Friday, November 22, 2024
No menu items!
spot_img
HomeEkonomiManfaatkan AI, eFishery Ciptakan Mas Ahya untuk Bantu Pembudidaya Tingkatkan Produktivitas

Manfaatkan AI, eFishery Ciptakan Mas Ahya untuk Bantu Pembudidaya Tingkatkan Produktivitas

Jakarta, benang.id –  Mempunyai potensi total nilai produksi akuakultur Indonesia mencapai US$12 miliar, dengan total kolam sebanyak 6,5 juta dan 2,5 juta pembudidaya ikan, industri akuakultur  masih dihadapkan dengan berbagai tantangan,  seperti akses yang terbatas terhadap benih berkualitas, pakan, listrik, dan model pembiayaan yang fleksibel. Selain itu, para pembudidaya juga harus bergulat dengan penyakit, cuaca buruk, kualitas air yang buruk, dan harga yang tidak stabil.

eFishery, perusahaan teknologi akuakultur di Indonesia, berkomitmen untuk membantu para pembudidaya mengatasi tantangan tersebut dan mencapai potensi secara berkelanjutan. Salah satu produk yang memberikan solusi bagi pembudidaya adalah eFeeder, alat pakan otomatis yang memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence of Things (AIoT), yang juga merupakan produk pertama eFishery.

CEO Microsoft, Satya Nadela saat mempersembahkan Mas Ahya. Foto: eFishery

Sebagai misi lanjutan eFishery untuk memperkuat ketahanan pangan dengan memanfaatkan potensi akuakultur, eFishery baru saja meluncurkan produk baru yang dikembangkan oleh tim AIoT eFishery, ‘Mas Ahya’ (Ahli Budidaya), solusi konsultasi berbasis AI yang dirancang khusus untuk membantu pembudidaya ikan dan petambak udang meningkatkan efisiensi operasional dan mencapai keberlanjutan yang lebih baik.

Tim AIoT eFishery terdiri dari para pakar AIoT yang ahli dalam bidangnya dan bekerja di bawah Direktorat Produk, serta memiliki komitmen untuk mengembangkan teknologi dan menciptakan inovasi baru untuk mendukung kemajuan industri akuakultur Indonesia. ‘Mas Ahya’ memanfaatkan kekuatan kecerdasan buatan generatif (generative AI) terbaru dari Microsoft untuk mendemokratisasi akses ke pengetahuan dan keahlian seputar budidaya akuakultur buat semua segmen pembudidaya.

Tampilan mas Ahya. Foto: eFishery

Dilengkapi dengan fitur-fitur canggih seperti konsultasi kapan saja dan di mana saja terkait budidaya, bahkan dengan menggunakan bahasa daerah setempat. Selain itu, fitur lain dari ‘Mas Ahya’ mencakup analisis data real-time, rekomendasi pakan yang disesuaikan, dan pemantauan kondisi lingkungan kolam.

“Kami sangat bangga dengan hadirnya ‘Mas Ahya’. Ini adalah bukti komitmen kami untuk membantu para pembudidaya di Indonesia mencapai kesuksesan dan berkontribusi pada ketahanan pangan global. Kami yakin bahwa ‘Mas Ahya’ akan memberikan dampak yang signifikan, tidak hanya dalam hal peningkatan produktivitas, tetapi juga dalam mendorong praktik akuakultur yang lebih berkelanjutan,” ujar Chrisna Aditya, Chief Product Officer eFishery.

Tampilan Mas Ahya. Foto: eFishery

Andri Yadi, VP AIoT & Cultivation Intelligence eFishery menambahkan bahwa Generative AI, khususnya Large Language Models (LLM), adalah kemajuan terbaru dalam teknologi AI yang mampu menalar dan bertindak sebagai orkestrator untuk menghubungkan berbagai kemampuan atau layanan.

“Lebih dari itu, LLM mampu melakukan tugas-tugas otomatis dengan intervensi manusia yang semakin sedikit, menghasilkan lompatan produktivitas yang masif. Di eFishery, kami telah menemukan implementasi LLM yang berdampak dan tepat guna melalui ‘Mas Ahya’ untuk mentransformasi produktivitas dan profitabilitas para pembudidaya. Teknologi AI mutakhir seperti LLM, dikombinasikan dengan IoT dan pengetahuan domain, memiliki kekuatan untuk mentransformasi industri dan kehidupan. Kami bangga menjadi pelopor dalam bidang akuakultur,” tambah dia.

Tim eFishery berdiskusi langsung mengenai Mas Ahya dengan CEO Microsoft, Satya Nadela. Foto: eFishery

Inovasi ‘Mas Ahya’ telah mendapatkan pengakuan dari berbagai pihak, termasuk Microsoft. Dalam acara Microsoft Build: AI Day, tim eFishery berkesempatan untuk mempresentasikan ‘Mas Ahya’ kepada Satya Nadella, CEO Microsoft. Ia sangat terkesan dengan bagaimana AI diterapkan untuk membuat industri akuakultur lebih produktif dan berkelanjutan.

“Melalui ‘Mas Ahya’ semuanya menjadi mudah karena ‘mas Ahya’ dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapi kami, para pembudidaya. Dengan memakai “Mas Ahya’ saya dapat mengakses data seperti kualitas air dengan mudah dan juga memberikan solusi terhadap setiap masalah mulai dari saat sebelum hingga setelah panen. Setelah menggunakan ‘Mas Ahya’, produktivitas meningkat sehingga setelah ini saya ingin menambah kolam agar mencapai profit yang maksimal,” ungkap Ira Nasihatul, pembudidaya ikan nila yang telah merasakan dampak positif penggunaan Mas Ahya di kolam miliknya.

Pembudidaya ikan menggunakan Mas Ahya. Foto: eFishery

Selain ‘Mas Ahya’, eFishery juga telah mengembangkan produk lainnya untuk menciptakan sebuah ekosistem AIoT yang memudahkan pembudidaya seperti sistem pemantauan kualitas air yang dapat diakses melalui aplikasi disertai dengan rekomendasi apabila terjadi anomaly pada kolam, sistem penandaan tambak yang sederhana dan tanpa kabel sehingga pembudidaya dapat langsung memantau keadaan kolam, dan penggunaan citra satelit yang memungkinkan pembudidaya memonitor kolam kapan saja dan dimana saja.

“eFishery tidak akan berhenti di sini. Komitmen kami untuk membantu para pembudidaya akan terus berlanjut. Ke depannya, kami akan terus berinovasi, mengembangkan, dan menghadirkan produk-produk berbasis AIoT lainnya seperti ‘Katara’, produk eFishery yang berfungsi untuk memantau kualitas air dan produk lainnya untuk terus tumbuh bersama dengan industry akuakultur Indonesia,” tutur Chrisna.

Media gathering

(ki-ka) Satrio Sih Pinandhito Muhammad Chairil –Corcom Manager, Luciana Dita Chandra Murni– Head of Regulatory and Government Affairs, Diajeng Reisa Manik –Head of Fund and Operation, dan Elsa Vinietta, Head of Aquaculture Platform & AI dalam Media Gathering di Jakarta, Kamis (13/6/2024). Foto: benang.id/Gora Kunjana

Lebih jauh dalam Media Gathering eFishery di Jakarta, Kamis (13/6/2024), Luciana Dita Chandra Murni Head of Regulatory and Government Affairs eFishery, menyampaikan program eFishery bersama pemerintah dan program sustainability eFishery.

Ia mengatakan bahwa sejak awal eFishery ingin membangun sebuah solusi end to end secara holistic yang berfokus pada tiga hal utama.Yaitu pertama adalah ekosistem ikan, kedua ekosistem udang, dan  ketiga merupakan penggabungan keduanya yakni eFishery Point.

“eFishery point ini adalah sebuah fasilitas kolaboratif di setiap daerah. Kita sudah memiliki di 280 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia,” jelasnya.

Luciana Dita Chandra Murni –Head of Regulatory and Government Affairs eFishery (kiri) dalam sesi Tanya jawab pada Media Gathering eFishery di Jakarta, Kamis (13/6/2024). Foto: benang.id/Gora Kunjana

“Di eFishery Point para farmers kita bisa saling bertukar ilmu, mengetahui lebih jauh tentang teknologi kita, dan sebagainya,” tambah Lulu.

Kolaborasi strategis eFishery dengan pemerintah daerah di seluruh Indonesia dimaksudkan untuk menghasilkan dampak besar di tiap daerah dengan bergabung dan mendorong program-program pemerintah daerah.

eFeeder dari eFishery. Foto: benang.id/Gora Kunjana

Untuk diketahui di bagian barat Indonesia, eFishery telah terhubung dengan 15 mitra pemerintah dari Aceh hingga Jawa Timur. Terdapat 450 eFeeder aktif yang digunakan sebagai hasil dari kerja sama eFishery dengan program pemerintah termasuk program di BLUPPB Karawang, Sumatera Utara, Jawa Barat, dan Jawa Timur.

Bersama dengan pemerintah daerah, eFishery juga melakukan inisiatif untuk memberantas kelaparan dengan menyalurkan ikan dan udang ke 250 penerima manfaat di Jawa Barat dan Sumatera Utara.

“Kami yakni bahwa protein akuakultur yaitu ikan dan udang merupakan protein yang sustainable. Gampang dicerna, proses budidayanya menggunakan sistem yang berkelanjutan,” jelas Lulu, sambil menambahkan bahwa masih banyak program eFishery bersama pemerintah.

