Jakarta, benang.id – Ia siswa kelas IX SMP Strada Nawar, Bekasi. Usianya 14 tahun pada 25 Agustus 2024. Ia tidak bisa tidur selama dua hari. Bukan karena sakit tetapi karena sangat bahagia. Dia tidak pernah menyangka anugerah bisa datang kapan saja. Dan, dengan cara tak terduga. Peristiwa ini dialami Lionel Louis Yosef Pailah, pelukis sketsa wajah Paus Fransiskus. Lukisannya diterima langsung oleh Paus Fransiskus di Vatikan pada Rabu (21/8/2024). Hadiah terindah bagi ulang tahunnya.
Lionel mengaku hobi barunya, melukis, muncul gara-gara bosan di dalam rumah di masa pandemi. Awalnya ia suka menggambar Pokemon, film kartun yang sering ia tonton semasa kecil. Setelah Covid-19 menghilang ia mulai beralih menggambar pahlawan karena terinspirasi gambar pahlawan yang ada di rumah. Koleksi lukisan di rumahnya antara lain Pangeran Diponegoro, Dr Ratulangi, Mr Aa Maramis, Mr Arnold Mononutu, dan Nikodemus Lambertus Palar, seorang diplomat ulung yang jadi pahlawan.
“Saya mulai menggambar wajah orang-orang tapi masih belum berhasil. Gak sesuai ekspektasi. Saya kemudian belajar lewat youtube dan saya disarankan mulai belajar menggambar objek atau hewan. Jadi saya coba gambar harimau, kucing, anjing, vas bunga, dan lain-lain. Di situ arsiran pensil saya mulai bagus dan kembali coba menggambar wajah,” ujarnya.
Lalu bagaimana ceritanya Lionel punya ide untuk menggambar Paus Fransiskus? “Saya menggambar Paus Fransiskus selain karena beliau mau ke Indonesia, sekolah saya kebagian tempat untuk bisa mengikuti misa bersama Paus di GBK nanti. Jadi saya pikir kalau saya gambar beliau ada kemungkinan saya bisa minta tanda tangannya,” ujarnya polos.
Lantaran sudah terbiasa menggambar sketsa tokoh nasional, Lionel cuma butuh tiga kali menskets sosok Paus Fransiskus dan betapa bahagia tak terkira saat sketsa karyanya sampai ke tangan Paus Fransiskus.
“Saya cuma terbengong ketika pulang sekolah Papa saya bilang bahwa gambar saya sudah diterima Paus Fransiskus. Awalnya saya tidak percaya mungkin itu editan lah. Setelah saya lihat di foto eh benar itu gambar saya. Saya tidak bisa tidur dua hari gara-gara itu,” aku Lionel bahagia.
Bagi Lionel, lukisan sketsa karyanya bisa sampai ke tangan Paus Fransiskus adalah campur tangan Tuhan. Demikian pula talenta melukis juga berasal dari Tuhan. Oleh karena itu, ia berniat akan mengembalikan kepada Tuhan.
“Saya ingin kalau sudah dapat mengumpulkan gambar yang banyak akan menggelar pameran lukisan dan hasil penjualannya sebagian akan saya sumbangkan untuk karya misi, pesantren, anak anak berkebutuhan khusus dan anak penderita kanker,” jelasnya.
Lionel menargetkan awal tahun depan bisa menggelar pameran, sebelum masuk SMA. Setidaknya 100 gambar dengan tema kemungkinan besar presiden dan menteri-menterinya, juga tokoh nasional.
“Saya sudah banyak gambar tokoh sebelum gambar Paus Fransiskus. Setidaknya 8 presiden sudah saya gambar. Saya gambar juga temen-temen dan guru saya untuk latihan. Saat mas Kaesang ke Manado saya juga gambar dia dan minta tanda tangannya. Saya juga sudah gambar pak Prabowo dan ditandatangani beliau,” tutur Lionel bangga.
Adapun karya Lionel selama dua tahun terakhir di antaranya meliputi Ir Soekarno yang diberikan kepada Steven Kandow (Wakil Gubernur Sulut, Ketua Umum PSI Kaesang dan diberikan kepada yang bersangkutan, Prabowo Subianto yang ditandatangani yang bersangkutan (jadi koleksi pribadi Lionel), serta serial gambar presiden mulai dari Soekarno, Soeharto, BJ Habibie dan Megawati (keduanya masih dalam pengerjaan), Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), hingga Joko Widodo.
“Saya juga menggambar Monalisa, Musashi, Tuhan Yesus memeluk anak domba, ayah saya, oma-opa tua, ayah saya yang mirip Charlie Caplin, Pink Sweet, dan Dwayne Jhonson untuk serial artis,” ucapnya.
Hanya saja, karena lukisannya diterima sendiri oleh Paus Fransiskus, peristiwa ini membuatnya gamang atas keinginannya lanjut bersekolah di SMA Taruna Nala, Malang, Jawa Timur. Padahal sekolah di Malang menjadi batu pijakan kelak melanjutkan kuliah di Hubungan Internasional. Lionel ingin jadi diplomat. Ia takut di sekolah berasrama itu, dirinya tak lagi memiliki waktu untuk melukis.
“Cita-cita saya memang ingin menjadi diplomat karena terinspirasi dari sosok Nikodemus Lambertus Palar, seorang diplomat yang sangat hebat pada masanya,” katanya menambahkan.
Kisah tak terduga
“Ada kisah di balik anugerah yang luar biasa ini,“ demikian Steven Pailah, sang ayah bercerita. Karena akan datang di Indonesia, Lionel kemudian melukis sketsa Paus Fransiskus. Berharap, lukisannya akan ditandatangani oleh Paus Fransiskus ketika pemimpin Gereja Katolik se-dunia itu berada di Indonesia. Yang menjadi pertanyaan adalah, siapa yang akan membawa lukisan itu ke Paus Fransiskus ketika berada di Gelora Bung Karno (GBK).
Dirinya, Steven Pailah melanjutkan cerita, kemudian menghubungi Putut Prabantoro. Sosok ini adalah rekan satu organisasi di ISKA (Ikatan Sarjana Katolik Indonesia). Beberapa kali Putut Prabantoro bertemu Paus Fransiskus. Meskipun jarang berkomunikasi, dia merasa ada yang menuntun untuk menghubungi rekannya itu.
“Tadinya saya hanya meminta bantuan Mas Putut Prabantoro agar lukisan sketsa anak saya bisa sampai di tangan Paus Fransiskus. Diserahkan pada saat beliau hadir di GBK pada 5 September 2024. Berharap dengan bantuan Mas Putut, lukisan itu bisa ditandatangani oleh Paus Fransiskus dan akan menambah koleksi Lionel. Namun kenyataannya berbeda,“ ujar Steven.
Atas permintaan itu, Putut Prabantoro tidak berkomen banyak. Ia hanya bertanya, kapan lukisannya selesai?
Menurut Putut Prabantoro, jika ingin diserahkan kepada Paus Fransiskus di GBK prosesnya akan lama dan panjang, Maklum karena ini menyangkut kepanitiaan besar. Dan, Putut menyatakan dirinya tidak punya wewenang apa-apa karena dirinya hanya relawan dan bukan panitia inti. Sahabatnya itu juga menyatakan tidak tahu bagaimana lukisan itu akan sampai di tangan Paus Fransiskus saat di GBK. Ia juga harus mencari tahu siapa yang dapat membawa dan mengijinkan lukisan itu hingga sampai ke tangan Paus Fransiskus di GBK.
Oleh karena itu, Steven diminta Putut, agar lukisan diselesaikan dan harus diserahkan kepadanya pada Jumat (16/8/2024). “Jika melewati tanggal itu, Mas Putut tidak menjamin lukisan itu akan sampai atau tidak,” kenang Steven.
Seperti yang diminta, lukisan Lionel diserahkan pada tanggal yang ditentukan. Yang menyerahkan Steven dan Lionel Pailah di alamat yang sudah ditentukan. Di kantor Putut Prabantoro di Gading Serpong, Tangerang.
Tak terbayangkan! Ternyata, lima hari kemudian, ada satu foto beredar yang mengabadikan, lukisan tersebut diserahkan kepada Paus Fransiskus. Bukan di GBK, tetapi di Vatikan. Foto itu terposting di group keluarga Kawanua. Foto itu mengabadikan lukisan Lionel dibawa Rio Dondokambey dan diserahkan kepada Paus Fransiskus.
Rio adalah anggota DPR-RI terpilih 2024-2029. Ia juga Bendahara Umum GAMKI. GAMKI adalah salah satu anggota rombongan organisasi kepemudaan lintas iman yang berkunjung ke Vatikan. Rombongan ini bertemu Paus Fransiskus pada Rabu (21/8/2024). Selain GAMKI, rombongan terdiri dari GP Ansor, Pemuda Katolik, Pemuda Hindu, dan Pemuda Muhammadiyah. Baru paham setelah melihat berita, Steven berkisah, ada Putut Prabantoro yang menjadi pendamping rombongan tersebut. Lalu Dimana Putut Prabantoro?
Menurut Putut Prabantoro, dirinya memang tidak mengungkapkan bahwa lukisan itu akan dibawa ke Vatikan. Hal yang sama juga terjadi, ketika pada November 2022, ia membawa buku karya Rm Sandro Peccati SX yang tinggal di Jakarta. Buku itu kemudian dipersembahkan kepada Paus Fransiskus, tanpa sepengetahuan si pembuatnya. Akibat dari ulahnya, Rm Sandro Peccati SX (90), misionaris Italia di Indonesia selama 63 tahun itu itu, sangat terharu dan menangis bahagia.
Mengapa diberikan kepada Rio Dondokambey untuk menyerahkan lukisan kepada Paus Fransiskus? Yang pertama, menurut Putut Prabantoro, Rio tidak membawa apapun ketika akan bertemu Paus. Jadi dia meminta tolong kepada Bendahara Umum GAMKI itu untuk membawakan.
Kedua, kalau seseorang menyerahkan sesuatu kepada Paus, dia akan menjadi obyek para fotografer Vatikan. Artinya akan banyak foto Rio dan Paus Fransiskus. Dan ketiga, sangat sederhana, karena sama-sama orang Sulawesi Utara baik yang melukis ataupun yang membawa.
Dan menurut Putut, dirinya terkesan dengan Rio karena kerendahan hatinya. Rio mau dimintai tolong membawakan lukisan dari seseorang yang mungkin tidak dikenalnya. (*)