Sleman, benang.id – Pegiat sosial RM Gustilantika Marrel Suryokusumo menyatakan pembangunan ekonomi berbasis masyarakat seharusnya bisa diterapkan secara nasional. Dengan begitu masyarakat pada tingkat bawah bisa berdaya dan mandiri tanpa selalu harus bergantung pada investor dari luar.
“Masyarakat bisa dibuat mandiri dan berdaya. Apa yang terjadi di Kaliurang membuktikan kalau mereka (masyarakat) bisa membangun dan merawat ekosistem ekonomi sendiri,” kata Marrel saat ditemui di Kaliurang, Hargobinangun, Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sabtu, (2/12/2023).
Yang diungkapkan Marrel tersebut bukan sekadar pepesan kosong. Cucu Sultan HB X ini berhasil menginisiasi dan mendorong lahir dan tumbuhnya ekosistem wisata berbasis masyarakat bernama Kaliurang Explore pada 2021 silam. Berawal dari Nawang Jagad, yang mengusung konsep kemah wisata. Kini Kaliurang Explore berkembang menjadi 5 objek wisata yang seluruhnya berada di kawasan wisata Kaliurang.
“Intinya masyarakat harus berdaya dan mandiri. Kaliurang Explore juga membuktikan industri pariwisata tidak harus mengandalkan investor besar dari luar untuk bisa tumbuh dan berkembang,” tambahnya.
Saat memulai Kaliurang Explore, Marrel menginginkan tumbuhnya perekonomian berbasis masyarakat. Dengan begitu dirinya berharap masyarakat lokal menjadi subjek dari pertumbuhan tersebut.
“Saya bukan anti investor. Saya tidak ingin masyarakat Kaliurang hanya mendapat bagian kecil dari kue pariwisata disini. Mereka harus berdaya di rumah sendiri. Konsep Kaliurang Explore seharusnya bisa diaplikasikan pada level nasional,” pungkasnya.
Di lain pihak, Dukuh (Kepala Dusun) Kaliurang Timur, Hargobinangun, Pakem, Sleman, Anggara Daniawan menyebut dampak ekonomi Kaliurang Explore kepada masyarakat sangat besar.
“Untuk pengelolaan saja, saat ini ada 40 orang warga Kaliurang yang terlibat,” kata Anggara.
Pria yang biasa disapa Angga tersebut menambahkan, jumlah itu belum termasuk warganya yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan.
“Jumlahnya sampai ratusan KK (kepala keluarga). Mulai dari pemasok makanan yang dijual di tempat-tempat tersebut, pengemudi jip wisata, penyewaan ATV, penyewaan skuter dan lain-lain,” katanya menambahkan.
Selain itu, Pemerintah Kalurahan (desa) Hargobinangun dan padukuhan-padukuhan (dusun) di Kaliurang juga mendapat pemasukan dari sewa lahan dan bagi hasil keuntungan. Kaliurang Explore yang terdiri dari objek wisata Nawang Jagad, Tankaman, Omah Putih, Lorong Oksigen dan Kampung Anggrek menempati lahan Tanah Kasultanan (Sultan Ground) dan Tanah Kas Desa Hargobinangun.
Angga juga mengatakan, selain berkontribusi memberi pemasukan untuk kas kalurahan dan kas padukahan, Kaliurang Explore juga mampu membiayai perawatan jalan dan penerangan pada jalan-jalan yang menghubungkan antar objek wisata secara mandiri. “Saya mewakili masyarakat Kaliurang mengucapkan terimakasih kepada Ngarso Dalem (Sultan HB X), Mas Marrel, GKR Hemas dan Kraton Yogyakarta yang terus mendorong kami untuk bisa berdaya dan mandiri. Sekali lagi terimakasih,” tandas Angga. (*)