Jakarta, benang.id – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa inflasi Indonesia pada bulan Juli melonjak ke tingkat tertinggi selama tujuh tahun terakhir.
Radhika Rao, Senior Economist DBS Group Research dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (9/8/2022) memberikan beberapa poin ulasan sentimen data Indonesia, secara spesifik terkait inflasi bulan Juli. Yakni:
- Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Juli meningkat menjadi 4,94% secara tahunan dari 4,3% pada bulan sebelumnya, menandakan bulan kedua berturut-turut inflasi di atas 4%.
- Inflasi dari komponen makanan dan minuman meningkat tajam menjadi 9,4% secara tahunan (harga cabai, bawang merah, dan lain-lain meningkat) dari 8,3% pada Juni, transportasi naik menjadi 6,7% (dari 5,4%) dan utilitas menjadi 2,6% (dari 2,1%). Subsidi bahan bakar membantu mengurangi tekanan akibat biaya bahan bakar tinggi. Kontribusi dari segmen makanan menyumbang sebagian besar peningkatan, diikuti transportasi dan utilitas.
- Inflasi inti juga meningkat menjadi 2,9%, mendekati 3% dan menjadi angka tertinggi sejak Maret 2020.
Radhika Rao menjelaskan bahwa bank sentral mengingatkan risiko inflasi semester kedua diperkirakan akan di atas target dan memperkirakan angka inflasi akan kembali ke normal pada 2023.
“BI berpendapat bahwa inflasi masih didorong oleh faktor biaya produksi, dan risiko ini akan meluas masih terkendali,” tutur Radhika Rao.
Menurut dia, BI mendasarkan pandangannya atas angka inflasi inti yang lunak, di bawah 3%. Bahkan, ketika inflasi inti diawasi oleh pembuat kebijakan, suku bunga riil yang negatif dan tekanan untuk menjaga ekspektasi inflasi kemungkinan akan mendorong kenaikan suku bunga secara bertahap dimulai pada akhir triwulan ketiga.