Friday, October 18, 2024
No menu items!
spot_img
HomeNasionalKunjungan Paus Fransiskus, Rm Leo Mali: Indonesia Dianggap Penting oleh Vatikan

Kunjungan Paus Fransiskus, Rm Leo Mali: Indonesia Dianggap Penting oleh Vatikan

Tangerang Selatan, benang.id – Rencana Kunjungan Apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia pada 3-6 September 2024 mendatang, menjadi isyarat dan tanda bagi negara Vatikan bahwa dunia memerlukan Indonesia, dan kehadiran Indonesia dinilai penting oleh dunia, dalam membangun dan merajut perdamaian dunia.

Hal itu disampaikan Romo Leo Mali Pr dalam acara Diskusi Publik yang diselenggarakan secara hybrid oleh Lafadz Nusantara Center, di Megantara Edupark, Pamulang, Tangerang Selatan, Sabtu (20/7/2024), seperti dilaporkan Alumni Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, penerima beasiswa Nostra Aetate Foundation Dicastery Interreligious Dialogue, Vatikan, Deni Iskandar.

Pastor asal Nusa Tenggara Timur (NTT) yang pernah menjadi Ketua Ikatan Rohaniwan-Rohaniwati Indonesia di Kota Abadi (IRRIKA) dan juga pernah studi doktoral di Pontifica Urbaniana University, Rome itu mengatakan bahwa kekuatan Diaspora Indonesia di Kota Roma dan Dunia, menjadi kekuatan utama, yang bisa menjelaskan Paus Fransiskus ingin berkunjung ke Indonesia.

Romo Leo Mali Pr (jaket hitam) dalam acara Diskusi Publik yang diselenggarakan secara hybrid oleh Lafadz Nusantara Center, di Megantara Edupark, Pamulang, Tangerang Selatan, Sabtu (20/7/2024). Foto: Lafadz Nusantara Center

“Dengan kekuatan ke-bhinnekaan-nya, keberagaman-nya, serta kekuatan Diaspora Indonesia di Kota Roma dan Dunia itu, maka Vatikan dan dunia merasa perlu Indonesia dan posisi Indonesia itu dianggap penting oleh dunia. Oleh karenanya, dalam merajut semangat perdamaian dunia, itu perlu Indonesia. Jadi memang, jauh sebelum negara memberikan surat resmi, itu pada tahun 2018 Paus Fransiskus sudah bicara tentang Indonesia, kepada diaspora Indonesia di Kota Roma,” tutur Rm Leo Mali.

“Ketertarikan Paus Fransiskus untuk datang ke Indonesia itu, puncaknya ada pada saat Diaspora Indonesia yang terdiri dari 48 peserta dari 23 negara di Eropa, merumuskan tentang Deklarasi Roma yang isinya membahas tentang kerukunan kehidupan umat beragama dan perdamaian dunia,” katanya.

Pastor Markus Solo Kewuta SVD dari Dikasteri Dialog Antarumat Beragama Vatikan. Foto: dok.Padre Marco

Senada, Romo Markus Solo Kewuta SVD mengatakan, rencana kunjungan Apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia ini dinilai sebagai hal yang tidak biasa dan tidak pada umumnya, dimana Vatikan sendiri mempunyai mekanisme tersendiri dalam menentukan negara mana saja yang akan dikunjungi oleh Paus Fransiskus.

“Syarat kunjungan Paus (Kepala Negara Vatikan) ke sebuah negara, memang ada sebuah fleksibilitas di dalam modus operandi menyangkut kunjungan Paus. Biasanya, Paus itu membalas sebuah kunjungan ke negara itu setelah pemerintah negara tersebut berkunjung kepada Paus. Kemudian yang paling mudahnya lagi adalah adanya permintaan dari Gereja Lokal,” ujar Rm Markus Solo, Pastor asal Indonesia yang saat ini menjadi penasihat Paus Fransiskus di Vatikan.

“Misalnya begini, Pimpinan atau Kepala Gereja Lokal meminta agar Paus berkunjung ke Gereja mereka, namun biasanya, yang lebih sulit itu adalah ketika permintaan kunjungan ini datangnya dari Pemerintah. Nah, Presiden Jokowi sendiri itu pernah hadir di dekat Vatikan, pada tahun 2020 dan saat itu ada kesempatan Presiden Jokowi itu bertemu dengan Paus Fransiskus. Tetapi, pertemuan antara keduanya itu tidak terjadi. Entah itu apa alasannya, tetapi itu tidak terjadi,” tandas Rm Markus Solo, yang hadir dalam acara diskusi publik tersebut secara daring.

Diskusi publik yang diselenggarakan oleh Lafadz Nusantara Center di Megantara Edupark, Pamulang, Tangerang Selatan, Sabtu (20/7/2024). Foto: Lafadz Nusantara Center

“Kemudian sekalipun tidak terjadi, tapi itu ada sinyal yang diberikan kepada pemerintah Indonesia, melalui surat undangan yang sempat beredar di media sosial dan itu diterima juga oleh Vatikan. Kemudian Vatikan juga menerima sinyal ini dengan senang hati. Selain itu, permintaan dari Gereja Lokal juga selalu ada. Jadi memang ada dua jalur yang ditempuh, baik oleh jalur pemerintah maupun jalur Gereja, sehingga Paus Fransiskus menanggapinya dengan baik,” jelas Padre Marco, sapaan akrab Rm Markus Solo.

Diskusi Publik yang diselenggarakan oleh Lafadz Nusantara Center dengan Tema “Memaknai Rencana Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia, Mau Apa Kesini?” Dihadiri oleh enam narasumber yang terdiri dari Romo Markus Solo Kewuta, salah satu pejabat Takhta Suci Vatikan, Romo Leo Mali, Ketua IRRIKA 2017-2018, Romo Agustinus Heri Wibowo dari Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Kiai Taufik Damas, Akademisi Nahdhatul Ulama, dan Moh Shofan, Direktur Ma’arif Institute. Acara diskusi publik itu dimoderatori oleh JH Philip Gobang, Direktur CIS School of Innovation. (*)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments