Bandung, benang.id – Guna menjawab tantangan industri kelapa sawit yang sangat dinamis, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) terus menjalin kerja sama dalam bidang riset dengan lembaga-lembaga terbaik. Inovasi dan temuan-temuan terbaru di bidang teknologi diyakini menjadi kunci masa depan.
“Selain akan meraih keunggulan kompetitif bagi perusahaan, kerja sama riset juga konsisten dilakukan karena Astra Agro ingin berkontribusi dalam menemukan solusi atas tantangan pengembangan dan produktivitas industri kelapa sawit nasional,” ujar Chief Executive Officer (CEO) Astra Agro, Santosa dalam acara Talk to the CEO 2024 di Bandung, Jumat-Sabtu (16-17/2/2024).
Pada acara rutin bincang-bincang antara CEO dan media yang sudah memasuki tahun ke-7 itu, Santosa menyampaikan bahwa program kerja sama riset tersebut tidak terlepas dari implementasi visi misi perusahaan. Para pendiri sejak awal telah menegaskan bahwa grup perusahaan perkebunan kelapa sawit Astra Agro ingin menjadi perusahaan yang paling produktif dan inovatif di dunia. Maka, investasi jangka panjang dalam bentuk riset tak boleh dikesampingkan.
Output-nya sudah mulai terlihat. Dua tahun lalu Astra Agro me-release tiga varietas unggul. Varietas tersebut terdiri 3 jenis yang kemudian diberi nama varietas AAL Lestari, AAL Sejahtera, dan AAL Nirmala. Merespon tantangan peningkatan produktivitas tanpa perluasan lahan tanam, bibit unggul karya tim Research and Development itu dapat menghasilkan produksi Tandan Buah Segar (TBS) tidak kurang dari 30 ton/ha/tahun dengan produksi minyak sekitar 8,5 sampai 9 ton/ha/tahun. Temuan-temuan berikutnya akan terus dihasilkan.
Tahun 2023 lalu dua universitas ternama di Jerman dan Inggris sepakat dengan semangat dan gagasan Astra Agro. Di Jerman, Astra Agro menjalin kesepakatan dengan University of Potsdam. Proyek riset bersama salah satu universitas terbaik di Jerman ini hasilnya akan menjelaskan lebih lanjut mengenai dinamika pemanfaatan karbohidrat dalam minyak sawit. Penelitian akan difokuskan pada pemetaan profil molekular pada daun yang berfungsi sebagai sumber karbohidrat sebelum didistribusikan ke buah sawit.
Kerjasama penelitian ini juga ditujukan untuk menghasilkan varietas unggul kelapa sawit dengan menggunakan teknologi baru, yaitu Genome Editing.
Kolaborasi dengan University of Newcastle di Inggris juga dilakukan. Di kampus yang memiliki 3 fakultas science, agribisnis dan engineering itu, fokus penelitian pada pengembangan novel biopestisida ramah lingkungan menggunakan teknologi fusion-protein dan interferensi Ribonucleic acid (RNA) atau RNAi. Aplikasi RNAi bisa digunakan untuk pengendalian hama (biopesticides) seperti ulat, dll.
Astra Agro mencoba meneliti karena aplikasi ini lebih ramah lingkungan daripada penggunaan pestisida kimia. Satu lagi riset bersama kampus Newcastle mengenai modulasi perilaku serangga.
Di samping dua kampus tersebut, kerja sama riset di dalam negeri juga dijalin. Di antaranya dengan Institut Teknologi Bandung (ITB), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), PT Riset Perkebunan Nasional, Konsorsium Genom Sawit Indonesia serta beberapa pihak swasta lainnya.
Santosa mengakui bahwa tantangan untuk menemukan solusi dan inovasi-inovasi baru tentu tidak semudah membalik telapak tangan. Apalagi bila diorientasikan untuk kepentingan nasional yang berharap industri sawit tumbuh sebagai salah satu penopang perekonomian Indonesia. Karena itu, setiap insan Astra dituntut untuk gigih menuntaskan semua tantangan. Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kunci dalam mencapai kesuksesan R&D. Karena itu Astra Agro tidak ragu dalam berinvestasi pada pengembangan SDM.
“Saat ini kami sudah punya 2 doktor dan 1 yang masih dalam masa pendidikan serta beberapa yang sedang dalam program magister. Targetnya, ke depan kami ingin masuk dalam tiga besar pusat riset kelapa sawit terbaik di Indonesia,” tegas Santosa. (*)