menempati posisi ke 10. Sementara tingkat kecerdasan bangsa Indonesia menempati urutan ke 130 dari dari 199 negara yakni pada tahun 2022.

Dalam paparannya, Putut Prabantoro juga mengungkapkan berbagai kelemahan bangsa Indonesia lainnya, seperti pada mentalitas atau jati dirinya yang diidentifikasi Prof Koentjaraningrat yakni meremehkan mutu, suka menerabas, sifat tidak bisa percaya diri sendiri, sifat tidak disiplin, dan sifat tidak bertanggung jawab. Demikian juga yang dikatakan Budayawan Mochtar Lubis meliputi hipokrit atau munafik, enggan bertanggung jawab atas perbuatannya, berjiwa feudal, percaya takhayul, artistik,  dan watak yang lemah.

“Pertanyaannya adalah, sampai kapan karakter seperti ini akan dibiarkan? Akankah generasi yang hadir di sini kelak akan mengubah tingkat kecerdasan dan karakter bangsa Indonesia? Akankah generasi muda yang sekarang hadir di tempat ini, akan mengubah wajah Indonesia dan membawa bangsa ini mencapai Cta-cita dan Tujuan Nasional sebagaimana yang termuat dalam UUD 1945?,“ tandas Putut Prabantoro.

Dampak Negatif Medsos  

Rupa Taprof Lemhannas RI AM Putut Prabantoro hasil pemanfaatan teknologi artificial intelligence (AI).

Terkait era media sosial (Medsos) saat ini yang menawarkan uang melalui postingan, Putut Prabantoro mengingatkan generasi muda untuk mewaspadai dengan istilah FOMO – Fear Of Missing Out atau kekhawatiran tidak up to date, tidak kekinian, tidak gaul atau dianggap tidak ada dan lain-lain. Atau jika TIDAK IKUT, akan menjadi orang terbelakang. Menjadi orang yang terpinggirkan, atau dianggap tidak ada akan menjadi beban mental generasi Z dan Milineal.

“Saya harus membeli menonton band paling top Cold Play meski harga tiketnya Rp13 juta. Lha dari mana uangnya? Kalau tidak ada mencuri? Pinjam duit di Pinjol ? Siapa yang membayar? Mencuri? Utang lagi?,” tukasnya.

Putut Prabantoro juga mengingatkan bahwa jejak digital tidak bisa dihapus. Jika terperosok pada pelanggaran hukum, norma, susila dan sebagainya, jejak itu tidak terhapus dan akan ikut seumur hidup. “Lalu kalau sudah terperosok, tercemar akan jadi apakah kita nanti? Jika jejak digital kita warnya hitam, apakah kita bisa memutihkan  menjadi pemimpin masa depan?,“ ucapnya.

Oleh karena itu, Putut Prabantoro mewanti-wanti agar kaum muda menggunakan akal budi yang sehat, emosi yang stabil dalam bermedia sosial. Mereka harus bijak menyikapi dan menghadapi perubahan jaman. “Negara dan bangsa Indonesia memerlukan Anda semua. Harus menjadi apa? Atau menjadi siapa?,“ katanya.

100 Persen Katolik 100 Persen Indonesia    

AM Putut Prabantoro, Taprof Bidang Ideologi Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI

Terakhir, Putut Prabantoro menekankan bahwa menjadi 100 persen Orang Katolik dan menjadi 100 persen Warga Negara Indonesia, merupakan kata kunci bagi umat Katolik Indonesia yang ditinggalkan oleh Uskup Pribumi Pertama, Uskup Agung Semarang Pertama dan sekaligus Pahlawan Nasional, Mgr Albertus Soegijapranata SJ.

“Dengan kata kunci – 100 persen Katolik dan 100 persen Indonesia, kita semua dituntut untuk dapat berpolitik secara langsung ataupun tidak langsung, secara praktis – pragmatis atau secara teoritis – intelektual,“ ujarnya.

Putut Prabantoro menegaskan bahwa satu-satunya agama yang mengaitkan antara keyakinan imannya dan politik, negara atau kekuasaan adalah Kristiani, Katolik. Untuk itu, ikut aktif dalam pemilu ataupun pilkada merupakan tanggung jawab baik sebagai umat Katolik dan juga sebagai warga negara Indonesia.

“Mencoblos merupakan hak dan sekaligus kewajiban kita semua.  Hak sebagai warga negara Indonesia dan kewajiban sebagai umat Katolik,” tukasnya.

Terkait Pilkada, Putut Prabantoro mengingatkan apa yang pernah dikatakan Romo Frans Magnis Suseno SJ, guru besar Sekolah Tinggi Filasafat Driyarkara, Jakarta bahwa “Pemilu bukan untuk memilih yang terbaik, tapi untuk mencegah yang terburuk berkuasa.”

Lalu bagaimana jika tidak mengenal calon yang akan memimpin atau berkuasa? Putut Prabantoro meminta generasi muda untuk bertanya kepada orang tua, guru, rekan sekolah atau orang di sekeliling mereka tentang siapa yang pantas untuk dipilih.

“Gunakanlah suara hati untuk memilih salah satu calon. Lihat rekam jejak para calon. Jangan terkecoh dengan berita hoax. Pilihlah calon menurut kalian akan memperhatikan KESEJAHTERAAN, KECERDASAN rakyatnya, memperhatikan orang kecil, memperhatikan pendidikan dan tentu yang tanpa politik uang. Korupsi tidak akan mewujudkan kesejahteraan. Kebodohan akan membawa malapetaka. Jadilah pemimpin bangsa pada tahun 2045.

Tentukanlah masa depanmu sendiri dengan menjadi pemilih yang  keren karena cerdas dan bijak,“ pungkasnya. (*/GK)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments