Jakarta, benang.id – Profesor Salim Said memiliki intelektualisme dan keilmuan untuk menyadarkan akan tetapi tetap kritis. Terkadang negara membutuhkan orang yang kritis, kalau yes man semua tidak jalan negara ini.
Demikian disampaikan Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI, HM Jusuf Kalla (JK) dalam acara “Doa dan Kenangan Sahabat untuk almarhum Salim Haji Said” di Kampus Universitas Paramadina, Cipayung, Jakarta Timur, Selasa (21/5/2024).
Acara yang diselenggarakan atas kerja sama Universitas Paramadina bersama Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Universitas Islam Indonesia (UII), dan Institut Peradaban ini dimulai dengan Pembacaan Al-Qur’an dan Tahlil yang dipimpin oleh Dr Aan Rukmana. Adapun yang hadir mewakili keluarga putri almarhum, Rohannisa Naja Safitri.
“Saya kenal beliau sebagai seniman, beliau ini lahir di Pare Pare yang jaraknya 150 km dari Makassar. Kami sering berdiskusi, tentang negara, pertahanan atau terkadang tentang permasalahan daerah juga,” tutur JK mengenang.
Prof Didik J Rachbini, Rektor Universitas Paramadina mengenang kedekatan Prof Salim Said dengannya dan Paramadina.
“Kedekatan ide yang saya renungkan sampai tidur. Pesannya pemikiran Nurcholish Madjid harus diungkap secara dalam, perdebatan jaman dulu Islam Yes, Partai Islam No membebaskan kita semua masyarakat muslim tidak dipaksakan untuk memilih partai dengan simbol Islam, pemikiran inilah yang harus dikembangkan. Itulah terakhir yang saya dapatkan dari beliau.” ungkap Didik.
Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Prof Nazaruddin Malik mengungkapkan pentingnya apresiasi terhadap tokoh-tokoh bangsa.
“Prof Salim Said telah mengajar di UMM dari tahun 2000-an, tetapi baru tahun 2005 beliau dikukuhkan sebagai guru besar. Jadi walaupun rekognisinya dari masyarakat, seringkali diundang untuk memberikan kuliah terbatas pada dosen di fakultas ilmu sosial dan politik UMM sehingga Salim Said sangat dikenal masyarakat UMM,” ujarnya.
Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Prof Fathul Wahid menceritakan proses hibah dari koleksi perpustakaan pribadi Salim Said untuk UII.
“Akhir tahun 2020, beliau menjadi tamu podcast dari Helmy Yahya, di situ beliau mengatakan akan menghibahkan 10.000 buku dari koleksi pribadinya. Saya menghubungi Prof Didik J Rachbini dan alm Prof Azyumardi Azra dan alhamdulillah dapat. Pada Desember 2020, di situ mengobrol lebih dari setengah jam dan akhirnya sepakat untuk memilih UII sebagai tempat koleksi pribadinya 10.000 buku dan koleksi yang lain.” terang Wahid.
Agus Abu Bakar, pengurus Institut Peradaban mengenang Salim Said sebagai sosok yang memiliki concern. “Beliau juga sangat peduli dengan masalah Palestina, terakhir beliau berpesan khusus untuk membuat seminar dan mencari solusi tentang masalah ini. Semoga Institut Peradaban dapat mewujudkan pesan terakhir almarhum,” katanya.
Sementara Meutia Hatta memaparkan bahwa Salim Said sebagai sosok teladan. “Saya menghormati beliau, menghargainya sebagai intelektual dan juga tokoh, dengan pengalaman hidupnya yang kaya di bidang seni dan wartawan. Saya harapkan pengalaman hidupnya ditiru dan menjadi teladan oleh yang muda-muda terutama yang ingin menjadi pemimpin dimasa depan,” pungkasnya. (*)