Sunday, April 13, 2025
No menu items!
spot_img
HomeEkonomiLongsor Tertekan Kebijakan Trump, IHSG Masih Punya Ruang Koreksi Lanjutan

Longsor Tertekan Kebijakan Trump, IHSG Masih Punya Ruang Koreksi Lanjutan

Jakarta, benang.id – Faktor utama yang memengaruhi anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) setelah libur panjang adalah kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump yang mengumumkan tarif impor baru hingga 49% untuk semua negara, termasuk Indonesia dengan tarif 32% untuk produk-produk Indonesia.

Kabar baiknya, Presiden Trump mengumumkan penangguhan selama tiga bulan atau sekitar 90 hari terhadap seluruh tarif impor tinggi yang sebelumnya diberlakukan kepada berbagai negara dan semua negara, kecuali China, kini dikenakan tarif umum yang lebih rendah sebesar 10%.

Indonesia sendiri siap berdialog dengan Amerika Serikat mengenai penerapan tarif impor baru terhadap produk-produk Indonesia dan akan melakukan penyederhanaan dan penghapusan regulasi yang menghalangi perdagangan internasional, khususnya Non-Tariff Measures (NTMs).

Tak dapat dipungkiri, kebijakan Trump memberikan dampak langsung pada pasar keuangan domestik yang tercermin dalam nilai tukar rupiah yang mencatatkan rekor terlemah sepanjang sejarah menembus Rp17.101/USD.

Selain itu, penurunan tajam juga terjadi di Bursa Wall Street dan bursa saham Asia, memperburuk sentimen pasar global.

Bursa Efek Indonesia di Jakarta. Foto: benang.id/Gora Kunjana

Terkait dengan kondisi pasar yang sedang bergejolak, Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Dimas Krisna Ramadhani menegaskan penurunan IHSG yang mencapai level terendah baru mencerminkan proyeksi kondisi ekonomi Indonesia dalam beberapa bulan mendatang.

“Sebagai indikator awal perekonomian atau leading indicator, IHSG memberikan sinyal penting mengenai arah perekonomian Indonesia ke depan dan oleh karena itu pergerakan IHSG harus diperhatikan dengan seksama oleh para investor,” tegasnya di Jakarta, Kamis (10/4/2025).

Dimas juga menekankan bahwa meskipun kebijakan moneter Indonesia terbatas saat ini, tantangan besar akan muncul di masa depan. Ia menjelaskan bahwa penurunanekonomi riil yang tercermin dalam pergerakan IHSG akan semakin sulit diatasi dengan kebijakan yang ada, sehingga diperlukan kebijakan yang lebih strategis untuk mengantisipasi dampak lanjutan dari tekanan global.

Terkait dengan kebijakan teknis pasar seperti ARB (Auto Reject Below) 15% dan trading halt, Dimas mengapresiasi langkah trading halt yang diambil untuk menahan tekanan jual, namun ia mengeritik kebijakan ARB 15% yang dapat menyebabkan likuiditas pasar semakin kering.

Dimas juga menyoroti kemungkinan perlambatan ekonomi global yang dapat berimbas pada Indonesia. Penurunan yang terjadi di pasar saham global memberikan gambaran tentang potensi perlambatan ekonomi global yang dapat mempengaruhi perekonomian domestik. “Jika ekonomi global mengalami perlambatan, Indonesia juga berisiko mengalami hal yang sama,” ujarnya.

PFS di dalam genggaman tangan. Foto: IPOT

Sebagai respons terhadap situasi pasar saat ini, Dimas memproyeksikan IHSG masih memiliki ruang untuk mengalami koreksi lebih lanjut, dengan target terdekat pada level 5.500. Ia mengingatkan para investor untuk tetap disiplin dalam menjalankan trading plan, melakukan evaluasi portofolio, menjaga kesehatan keuangan, serta menghindari keputusan emosional yang dapat merugikan.

Dimas pun memberikan tips bagi para trader dan investor di tengah kondisi market yang masih volatile. Pertama, jangan lihat floating loss terus. Ia menyarankan untuk fokus pada evaluasi kesalahan dan pastikan sudah menjalankan trading plan dengan disiplin.

Kedua, review dan evaluasi portfolio. Ia menyarankan untuk memisahkan saham yang masih sejalan dengan trading plan dan yang perlu di-cut loss.

Ketiga, pastikan keuangan sehat. Ia menyarankan untuk fokus pada perbaikan cash flow dan hindari berutang untuk berinvestasi.

Keempat, upgrade ilmu dan tetap sabar. Ia menyarankan untuk meningkatkan pemahaman mengenai analisis teknikal dan siklus pasar serta sabar dalam menghadapi pasar yang volatile.

Dimas lantas mengajak para investor untuk terus mengikuti perkembangan pasar melalui IPOT Buzz di aplikasi IPOT milik Indo Premier Sekuritas tempat berdiskusi dan mendapatkan update terkini mengenai kondisi pasar. (*/GK)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments