Bandung, benang.id – Profesi akuntansi merupakan garda pembangunan ekonomi sebuah negara, karena ciri pembeda profesi akuntansi adalah kesediaan menerima tanggung jawab untuk bertindak bagi kepentingan publik. Sebagai garda, akuntan dituntut untuk menjadi pribadi-pribadi mulia yang hidup dan hasil pekerjaannya berdampak baik bagi kehidupan publik.
“Profesi akuntansi tidak akan pernah mati selama pengambilan keputusan negara menjadikan produk akuntansi sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang merupakan produk profesi akuntansi menjadi bahasa bisnis (business language) untuk pengambilan keputusan para pihak yang berwenang atas tata kelola (those charge with governance). Keputusan ekonomi dan bisnis yang mengandung kompetensi etis memadai, akan melindungi nilai-nilai mulia dalam pembangunan berkelanjutan yang saat ini diagung-agungkan oleh masyarakat global,” ungkap anggota Dewan Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia, Michell Suharli, di Kampus Dipati Ukur, Universitas Padjadjaran, Bandung, Senin (29/4/2024).
Dalam acara bertajuk Sosialisasi Nilai, Etika, dan Sikap Profesional itu, Michell mengatakan, kompetensi etis menjadi pembeda yang mengantarkan seseorang masuk dalam profesi. Kompetensi etis juga menjaga orang itu dalam berpraktik pada usia produktif. Kompetensi etis yang sama, membuat orang-orang profesional pensiun hingga menutup mata dengan mahkota kemuliaan. Kompetensi etis pun menjadi warisan bagi generasi penerus di profesi, estafet kemuliaan dari masa ke masa yang menjaga pembangunan berkelanjutan.
“Kemuliaan profesi dapat tercapai hanya jika para profesional mendemonstrasikan kompetensi teknis yang dibarengi dengan kompetensi etis secara terus menerus yakni lomitmen moral (moral commitment), pola pikir yang selalu mempertanyakan (inquiring mind) tentang baik dan buruk, serta tanggung jawab untuk bertindak bagi kepentingan publik (responsibility to actfor public interest),” beber CEO SW Indonesia itu.
Bagi Michell, kompetensi etis mutlak dibutuhkan tak hanya mereka yang berprofesi sebagai akuntan tapi juga bagi seluruh anak bangsa dari berbagai profesi. Keutamaan itu, menurutnya, menjadi salah satu fondasi untuk menyukseskan tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainability development goals).
“Kompetensi etis memampukan para pemimpin bangsa, pemimpin bisnis, pemimpin profesi, pemimpin agama, dan pemimpin di berbagai sektor untuk bersama-sama mengutamakan kepentingan dan keselamatan publik,” pungkas Michell. (*)