Pasar malam merupakan salah satu ajang hiburan temporer atau musiman yang sudah menjadi tradisi sebuah kota. Pasar malam biasanya digelar di alun-alun kota atau kawasan dengan lahan yang luas untuk memperingati hari besar, semisal di Yogyakarta dan Surakarta, pasar malam atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sekaten diadakan untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad. Sedangkan Ibu kota punya Jakarta Fair, pasar malam sebulan penuh untuk memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Jakarta.
Namun di sejumlah negara pasar malam yang merupakan atraksi wisata menarik ini digelar berhubungan dengan udara malam yang tidak begitu dingin. Salah satunya di Eropa atau tepatnya Italia. Kota Abadi Roma memiliki Lungo Il Tevere yakni pasar malam musim panas yang digelar sekitar awal Juni hingga awal September. Uniknya, Lungo Il Tevere ini tidak dihelat di alun-alun namun di sepanjang tepian Sungai Tiber (Tevere).
Nah, di sela-sela mengunjungi rohaniwan/rohaniwati dan misionaris di Italia medio Juni lalu, Panitia Perayaan Paskah Bersama Diaspora Katolik Indonesia Sedunia Tahun 2022 yakni AM Putut Prabantoro (Ketua) dan L Gora Kunjana (Sekretaris) menyempatkan menyambangi Lungo Il Tevere. Ditemani Rm Leonardus Mali Pr dan Rm Antonius Suhermanto Pr –keduanya tengah menempuh studi tingkat doktoral (S3) di Roma, mereka menikmati indah dan romantisnya sebuah pasar malam musim panas di tepian sungai.
Lungo Il Tevere memang tidak boleh dilewatkan bagi wisatawan yang berkunjung ke Roma di musim panas. Wisatawan dapat berjalan-jalan di tepian Sungai Tiber sambil sesekali mencoba permainan ketangkasan yang beragam di antaranya main sepakbola meja, lempar susunan kaleng dengan bola, ataupun menembak sasaran, bisa juga belanja berbagai souvenir, hingga naik kapal menyusuri sebagian Sungai Tiber.
Jangan pula lewatkan malam musim panas sangat romantis di Kota Abadi, dengan menyegarkan diri di banyak café dengan minuman dingin, dan menyantap makanan khas Italia, seperti pizza, lasagna, pasta, risotto, polenta, hingga tiramisu.
Jalur dagang dan sumber air minum
Tanpa Sungai Tiber, Roma bukanlah Roma hingga sekarang ini. Romo Markus Solo Kewuta SVD atau Padre Marco dalam Vlog PdM pernah menjelaskan panjang lebar mengenai keberadaan Sungai Tiber. Sungai Tiber adalah sungai terpanjang ke -3 di Italia, mengalir sepanjang 652 km dan bermuara di Laut Adriati, Italia bagian timur.
Sungai Tiber memiliki andil khusus terhadap keindahan Kota Roma karena sungai ini mengalir dan membelah kota abadi Roma sejak dahulu kala. Sungai Tiber menjadi jalan bagi kapal-kapal besar untuk pengangkutan barang hingga kapal-kapal wisata untuk turisme.
Menurut Padre Marco, sungai yang membelah kota Roma ini diberi nama Tiber setidaknya didasarkan 2 hipotesis. “Pertama, mungkin untuk menghormati seorang dewa sungai jaman dulu, atau kedua, sebagai penghormatan terhadap seorang raja jaman kuno yang bernama Tiberius,’ tutur Padre Marco.
Di abad-abad yang lalu, kapal-kapal yang memuat barang dagangan ditarik dari pelabuhan Postia dan Porto sepanjang Sungai Tiber menuju Kota Roma. Banyak bejana tanah liat dan kendi barang dagangan mereka yang rusak ditumpuk di gerbang tua kota Porto Portese saat ini.
Pada abad ke-19 ketika megaproyek Notolini yakni saluran air raksasa atau Aquaduk atau Aquatoto Notolini dalam bahasa Italia tidak berfungsi sesuai harapan, Sungai Tiber tetap menjadi satu-satunya sumber air di Kota Roma dan dikatakan makin banyak pemukiman bergeser dari wilayah kota yang lain ke wilayah kota Trastevere.
Sejarah mencatat pada 1612 Paus Paulus V berjasa membersihkan saluran-saluran Sungai Tiber yang tersumbat sejak jaman Kaisar Trayan yang berkuasa pada tahun 53 hingga 117 setelah Kristus, padahal saluran-saluran itu bermanafaat untuk menghubungkan Sunga Tiber, Laut Tengah, Pelabuhan Postia, dan Porto, dan saluran yang dibersihkan itu masih ada sampai saat ini.
Tanggul pelindung luapan sungai
Meski Sungai Tiber sangat panjang dan lebar, warga Kota Roma tidak khawatir akan meluapnya air sungai hingga menyebabkan banjir. Pasalnya, pemerintah setempat telah membangun tanggul yang dirancang untuk ketinggian air hingga 18,45 meter.
“Waktu itu air sungai pernah naik ke tanda 13,5 meter. Untuk mencegah meluapnya air Sungai Tiber ini, maka pada tahun 1876 dibangunlah tembok tinggi atau tanggul untuk mencegah sungai meluap,” jelas Romo Leo Mali.
Namun, sekira satu setengah abad kemudian, tanggul itu tidak dapat berbuat apa-apa ketika awal Desember 2008, ketinggian Sungai Tiber naik drastis akibat hujan lebat. Dalam satu malam hampir 100 liter hujan turun per meter persegi, yang kurang lebih setara dengan curah hujan selama sebulan.
Hal ini menyebabkan banjir di banyak daerah di pinggiran kota terutama sejumlah distrik Roma Utara tergenang air. Walikota Roma Ganni Allemano waktu itu mengumumkan pada 12 Desember 2008 keadaan darurat di Kota Roma karena Sungai Tiber naik ke level tertinggi sejak 40 tahun terakhir.
Bagi penduduk Kota Roma, selain sebagai keindahan alam yang menambah pesona kota abadi, Sungai Tiber dalam sejarah Roma sudah memainkan peran yang luar biasa. Selain menjadi sumber air minum di masa-masa sulit, juga menjadi jalan dagang dan jalan komunikasi yang menghubungkan manusia di tempat-tempat yang jauh. Seperti dulu juga saat ini Roma tanpa sungai Tiber tidak bisa dibayangkan bagaimana jadinya.
Jembatan penghubung
Untuk menghubungkan daratan di wilayah barat ke timur kota Roma, di atas Sungai Tiber dibangun beberapa jembatan layang dengan nama masing-masing. Konon ada sekitar 21 jembatan (ponte) penghubung di atas Sungai Tiber, di antaranya Ponte Sant ‘Angelo, Ponte Umbreto, Ponte Palatino, Ponte Rotto, Ponte Fabricio, Ponte Cestio, dan masih banyak lagi.
Ponte Fabricio adalah salah satu jembatan tertua dan terpelihara baik di Roma yang menghubungkan Pulau Tiber dengan bagian timur kota. Nama jembatan yang dibangun tahun 62 SM ini diberikan untuk menghormati Lucio Fabricio, penjaga jembatan Romawi.
Mengingat jembatan di Roma memiliki kepentingan strategis, maka kepala jembatan, yang bertanggung jawab atas fungsi dan keamanannya adalah orang-orang terhormat .
Adapun Ponte Cestio adalah jembatan tertua dekat dengan Ponte Fabricho yang menghubungkan Pulau Tiber dengan Trastevere di wilayah tepi barat Sungai Tiber. Trastevere adalah kawasan tertua di Roma dengan jalanan berbatu, rumah-rumah abad pertengahan, dan lapangan kecil.
Selain jembatan dengan masing-masing bentuk konstruksinya, ada juga objek yang menarik untuk dicermati dan diambil gambarnya. Salah satunya adalah Isola Tiberina atau Pulau Tiberina. Sebuah pulau kecil yang hanya sekitar tiga kali lapangan sepakbola panjangnya, dan sangat mungkin juga berpenghuni paling sedikit di dunia.
Di Pulau Tiberina yang kecil namun eksotis ini, ada gereja, rumah sakit, dan sebuah restoran yang sejak 400 tahun lalu masih beroperasi hingga kini. Wisatawan bisa berjalan-jalan di pinggir sungai atau menyambangi bangunan basilika yang berdiri sejak abad ke-10. Di sini juga ada gereja legendaris yang masih berfungsi. Di musim panas, keberadaan Pulau Tiberina, tak pelak, menjadi tak terpisahkan dengan Lungo Il Tevere. (*)
Gora Kunjana dari Roma, Italia
Foto-foto: benang.id/Gora Kunjana