Sunday, February 23, 2025
No menu items!
spot_img
HomeGaya HidupKatakan dengan Batik! Awas Jangan Salah Pilih Motif

Katakan dengan Batik! Awas Jangan Salah Pilih Motif

Jakarta, benang.id – Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang sangat berharga dan telah diakui UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada 2 Oktober 2009. Dan, sejak saat itu, tanggal 2 Oktober ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional, sebagai bentuk apresiasi dan rasa bangga bangsa Indonesia terhadap batik sebagai salah satu simbol kebudayaan dan identitas nasional.

Maka wajib hukumnya bagi masyarakat baik individu maupun kolektif untuk menjaga batik tetap lestari. Caranya? Kalau dulu kita kenal istilah “Katakan dengan Bunga”, yuk mulai sekarang kita ganti dengan “Katakan dengan Batik”. Selain mengenakan batik dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa menjadikan batik sebagai kado yang mewakili ungkapan perasaan kita, kepada sahabat yang bahagia karena berulang tahun, menikah, atau baru saja mempunyai bayi. Bahkan yang sedang sakit, hingga berduka cita. Karena motif batik klasik mengandung makna filosofis kehidupan manusia sejak janin dalam kandungan, tumbuh berkembang, menikah, melahirkan, hingga meninggal dunia.

(ki-ka): Hartanto–peneliti dari Paguyuban Sekar Jagad, Yogyakarta, Afif Syakur dari Apip’s Batik, GKBRAA Paku Alam, dan moderator Niken Rachmad saat Talkshow. Foto: benang.id/Gora Kunjana

Nah, untuk menyosialisasikan dan memperkenalkan ragam motif batik klasik dengan makna filosofinya, Traditional Textile Arts Society of South-East Asia (TTASSEA) menggelar talkshow dan ekshibisi bertema “Batik dalam Daur Kehidupan” di ASEAN Hall, Heritage Building, Sekretariat ASEAN, Jakarta, Selasa (4/2/2025).

Acara Talkshow dan Ekshibisi batik dan Wastra Nusantara TTASSEA dibuka oleh Utusan Tetap RI untuk ASEAN, MI Derry Aman bersama Ketua TTASSEA GKBRAA Paku Alam dengan memotong pita.

Ketua TTASSEA GKBRAA Paku Alam foto bersama model yang memamerkan tenun Tapis Lampung usai acara Talkshow dan Ekshibisi batik dan Wastra Nusantara TTASSEA di Gedung ASEAN Secretariat, Jakarta, Selasa (4/2/2025). Foto: benang.id/Gora Kunjana

Talkshow yang menghadirkan pembicara GKBRAA Paku Alam, Afif Syakur dari Apip’s Batik, dan Hartanto–peneliti dari Paguyuban Sekar Jagad, Yogyakarta dengan moderator Niken Rachmad ini juga menampilkan show untuk memperkenalkan 23 motif batik klasik dalam daur kehidupan dan koleksi kuno Tapis (tenun khas Lampung).

Di tempat sama, serangkaian talkshow juga digelar ekshibisi aneka kain dan produk batik serta Wastra Nusantara lainnya diantaranya dari Lampung, Palembang, Pekalongan, NTT, dan Puro Pakualaman.

Utusan Tetap RI untuk ASEAN, MI Derry Aman dan Ketua TTASSEA GKBRAA Paku Alam foto bersama usai acara Talkshow dan Ekshibisi batik dan Wastra Nusantara TTASSEA di Gedung ASEAN Secretariat, Jakarta, Selasa (4/2/2025). Foto: benang.id/Gora Kunjana

Dalam sambutannya, Utusan Tetap Republik Indonesia untuk ASEAN, MI Derry Aman mengapresiasi acara yang diinisiasi TTASSEA tersebut. Menurutnya, ekshibisi dan talkshow ini bisa menjadi tonggak pengakuan batik menjadi bagian dari warisan budaya bangsa Asia Tenggara. “Saya sangat bangga dan apresiasi batik melalui TTASSEA telah menjadi satu dengan derap langkah sekretariat ASEAN,” ujar Derry Aman.

Ia pun menyampaikan dukungannya. “Silakan TTASSEA mempergunakan fasilitas dan jaringan di Sekretariat ASEAN untuk terus memperkenalkan dan mengembangkan budaya batik serta kain tradisional Indonesia, melalui berbagai even yang akan digelar ke depan,” imbuhnya.

Ketua TTASSEA GKBRAA Paku Alam memberikan cinderamata kepada Utusan Tetap RI untuk ASEAN, MI Derry Aman di acara Talkshow dan Ekshibisi batik dan Wastra Nusantara TTASSEA di Gedung ASEAN Secretariat, Jakarta, Selasa (4/2/2025). Foto: benang.id/Gora Kunjana

GKBRAA Paku Alam yang juga Ketua TTASEA mengharapkan acara kali ini memberikan pengetahuan kepada masyarakat bahwa Wastra Nusantara bagus-bagus. “Monggo ibu-ibu dan siapa saja kalau ingin belajar membatik, di luar ada pembatik-pembatik saya yang siap membantu,” tuturnya.

Dalam sesi Talkshow, GKBRAA Paku Alam menegaskan bahwa Wastra Nusantara Indonesia termasuk di dalamnya batik tidak boleh kalah dengan Luar Negeri. Karena selain memiliki corak artistik yang bagus, batik khususnya motif klasik memiliki filosofi yang bagus yang tetap relevan hingga masa kini.

Ketua TTASSEA GKBRAA Paku Alam memberikan sambutan dalam acara Talkshow dan Ekshibisi batik dan Wastra Nusantara TTASSEA di Gedung ASEAN Secretariat, Jakarta, Selasa (4/2/2025). Foto: benang.id/Gora Kunjana

“Saya menyosialisasikan filosofi-filosofi yang ada di naskah-naskah kuno melalui media batik. Itulah alasan saya ingin ada batik di Puro Pakualaman,” ujarnya.

Gusti Puteri—demkiian ia akrab disapa– mengungkapkan, bisa saja masyarakat utamanya kaum ibu dan wanita memiliki banyak kain dan busana batik hingga berlemari-lemari namun belum tentu mereka mengetahui nama motif kain batiknya, apalagi filosofinya.

Aneka Batik dan Wastra Nusantara yang dipamerkan di Gedung ASEAN Secretariat, Jakarta, Selasa (4/2/2025). Foto: benang.id/Gora Kunjana

“Nah, nanti kita akan tampilkan batik-batik apa saja yang perlu dimiliki orang dari lahir hingga meninggal dan akan dijelaskan oleh Mas Afif dan Mas Hartanto filosofi-filosofi yang terkandung di dalamnya,” imbuhnya.

Ia kemudian memberikan contoh saat belum lama ini Mantan Presiden Jokowi menemui Sri Sultan HB X di Kraton Yogyakarta. “Ngarso Dalem (Sultan HB X-red) memakai batik yang diberitakan sebagai batik Gringsing yang diartikan tolak bala. Gara-gara berita itu banyak yang tanya pada saya: Gusti punya gak batik Gringsing? Jadi ada euforia orang ingin memakai batik Gringsing karena momen bertemunya Pak Jokowi dengan Ngarso Dalem. Padahal Ngarso Dalem memakai batik Sasirangan, tetapi mereka tahunya memakai batik Gringsing,” jelas Gusti Puteri seraya tersenyum.

Aneka Batik dan Wastra Nusantara yang dipamerkan di Gedung ASEAN Secretariat, Jakarta, Selasa (4/2/2025). Foto: benang.id/Gora Kunjana

Gusti Puteri lebih lanjut mengatakan, sebetulnya membatik tak jauh bedanya dengan melukis. Namun karya lukisan harganya bisa ratusan jutaan bahkan miliaran rupiah. Karena itu ia mendorong para seniman batik untuk terus mengangkat batik biar dihargai, setidaknya di negeri sendiri.

“Kalau tidak dihargai di negeri sendiri kasihan para pengrajin batik yang penghidupannya memprihatinkan. Mereka membatik untuk makan. Itulah mengapa kita harus mencintai batik karena di belakang kita ratusan bahkan ribuan pembatik yang butuh makan,” ujarnya.

Para pembatik Puro Pakualaman yang mendemonstrasikan proses membatik dengan malam. Foto: benang.id/Gora Kunjana

“Mari kita sama-sama mencintai batik Indonesia dan Wastra tradisional Nusantara,” pungkasnya.

Adapun hasil karya para artisan batik dan tenun Nusantara yang dihadirkan kali ini antara lain: Batik Pakualaman (Yogyakarta), Apip’s Batik (Yogyakarta), Batik Dudung (Pekalongan), Rumah Batik Komar (Bandung), Kalianda & PERWALA (Persatuan Wanita Lampung) dan Kain Tapis dan perhiasan Lampung.

Kain batik motif klasik yang dipamerkan para model di Gedung ASEAN Secretariat, Jakarta, Selasa (4/2/2025). Foto: benang.id/Gora Kunjana
Kain batik motif klasik yang dipamerkan para model di Gedung ASEAN Secretariat, Jakarta, Selasa (4/2/2025). Foto: benang.id/Gora Kunjana

Selanjutnya Pesona Bari Songket (Palembang), WARLAMI (Warna Alam Indonesia) dan Rumah Rakuji (hasil karya dari pedalaman Kalimantan, Sulawesi, Sumba dll), Marnaek by Manurung Songket (Tapanuli), Toraja Melo (Tenun dari berbagai daerah) hasil kreasi kerajinan tangan.

Selain kain batik dan tenun Nusantara tersebut, juga dipamerkan oleh sejumlah model cantik secara berurutan 23 motif klasik batik “Daur Kehidupan” mulai dari batik untuk kelahiran dan perawatan bayi, batik untuk menggendong bayi, batik untuk khitanan, pernikahan, hingga batik untuk kematian. Yuk katakan dengan batik! (*/GK)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments