Sleman, benang,id – Koalisi Masyarakat Anti Radikalisme (KOMAR) kembali mengingatkan para anggotanya untuk tetap waspada terhadap segala gerakan yang tidak berdepedoman pada Pancasila dan UUD 1945.
Hal itu dikemukakan Ketua KOMAR Jeki Irmansyah dalam diskusi pada Kamis (4/8/2022) malam di Mato Cafe Depok Sleman, yang diikuti sekitar 70 anggota KOMAR.
“Karena Indonesia sudah memiliki Pancasila dan UUD 1945 sebagai pegangan dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga tidak perlu memaksakan adanya gerakan atau ideologi lain,” tutur Jeki kepada peserta diskusi yang didominasi mahasiswa dari berbagai kampus itu.
Dalam kesempatan itu, Ketua KOMAR sekaligus moderator diskusi, Jeki Irmansyah menjelaskan tentang sejarah konflik yang terjadi di kawasan Timur Tengah.
Menurutnya, konflik di Timur Tengah beranjak dari perbedaan teologis yang berkembang dan berkepanjangan menjadi konflik yang bersifat politis.
Jeki menambahkan bahwa konflik yang terjadi dulunya merupakan konflik antara Syiah dan Sunni yang berpaham Asy’ariyyah-Mâturîdiyyah yang masing-masing ingin menunjukkan eksistensi dan hegemoninya di kawasan Timur Tengah. Konflik tersebut selanjutnya berkembang menjadi konflik antara Iran yang Syiah dan Arab Saudi yang Salafi Wahabi.
“Kemunculan Sunni yang berideologi Salafi Wahabi ada sejak abad ke 18 M,” ucapnya dalam keterangan tertulis.
Diskusi yang berlangsung lebih kurang selama dua jam tersebut semakin menarik ketika pembahasan memasuki pengaruh atau dampak konflik tersebut ke Indonesia. Arab Spring yang terjadi di Suriah menjadi momentum signifikan dalam menunjukkan eksistensi dan hegemoni antara dua kubu yang menganut teologi dan ideologi berseberangan tersebut.
“Dinamika politik di kawasan Timur Tengah pada dasarnya adalah konfrontasi idiologis antara mereka hingga saat ini,” sambungnya.
Gerakan Salafi yang makin menunjukkan eksistensinya dan Syi’ah yang identik dengan Taqiyyahnya, kata dia tetap berdampak terhadap keharmonisan antaragama dan paham yang plural di Indonesia, meskipun di Indonesia pada umumnya didominasi oleh Sunni yang berpaham Asy’ariyyah dan Mâturîdiyyah.
“Tetapi ketidakharmonisan Syi’ah dan Sunni yang mayoritas di Indonesia tetap berujung pada konflik yang tak kunjung usai,” lanjutnya.
Pada akhir diskusi, Jeki kembali memberikan pesan kepada peserta diskusi yang merupakan anggota KOMAR tetap waspada terhadap segala gerakan yang tidak berdepedoman pada Pancasila dan UUD 1945. Indonesia sudah memiliki Pancasila dan UUD 1945 sebagai pegangan dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga tidak perlu memaksakan adanya gerakan atau ideologi lain. (Rendy Patria)