Diajeng Reisa Manik –Head of Fund and Operation eFishery memberikan update terkait Kabayan dalam Media Gathering di Jakarta, Kamis (13/6/2024). Foto: benang.id/Gora Kunjana

Adapun Diajeng Reisa Manik, Head of Fund and Operation eFishery, menyampaikan perkembangan seputar funding, ekspansi eFishery, juga Kabayan (Kasih, Bayar nanti) dan Ekosistem eFishery.

Ia mengungkapkan bahwa  eFishery merupakan distributor pakan dan penyandang dana terbesar di Indonesia dengan jumlah pembudidaya yang menggunakan jasa Kabayan sebanyak 13.000 di tahun 2023.

“Kabayan atau Kasih Bayar Nanti sebenarnya buy now pay later, hanya kami menggunakan bahasa lokal saja. Kabayan memberikan akses yang mudah dan aman untuk pembudidaya ke institusi finansial yang terdaftar dan diawasi oleh OJK, untuk pembelian pakan yang bisa dibayar setelah panen,” jelas Reisa.

Penjelasan seputar Mas Ahya dalam Media Gathering di Jakarta, Kamis (13/6/2024). Foto: benang.id/Gora Kunjana

Kredit produktif melalui ekosistem eFishery ini, kata dia, secara total  mencapai lebih dari Rp 661 miliar di tahun 2023.  “Keunggulannya antara lain Kabayan sudah ada di aplikasi eFisheryku, dan sudah ada di eFishery Poin di seluruh Indonesia. Tenor pembayarannya bisa sampai 10-12 bulan. Pembayarannya pun tidak seperti meminjam di bank, cicilan dibayar sesuai kemampuan, dan terakhir bisa dibayar setelah panen,” tutur Reisa.

Reisa mengatakan saat ini terdapat beberapa institusi finansial yang terdaftar dan diawasi oleh OJK, yang berpartisipasi dalam program Kabayan yaitu Kredivo, Julo, Kawan Cicil, Amartha, OCBC, Amar Bank, Qazwa, Alami, dan KoinWorks.

Demo penggunaan Katara untuk mengetahui kualitas air dalam Media Gathering di Jakarta, Kamis (13/6/2024). Foto: benang.id/Gora Kunjana

Lebih jauh, Reisa menyampaikan eFishery juga memiliki Kampung Super Ecosystem eFishery (KASeF) yang merupakan inisiatif kemitraan langsung dengan pembudidaya atau komunitas melalui sistem kelompok terstruktur.

Kampung Super Ecosystem memiliki gagasan ideal untuk mengendalikan pasokan dan permintaan bersamaan, dimana pembudidaya adalah mitra bukan pelanggan, untuk menghasilkan keuntungan yang lebih baik bagi semua pihak. Saat ini, Kampung Super Ecosystem eFishery (KASeF) berada di Bandung, Tasikmalaya, Garut, Karawang, Tangerang, Banyumas, Subang, Bogor, dan Toba.

Elsa Vinietta, Head of Aquaculture Platform & AI eFishery, menjelaskan inovasi terbaru, Mas Ahya, dalam Media Gathering di Jakarta, Kamis (13/6/2024). Foto: benang.id/Gora Kunjana

Sementara Elsa Vinietta, Head of Aquaculture Platform & AI eFishery, menyampaikan update tekonologi baru di dalam eFishery di antaranya eFeeder alat pemberi pakan ikan secara otomatis yang sudah memasuki generasi ke-5.

“Divisi kami dengan personil 300 orang terus melakukan inovasi dengan memanfaatkan teknologi agar dapat meningkatkan produktivitas pembudidaya ikan dan udang,” ujarnya.

Terbaru, kata Elsa, eFishery meluncurkan produk baru yang dikembangkan oleh tim AIoT eFishery, yaitu ‘Mas Ahya’ (Ahli Budidaya). Mas Ahya adalah solusi konsultasi berbasis AI yang dirancang khusus untuk membantu pembudidaya ikan dan petambak udang meningkatkan efisiensi operasional dan mencapai keberlanjutan yang lebih baik.

Penjelasan seputar Mas Ahya dalam Media Gathering di Jakarta, Kamis (13/6/2024). Foto: benang.id/Gora Kunjana

‘Mas Ahya’, jelas Elsa, memanfaatkan kekuatan kecerdasan buatan generatif (generative AI) terbaru dari Microsoft untuk mendemokratisasi akses ke pengetahuan dan keahlian seputar budidaya akuakultur buat semua segmen pembudidaya.

“Dilengkapi dengan fitur-fitur canggih seperti konsultasi kapan saja dan di mana saja terkait budidaya, bahkan dengan menggunakan bahasa daerah setempat. Selain itu, fitur lain dari ‘Mas Ahya’ mencakup analisis data real-time, rekomendasi pakan yang disesuaikan, dan pemantauan kondisi lingkungan kolam,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, eFishery juga mendemostrasikan penggunaan Mas Ahya, eFeeder, juga pengecekan kualitas air dengan alat Katara (kualitas air nusantara). (*)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments